VIII. Pertemuan

164 34 12
                                    

~~Happy Reading~~

.

.

.

"Kau.. apa kau punya seseorang lain? Kau terlihat tidak terlalu suka pasal pernikahaan itu."

.

.

.

"Tunggu.. aku tidak akan menyebutkan pasal pria yang ada di foto itu karena kau tak mungkin seorang gay," tutur Hakyeon menatap Taekwoon penuh selidik.

Deg

Taekwoon menyipitkan matanya mendengar penuturan Hakyeon. "Ha! Taekwoon ssi, pasti pria itu kan!" tebak Hakyeon. Taekwoon mengulum bibirnya sendiri berusaha untuk tenang, namun sayang sekali, di depannya adalah seorang detektif terhandal di Seoul. Satu pergerakanpun tak akan lengah dari pandangannya.

"Jangan asal bicara," jawabnya mengalihkan atensinya kembali pada berkas-berkasnya. Hakyeon yang memang sangat tahu dengan kebenarnya hanya tersenyum penuh kemenangan menatap pria di hadapannya yang sedang berusaha untuk bersikap tenang.

Orang lain mungkin tidak akan menyadarinya, namun ia dapat tahu dengan mudah. Taekwoon tak mungkin sedang tidak berusaha menutupi sesuatu jika pria itu terus saja mengatup bibirnya, pria itu amat terlihat menahan sesuatu.

"Berhenti tersenyum seperti itu!" ujarnya kesal melihat Hakyeon tersenyum penuh kemenangan. Taekwoon tak habis pikir, sebenarnya Hakyeon itu memang seorang detektif atau peramal sih?

'Aku yakin jika memang pria itu, tapi kenapa aku melihat sesuatu lain yang ia sedang sembunyikan?'

.

.

.

"Yeobseyeo? Baiklah, akan kauusahakan datang. Anyeongigaseyeo."

Setelah Taekwoon menutup teleponnya, ia kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya. Pekerjaannya hari ini telah selesai dan sekarang ia berniat untuk pulang, namun saat ia baru saja berkehendak ingin kembali ke rumahnya, appa dari kekasihnya itu kembali meneleponnya untuk datang ke pertemuan keluarganya.

Hakyeon yang melihat gelagat aneh dari ujung sofapun menyipitkan matanya untuk memikirkan sesuatu. Selama Taekwoon mengurusi berkas-berkas itu tadi, Hakyeon berusaha untuk menemukan sesuatu yang diyakini telah disembunyikan pria itu. Namun, walau sudah melihat gelagat Taekwoon sampai saat inipun ia masih belum dapat menduga apapun. Ia harus menyelidikinya setelah ini.

"Apa kau ingin menginap di sini?" perkataan Taekwoon sontak menyadarkan Hakyeon yang sedang melamun. "Aniya, tunggu dulu!" ujarnya menghentikan Taekwoon yang baru saja ingin menutup pintu ruang kerjanya.

Setelah keduanya keluar dari ruangan tersebut, sekertaris Taekwoon kembali menghampiri mereka. "Sajang-nim, apa anda ingin saya antar ke pertemuan?" tawarnya. Taekwoon menatap sekertarisnya sejenak, lalu menjawab. "Tidak perlu, kau pulanglah."

Mendengarnya, sang sekertaris membungkukkan tubuhnya sejenak dan beranjak meninggalkan Taekwoon. Setelah kepergiannya Taekwoon kembali berjalan menuju mobilnya. "Tinggalkan aku di taman kota, aku tak ingin mengintip pembicaraan kalian," ucap Hakyeon menahan senyumnya. Taekwoon yang baru saja menutupkan pintu Hakyeon hanya mendengus pelan.

'Kenapa aku terlihat seperti sopirnya? Tsk.'

.

.

.

"Kau yakin akan turun?" Hakyeon mengangguk. Ia beranjak keluar dari mobil Taekwoon dan menatap pria itu dengan senyuman. "Terimakasih banyak, Woon ah. Jika kau sempat, jemput diriku di sini nanti."

"Jika tidak sempat?" tanya Taekwoon sebelum memasuki mobilnya. Hakyeon mengedikkan bahunya, "mungkin aku akan pulang sendiri." Taekwoon memutar matanya malas lalu menancap gasnya meninggalkan Hakyeon.

Lampu merah menyala menghentikan laju mobil Taekwoon. Pria itu mengeluarkan sebuah botol beling kecil dari dashbor, lalu ia menaruhnya di saku jasnya. Setelah itu Taekwoon kembali melajutkan perjalanan kala lampu hijau bersinar.

"Wah, ini dia calon menantuku. Bagaimana perusahaan hm?" sapa Appa Kyunghee, Ji Dongwoo menatap Taekwoon. Taekwoon tersenyum kecil. "Serahkan padaku, Appa. Semua baik-baik saja. Bisakah aku pamit ke belakang sejenak?"

Appa Kyunghee terkekeh melihat tingkah Taekwoon yang kelewatan sopan, toh pria itu sering datang ke rumahnya yang sedang dijadikan tempat pertemuan ini. Jadi, kenapa Taekwoon harus meminta ijin seformal itu?

"Kau ini, silahkan saja." Taekwoon mengangguk lalu beranjak meninggalkan Appa Kyunghee. "Taekwoon ah! Kau masih ingat letak toilet kan? Sebelah sana, ckck." Decik Appa Kyunhee heran. Pasalnya ia sempat melihat jika pria itu berjalan ke arah yang berlawanan dengan tempat toilet berada. Hahh.. mungkin dia memang lupa, begitulah pikir pria paruh baya itu.

Taekwoon yang sudah memutar arah menghentikan langkahnya, ia menoleh untuk melihat Dongwoo berada. Tak lama ia kembali melanjutkan langkahnya sembari tersenyum kecil. Mungkin ia menyadari kebodohan dia, atau justru menertawakan kebodohan dia? Entahlah.. tak ada yang dapat menebaknya.

.

.

.

TBC

Holaa... Ditungguin ga nih? Wkwkwk moga-moga suka yaa.

Gimana? Gimme ur coment, guyss!

Oh iya, udah pada nonton VFF di Jepang? Kalo belum, wajib nonton!! Gils deh banyak banget Neo moment. Ga sanggup nontonnya, ga bisa nahan ketawa, dan gabisa nahan gemes sama mereka. Tonton scene pas main bulu tangkis tuh, daebak deh wkwkwk.

Maap, jadi cerita wkwkwk.

Pokoknya makasih udah mau baca, maap banyak typo!

See yaa~

#hhanie

The Invisible Detective[LeoN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang