XXVII : Masalah itu Datang

66 12 3
                                    

"Terima kasih untuk tumpangannya."

Aku membenahi anak rambut di dahi. Musim dingin mulai menyergap. Belum begitu dingin memang, tapi cukup membuat ngilu tulang kakiku. Sedikit membenahi mantel, kedua bola mataku awas menatap pria yang tengah berjalan dengan tergesa sambil membawa setumpuk map merah dan sibuk berbincang dengan pria di seberang lewat telepon genggam.

"Tidak masalah, bibi."

Taehyung nyengir. Berganti menatap kakaknya yang sengaja lewat dan sedikit melirik sadis. Namun enggan menoleh sedikitpun ke arah kami dan langsung melenggang begitu saja masuk ke dalam toko.

Padahal, Taehyung telah siap memberikan senyuman paling cerahnya untuk menyambut pagi kakaknya yang selalu gelap.

Aroma parfum langsung menguar menembus indra penciuman. Memanjakannya dengan aroma maskulin yang menggoda.

"Dia memang begitu. Kau harus sabar,"
Taehyung mengukir senyum tipis.

"Lagipula, semalam dia tidak pulang, jadi aku sedikit khawatir.

Eh, apakah bibi tahu kemana perginya kakakku malam ini?"
Tanya Taehyung dengan kepala sedikit tersembul dari jendela. Lantas menatapku lamat-lamat memaksaku menjawab.

" tidak bisakah kau tenang sebentar? Kau tahu, bagaimana ekspresi adikku nanti ketika mendengar suaramu?

Pasti dia berfikir yang tidak-tidak sekarang. "

Aish! Pria itu pasti marah besar padaku jika sampai adiknya tahu.

Hampir membuka mulut untuk menjawab, sebuah mobil biru tua berhenti tepat di samping mobil Taehyung sambil membunyikan klakson beberapa kali.

"Lee Minho!"
Pekik Taehyung ketika disadarinya wajah sahabat lamanya-lah yang muncul ketika kaca mobil mulai diturunkan.

Minho hanya tersenyum samar, lalu menatapku dengan penuh curiga.

Taehyung dengan gerakan luwes menyambut. Bercakap-cakap ringan dengan Minho untuk beberapa waktu.

Aku yang sadar karena dipandangi terus seperti itu, mulai tidak nyaman. Telinga Minho untuk Taehyung, tapi matanya? Jangan tanya untuk siapa.

Langsung saja aku pamit dan membalikkan badan. Masuk toko, mencari perlindungan.

Aku curiga, Minho marah padaku tentang Suzy. Atau mungkin, tentang kunjungan bos Hanbin kerumah malam itu.

Minho tidak bisa mencegahku pergi. Taehyung terlanjur memberikan kunci mobilnya pada security. Lantas masuk ke dalam mobil Minho yang berjalan entah kemana. Meninggalkanku yang mengelus dada di belakang pintu.

Selamat.

___________________

"Wah.. kau sungguh licik,"
Tzuyu yang tengah membenahi tali sepatu nyeletuk dari atas kursi panjang.

Kepalaku menoleh, menatap sekeliling. Tidak ada apapun selain kami. Aku menatap Tzuyu-lemari-Tzuyu-ruangan ganti secara bergantian.

Tzuyu membenahi jepit rambutnya yang hendak jatuh.

"Sebelumnya kau menggoda seorang actor, Lee Minho. Setelah berhasil, sekarang menggoda seorang bos pemilik toko buku terbesar dikota ini. Ingin terkenal?"
Tzuyu melirikku dengan sebelah alis terangkat.

Aku menatap balik wajah Tzuyu yang mulai pias. Takut hati kalau sampai kududuki tubuh idealnya itu.

Aku mendekat, lalu ikut duduk di samping tubuhnya.

"Siapa yang kau bicarakan? Aku?"
Tanyaku penuh penekanan. Mataku sadis memandangi wajah cantiknya yang sekarang diam seribu bahasa.

Dapat kurasakan, ketakutan mulai menghinggapi batinnya. Badannya bergeser menjauh dariku, lalu bergaya tengah membenahi kaus kakinya yang merusut turun.

I Tresno Because Kulino ( Lee Minho ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang