XXI : Sejuta Jawaban

69 12 2
                                    

..
..

..., kamu yang cantik

..

..

Dengan cepat aku melipat surat itu dan memegangi pipiku yang memanas. Aku tersenyum sendiri merasakan detak yang cepat dan nafas yang kian menderu ini. Aku bahkan langsung terkulai lemas di atas kursi hanya karena akhir surat ini? Yang benar saja, pastilah awalannya lebih membuatku bahagia.

Aku mengangguk yakin untuk membaca lebih lengkap. Membuka surat itu dengan perlahan, aku bahkan sempat menutup mataku karena ada sedikit rasa yang terbesit dan membuatku khawatir.

Tentu saja khawatir, bayangkan jika penulisnya salah kirim misalnya. Karena aku yakin, tidak ada yang tahu kalau aku adalah manusia yang berada di dalam kostum aneh itu. Bisa saja penulisnya mengatakan untuk Tzuyu atau Sana. Tapi malah menyasar padaku.

Tentu saja itu menyakitkan!

Surat ini sudah setengah terbuka ketika mataku terbuka sedikit untuk mengintip. Harap-harap cemas mengerubungiku dan selalu memberi semangat untuk tabah pada kemungkinan terburuk.

..
..

Menghilang kamu diantara ilalang

Jauh menepi, dipinggiran sungai

Jika ada hati yang tengah jatuh cinta
Pastilah karena, kamu yang cantik.

..
..

Aku mengernyit keheranan ketika membaca surat itu secara keseluruhan. Berkali-kali aku mengulanginya dan berhasil membuatku hendak tertawa. Rasa yang sempat membuatku melambung langsung menguap.

Bukan amarah atau kecewa. Tapi sungguh, ini sangat konyol.

Ini sebenarnya puisi atau pantun?

Antara sampiran dan isi bahkan tidak ada hubungannya. Menggeleng-gelengkan kepala, aku bahkan tak habis fikir dengan pengirimnya. Tak tahukan dia cara membuat surat, puisi atau pantun yang benar?

Bagaimanapun itu, aku menghargai usahanya.

Pantas saja Chanyeol sampai tertawa seperti itu ketika membaca isi suratnya.

Aku kembali menuju tempat kostumku berada, melipatnya lalu dimasukkan ke kantong plastik.

Hari ini adalah jadwalku pulang lebih awal. Karena aku harus segera membawa kostumku ke laundry. Itulah perintah bos Hanbin. Katanya, dia tak ingin pengunjungnya sampai pingsan karena bau kostumnya.

Setelah semuanya siap, aku mulai memasukkan bekalku ke dalam tas dan melihat surat itu. Ah benar! Aku belum melihat siapa pengirimnya. Aku terlalu larut dalam menghina isi suratnya dibandingkan ingin tahu siapa penulisnya.

Menghampiri surat yang tergeletak diatas kursi itu dengan cepat, tanganku cekatan membuka lembaran itu dan menelitinya dengan seksama.

Tidak ada nama pengirim?
Hanya sebuah inisial atau sedikitpun petunjuk bahkan tak ada.

Tak ambil pusing, aku sudah mengira pasti ini hanya orang iseng yang jahil. Bisa saja ini hanya ide konyol anak SD yang sedang belajar membuat pantun tapi hasilnya malah berantakan.

Tapi jika dari anak SD, kenapa sampai memberikan sebuah coklat pada anak sekecil Juun-a untuk sekedar mengirimkannya padaku?

" Seul Ri, kenapa kau diam? Pasti surat itu membuatmu meleleh, "

I Tresno Because Kulino ( Lee Minho ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang