XIII : Nasi dan Kopi

97 21 13
                                    

Terduduk aku dibawah deraian hujan
Bergerak tangan

Asyik menyibak langit
Dan menembuskannya ke khatulistiwa
Mengukir halus nama indahnya

Matahari yang tengah miliki lara
Dia tak ada
Ditempat seharusnya dia berada

Ternyata bersembunyi dia di sana
Diantara angin dan awan yang menghalanginya

Rindu
Jangan lagi kau bertanya
Namun hujan dan mendung sudah kupastikan
Akan menyampaikan padamu,

Tepat pada waktunya.

____________

Meletakkan semua makanan yang telah matang ke atas meja, aku duduk dengan cepat di atas kursi bernasib malang yang selalu sabar dan tabah menerima semua perlakuan kasarku ini.

Mulai dari kududuki, sampai terlempar keluar rumah pernah dilakoninya dalam diam.

Minho yang sedari tadi duduk di kursi depanku terus saja memandangi deretan makanan sambil terus menahan air liurnya agar tidak menetes keluar.

Menatapku dengan pandangan memelas, Minho menyodorkan padaku piring kosongnya agar lekas memberikan nasi di atasnya.

" lakukan saja sendiri, "
jawabku ketus namun tetap beranjak berdiri sambil membawa dua piring ke arah kompor. Tempat dimana nasi masih ku masak.

Menarik nafas panjang, Minho terdengar sedang merebahkan punggungnya dengan kasar ke kursi coklat itu.

" apa rencanamu selanjutnya? Apa kau akan membuka jati dirimu ke Taehyung? "
Tanya Minho pelan.

Mengaduk nasi dengan hati panas, sepanas tanganku yang sesekali harus bersentuhan langsung dengan panci ini.

" aku tidak tahu Minho. Aku ingin dianggap ada namun aku tak ingin diakui ada. Ah, aku benar-benar pusing. "
Jawaku sekenanya. Memukul kepalaku dua kali, aku kembali mengaduk nasi dihadapanku sebelum berubah menjadi bubur.

" kau itu lucu. Mirip dengan nasimu itu, "
Ungkap Minho sambil memukul-mukulkan garpu di atas meja dengan berirama.

" apanya yang sama denganku? "
Tanyaku tanpa memalingkan wajah dari panci dan kompor di hadapanku.

" kau itu, sudah tahu nasi adalah hal yang pokok. Malah kau masak paling akhir. Jadilah seperti ini. Sosis gorengnya habis, nasinya belum matang. "
Tangan Minho mengambil potongan sosis di hadapannya dan melahapnya dengan cepat.

" hei! Sisakan 5 untukku! "
Histeris dan tidak terima, aku menyodorkan sendok ke udara dan mengisyaratkan jika sebentar lagi gumpalan nasi akan melayang tepat di wajahnya.

" 5 apanya? Kau saja hanya menggoreng 6, "
Balas Minho sambil berdecak kesal. Tak terima jika jatahnya akan ku minta.

Aku benar-benar memikirkan ucapan Minho barusan. Memang benar, aku malah memikirkan sesuatu yang tidak penting.

" kau itu, sudah tahu nasi adalah hal yang pokok. Malah kau masak paling akhir. Jadilah seperti ini. Sosis gorengnya habis, nasinya belum matang. "

Aku terlalu memikirkan bagaimana reaksi Taehyung setelah melihatku daripada sebuah kejujuran kecil yang akan membuat masalah ini tidak akan pernah ada.

I Tresno Because Kulino ( Lee Minho ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang