XIX : Bos Hanbin! Kau?-

69 12 2
                                    

.
.

Aku tak mau,
Kau hadir hanya sebatas rindu.

Aku ingin lebih dari itu.

.
.

" kau tahu Seul Ri, pengorbanan besar harus dilakukan untuk sesuatu yang besar. "
Ucap bos Hanbin dengan mata terpejam. Tangannya ditekuk kebelakang kepala, guna menyangga apa-apa yang telah menjadi beban hidupnya.

Aku tahu, bos Hanbin memiliki masa lalu yang sulit di jabarkan secara jelas untuk dicari duduk permasalahannya. Dia hidup terlalu sering mencari masalah hingga sekali saja dia tidak mencarinya, maka masalah yang akan langsung menghampiri dirinya.

" jadi selama ini kau menggunakan pesugihan? "
Ucapku asal. Menutup mulut, mataku membelalak entah sebesar apa. Karena kufikir, sekarang mataku semakin sipit karena terlalu lama menangis.

Kepalanya langsung menoleh padaku dengan cepat. Matanya merah menatapku tajam. Jika boleh digambar,aku seperti melihat makhluk yang hobi sekali marah, bertaring dan juga bertanduk.

Dia tetap menatapku dengan pandangan sama. Aku yang ingin sekali tertawa namun terpaksa harus kutahan mati-matian hanya karena aku ingin hidup lebih lama lagi.

" pesugihan apanya? Maksudku semacam berkorban waktu dan keluarga. Kau itu, aku berbicara apa dan kau menjurus kemana.

Dasar, seberapa besar otakmu itu? malulah sedikit dengan badan! "
Cercanya dengan nada paling menjengkelkan yang pernah ku dengar.

Menyesal aku membuat candaan dengannya!

" hey bos, kenapa kau marah? Karena aku berfikir itu yang kau maksud.
Jadi, berhentilah menghinaku. "

balasku marah.

" lagipula aku hanya mengajakmu bercanda. Membuat cair suasana. Dasar, tidak tahu berterima kasih. "
Lanjutku bersungut-sungut.

" apa? Tunggu, apa aku tak salah dengar?
Sekarang disini, siapa yang harus berterima kasih karena telah terselamatkan dari polisi? "
Bos Hanbin tak kalah bengis. Dia menggenggam kemudi dengan mata tajam menatapku.

" jadi aku yang merepotkanmu, bos? "
Tanyaku lagi.

Tak habis fikir memang dengan otaknya ini. Mungkin ada dua atau lebih kabel diotaknya yang sudah putus.

" tentu saja. "
Bos Hanbin menjawab lagi. Dimana jawabannya sekarang benar-benar membuatku gerah.

" lalu siapa yang memberiku pesan untuk datang dan meminta bantuan? Menjebakku dalam masalah yang serius dan hampir membuatku terkenang di catatan negara.

Apa itu yang di maksud aku harus berterima kasih? "
Mengangkat alis dan meninggikan suara, aku menyedekapkan tangan didada dan enggan membalasnya lagi.

" bukankah aku telah menyelamatkanmu dari polisi itu? Setidaknya, berterima kasihlah sedikit untuk itu. "

" dasar kau,- "

Aku enggan menjawab. Kufikir, orang yang waras dan sehat adalah orang yang berhasil menahan amarahnya dan memendamnya jauh di dalam hati. Menguncinya rapat dan tidak memperbolehkannya keluar, walau sedikit saja.

I Tresno Because Kulino ( Lee Minho ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang