XVII : Rapunzel

87 17 0
                                    

.
.
Bagaimana caraku untuk lepas darimu
Jika setiap hari kau datang
Dengan kisah baru.

Kau membawaku ikut di dalamnya
Aku putrinya,
Dan kau pangerannya.
Begitu untuk seterusnya,
Hingga kau bosan dan meninggalkannya

Begitu saja,
Hingga kisah itu lenyap dan kau melupakannya.

Tetapi aku?
Bagaimana aku bisa melupakannya,
Sedangkan aku masih didalamnya.
Menunggu pangeranku datang dan membawakan lagi kisah yang sama.

-Rapunzel-
.
.
.

" dengan nona,... "

" Lee Seul Ri. Tapi jika anda butuh nama panggilan, maka anda bisa panggil saya Seul Ri. "
Balasku ringan sambil tersenyum lebar.

Meletakkan tas ke atas pangkuan, aku memposisikan diriku senyaman mungkin. Agar nanti lebih ringan menjawab banyak pertanyaannya.

Tersenyum, aku memandang wajah tampan bosku ini dalam diam.

Aduhai,
Bosku yang satu ini benar-benar luar biasa. Tampan dan mempesona. Pantas saja jika dia menjadi kakak Taehyung, dia juga tidak kalah sempurna.

Berkulit putih bersih dan bermata hitam yang misterius. Jika dilihat sekilas, wajahnya tidak ada mirip-miripnya dengan Taehyung.

Namun jika dilihat lebih dekat, juga tetap tidak mirip. Mungkin dia mirip mamanya, dan Taehyung mirip papanya.

" tidak ada bedanya dengan nama panjangmu, jadi itu tidak perlu. "
Balasnya dingin, tajam dan bernada menyebalkan.

Untung saja kau itu tampan.
Jika tidak, pasti kau sudah kulempari tasku saja saat ini.

Laki-laki dengan setelan jas berwarna biru tua itu membolak-balikkan tiap halaman sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Entah karena terlalu kagum atau heran dengan nilaiku, namun itu tak terlalu kufikirkan. Karena Tehyung mengatakan jika aku telah mendapatkan golden tiket untuk ini. Jadi aku tidak begitu khawatir.

" jadi kau satu gedung dengan adikku? "
bisiknya dengan wajah datar. Seolah gerakan kepalanya untuk menatapku itu telah membuang waktu berharganya.

Jika ditanya, sebenarnya aku sangat lelah menunggu calon bosku ini tiba di kantor. Duduk diam di depan ruangannya sambil berjongkok bukanlah hal yang mudah bagi wanita cantik dan menawan sepertiku.

Laki-laki ini akhirnya memandangku untuk kedua kalinya dengan sebelah alis terangkat. Menghirup udara dalam-dalam, dia menyangga kepalanya dengan kedua tangan yang di tautkan.

Matanya intens menatapku. Seolah mengisyaratkan jika aku adalah makhluk langka yang harus dilindungi.

Aku hanya bisa tersenyum kaku dan sedikit menunduk. Malu jika dipandang seperti itu. Ditambah beberapa waktu lalu air mukaku berubah masam padanya.

" sebenarnya, disini tidak membuka lowongan. "

Panas dan dingin. Dua rasa itu melebur menjadi satu menciptakan sensasi baru, hangat. Namun hangat yang satu ini sangat berbeda, hangat yang satu ini begitu membuatku muak. Mual.

I Tresno Because Kulino ( Lee Minho ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang