XVI : Membuang Hati

79 20 16
                                    

Berjalan dengan tergesa ke ruang tengah, tanganku sibuk membawa semangkuk panas mie kuah yang sudah kutaburi wijen dan cabe goreng.

Kembali ke dapur dan mengambil segelas air putih, aku sangat menyayangkan ketidak hadiran camilan sebagai penutupnya. Teman nonton drama maksudnya.

Sebenarnya di rumah aku masih punya stok agar-agar dan jelly. Tapi jika difikir, rasanya akan aneh kalau agar-agarnya ikut dimasak bercampur mie. Jadilah agar-agar itu kembali menjamur di dalam lemari.

Bercampur dengan jaring laba-laba yang membosankan.

Berniat hati membelinya untuk diet, aku malah mencampurnya dengan susu dan gula yang banyak. Supaya lebih lezat dan menggugah selera, kadang juga dicampur buah perberian supermarket depan dan segera mengolahnya menjadi es agar-gar yang tentu lebih manis lagi.

Mendudukkan diri dengan sekali hentakan dan sekali tarikan nafas, aku menghirup aroma mie kuah ini dalam-dalam.

Mie kuah ini adalah mie kuah favorite Minho. Dia membelinya ketika terakhir kali berkunjung pada malam hari. Dia membawakanku tiga dus mie kuah dan satu plastik penuh sayuran.

Laki-laki itu sekarang di Amerika, mungkin sekarang dia sudah melupakanku dan asyik bercengkrama dengan gadis-gadis berambut pirang, tinggi, ramping dan bermata biru disana. Sudah barang pasti jika Minho akan melupakanku dalam kedipan mata.

Aish, apa yang terjadi dengan kabel diotakku ini? Kenapa aku sangat menyayangkan jika Minho akan jatuh cinta dengan salah satu gadis di sana. Biarkan saja, lagipula aku ingin segera melepas ikatan konyol ini dengannya.

Ting

Belum sampai sendok penuh mie masuk ke dalam mulut, suara ponsel membuatku berjingkat dan aku langsung berdiri. Berharap hati jika yang menghubungi Minho, aku benar-benar ingin mendengar kabarnya di Amerika.

Kau dirumah?

Suzy.
Memutar bola mata, aku tak faham betul dengan gadis ini. Bagaimana mungkin, jika setiap kali dia memberiku pesan adalah sebuah pertanyaan konyol yang tidak perlu dijawab?

Ini hari libur, tentu saja aku dirumah.

Balasku  cepat. Melempar ponsel ke atas sofa, aku kembali duduk dan melahap sarapanku seperti orang gila. Sangat bersemangat.

Aku ingin bicara, apa kau ada waktu?

Balas Suzy lagi.
Mengangkat bahu pelan, aku membalasnya dengan emoji jempol tiga kali.

Meraih remote, aku mengganti chanel membosankan ini dengan drama. Mungkin akan sangat membantu. Melihat wajah oppa-oppa tampan seperti Lee Jong Suk mungkin akan membantu.

" kau adalah Harry Potter versi nyata. Ah tidak, kau tentu lebih tampan! "

" tepat! "

Ha? Kenapa drama kesukaanku itu berubah alih dengan drama baru ini? Apa dramaku itu sudah tamat?

Dan itu Lee Minho? Jadi dia syuting drama terbarunya?.

Hmmm...
Dia nampak jauh lebih muda. Dan pantas saja jika uangnya banyak.

Ting!

Bergegas berdiri, aku melangkahkan kaki menuju pintu dan merapikan sedikit pakaianku.

Takut hati jika sampai orang melihatku berpakaian kumal seperti ini,dan membuka pintu untuk Suzy, sudah pasti mereka akan mengira aku adalah buruhnya karena dandananku begitu mempesona.

Bagi lalat.

" hai Suzy, masuklah. "
Ucapku dengan wajah dipenuhi senyum. Membalas budi untuk senyumnya setiap bertamu kemari.

I Tresno Because Kulino ( Lee Minho ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang