VIII : Dinner

90 31 6
                                    

" tapi tidak apa-apa. Lagipula bisa jadi dia berubah selera semenjak kami berpisah. "
Menarik nafas, Taehyung kembali tersenyum.

" Hah, aku sangat aneh. Kenapa harus mempermasalahkan hal seremeh itu, "
Menggeleng-gelengkan kepalanya berulang kali, Taehyung tak habis fikir dengan apa yang baru saja dikatakannya.

Dan mungkin, hatilah yang telah mengungkapkannya secara tidak sadar. Rasa itu, benar tumbuh ternyata.

Untuk sekelas Suzy, membuat laki-laki jatuh cinta adalah hal yang mudah. Minho si laki-laki pemilih saja sampai bertahun-tahun terpikat padanya.

Mengulum senyum pahit. Aku mengangguk pelan mengiyakan apa yang dikatakannya dengan hati perih. Teriris.

Mungkin benar apa yang dikatakan Minho,

Aku menyesal

Akan tetapi, yang dirasakan Taehyung sudah benar. Untuk apa aku menyalahkan rasa yang kini tengah dirasakan Taehyung karena kesalahan yang kuperbuat sendiri?

Memukul kepala, aku menyalahkan kebodohan ala diriku sendiri.

" Umn... bibi, aku mendengar dari Minho jika kau butuh pekerjaan. Apa kau mau bekerja di perusahaanku? Jika kau mau, akan ku carikan lowongan di sana. "

Mendelik ke arah Taehyung, aku mengerjap-erjapkan mata tak percaya.

Apa?

Sebuah pekerjaan?

Satu bangunan dengan Taehyung?

Itu artinya, aku akan menemui Taehyung setiap hari? Lalu tersinari oleh senyumnya setiap pagi? Dan penyesalan itu akan menghantuiku setiap saat?

Oh tidak!

_*_*_

Ilsan International High School

Kembali ketika aku masih cantik.

" hei Sasa, bagaimana dengan ini? "
Tanya Taehyung sambil menyodorkan selembar kertas HVS di hadapanku dengan alis terangkat. Meminta pendapat.

" bagus, "
Aku menjawab singkat. Beralih memandang Minho yang fokus ke kertas dan pensilnya yang baru saja dirautnya. Nampak begitu tajam.

Aku yakin bagian belakang kertasnya sudah jebol sekarang.

Rambutnya hitam dan matanya indah. Minho adalah laki-laki tertampan yang pernah ku kenal. Bukan maksud aku menyukainya, aku hanya sekedar memujinya.

Tiba-tiba, laki-laki bermata sebening malam itu menolehkan pandangannya padaku. Senyum manis terukir di sana.

" aku akan menyerahkan desain busana terbaikku untuk kontes tahun ini, "
Ucapnya dengan suara yang ditegas-tegaskan. Membusungkan dada, dia menepuk-nepuknya perlahan sambil tertawa.

" kau akan langsung mengundurkan diri jika sudah melihat bagaimana karyaku yang mengagumkan ini. "

Aku tertawa. Begitupun dengan Taehyung. Laki-laki berambut coklat dan bermata senada itu menggeleng-geleng kepala sambil terus memilah-milah lembar kertas yang harus dipilihnya saat ini juga. Untuk segera dikirim ke redaksi milik ayahnya.

" jika saja tidak ada ayahmu, para siswa disini tidak akan mempunyai wadah untuk menampung bakat luar biasanya ini. "
Ucapku dengan nada kagum.

I Tresno Because Kulino ( Lee Minho ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang