(21) Khawatir

17.2K 764 24
                                    

Happy Reading!

🔹🔹🔹

Abel? Kecelakaan?

Seketika Rescha mulai menyuruh bawahannya untuk mencari tau dimana Abel dirawat. Setelah mendapat informasi, dengan cepat dia bergegas pergi tanpa peduli dengan Diana yg sedari tadi dia campakkan.

"Ini baru permulaan Res, liat aja nanti, gue bakalan bikin kalian hancur" ucap Diana sinis sambil menyilangkan tangannya di bawah dada.
_

Rescha berlari dengan cepat tanpa peduli orang orang di sekitar yg melihatnya aneh. Yg ada dipikiran nya sekarang adalah bagaimana kondisi Abel?.

Rescha melihat disana ada Flo, Bian, dan keluarga Abel. Mereka terlihat khawatir sambil sesekali mengucapkan doa agar Abel tidak kenapa napa.

Sesudah sampai, dengan tiba tiba Rescha menyentuh pundak Bian dengan nafas terengah engah karena berlari.

"Bian, gimana kondisi Abel? Dia baik baik aja kan?" tanya Rescha bertubi tubi.

Bian menaikkan satu sudut bibirnya lalu tertawa. Hal itu membuat Rescha bingung, dalam kondisi seperti ini kenapa Bian malah tertawa.

"Lo?! Udah gue bilang berapa kali, jagain Abel! Jangan bikin hatinya terluka! Tapi apa Res?!. Dengan seenak jidat lo, lo malah nyakitin dia!. Disaat dia lagi kelelahan dan butuh sandaran. Lo malah keenakan pelukan sama cewe itu. Hahaha, gak nyangka gue, orang yg selama ini gue percayain buat jagain adek gue malah sebaliknya nyakitin dan itu sahabat gue sendiri" ucapan Bian mampu membuat Rescha tertunduk merasa bersalah.

Bian benar, seharusnya ia tidak berpelukan dengan wanita lain.

"Maaf, tadi gue cuma nenangin dia doang. Percaya sama gue. Gue gak ada niatan sama sekali buat nyakitin Abel" ucap Rescha lirih.

Kini giliran Flo yg berucap, "Cuma?! Cuma lo bilang?! Res, inget, lo itu udah punya cewek. Cewek lo itu Abel. Lo boleh nenangin siapa pun. Mau cewek, cowok, atau siapa pun juga bebas. Tapi inget Res, lo itu harus tau batasan".

"Sekali lagi maaf. Gue gak akan ngulang hal itu lagi"

Tiba tiba dokter yg memeriksa Abel keluar dari ruangan. Membuat mereka bangkit dari duduk.

"Bagaimana kondisi anak saya dok?" tanya Hermawan -Dad-.

"Nona Abel baik baik saja, tidak ada luka dalam. Hanya saja ia mendapat luka dibagian pelipisnya" ucap Dokter tersebut.

"Kapan dia diperbolehkan untuk pulang dok?".

"Nona Abel bisa pulang jika dia sudah siuman".

"Terima kasih banyak dok, sudah membantu kami".

"Sama sama, ini memang sudah menjadi tugas kami sebagai dokter"

Sesudah dokter pergi tinggalah mereka yg mulai masuk ke ruangan Abel sekarang. Mereka melihat wanita itu tidur di ranjang rumah sakit dengan wajah pucat pasi dan kondisi tubuh yg lemas.

Mereka kagum dengan Abel, sebesar apapun masalahnya dan sesering datangnya masalah. Ia tetap tegar, mereka ingin Abel bahagia. Mereka juga berusaha membantu Abel terjauhkan dari rasa bersalah beberapa tahun lalu. Karena mereka tau, jika rasa bersalah itu datang kepada Abel, maka psikis Abel akan terganggu.

"Masih terbayang degan jelas peristiwa itu, dan sampai sekarang aku masih berusaha melupakan dan menenangkan Abel yg kadang selalu teringat olehnya" ucap Flo lirih yg masih bisa didengar oleh mereka.

"Udah lah Flo, lupakan itu. Kita semua ada disini. Keluarga kamu, keluarga Rena, keluarga kami, dan beberapa sahabat sahabat kamu itu". Ucap Rani -mom- menenangkan Flo.

"Aku takut mom, dan aku juga lebih takut jika hal ini diingat lagi oleh Abel. Aku masih megingat bagaimana kondisi Abel yg selalu menyalahkan dirinya atas kematian Rena.

Aku juga benci dengan sikap Abel yg seolah olah menenangkan ku jika aku ketakutan tanpa memperdulikan dirinya yg jauh lebih ketakutan dari pada aku" ujar Flo lirih sambil membayangkan hari dimana Abel menyalahkan dan menyakiti dirinya sendiri. Air mata Flo turun begitu saja dengan deras.

Rescha masih bertanya tanya apa maksud Flo. Ia memang tau masalah ini. Tapi ia tak tau seberapa besar masalah ini. Yg ia tau adalah ia harus menjauhkan hal hal yg menyangkut masalah ini.

Seberapa besar kah masalah ini hingga sampai sekarang masih membayang di kepala mereka?.

Tiba tiba Bian melihat Abel mulai membuka matanya, tanda dia sudah siuman.

"Abel kamu gapapa?" tanya Bian.

Flo mendengar itu dan langsung menghapus air matanya agar tak ketahuan menangis oleh Abel. Abel hanya tersenyum melihat mereka yg masih memperdulikannya walau bukan keluarga kandung.

"Aku gapapa kok kak, cuma pusing sedikit" ucap Abel. Abel melihat ke sekitar dan lantas tersentak dengan adanya Rescha disini.

Kini giliran Rescha yg bertanya, "Kamu bener bener gak kenapa kenapa kan yang?".

Abel hanya menjawabnya dengan anggukan saja membuat Rescha yg tadinya tersenyum menjadi sedih. Ini memang kesalahannya, yg memang dengan seenaknya memeluk wanita lain disaat dirinya sudah berstatus mempunyai kekasih.

Bian, Flo, Hermawan, dan Rani keluar dari ruangan itu untuk memberi waktu kepada Rescha. Mereka mengerti dengan situasi yg dibutuhkan.

"Abel, kamu ngeliat aku sama Diana ditaman pelukan kan?. Apa kamu percaya kalo aku ada hubungan khusus sama dia?. Abel percaya sama aku, aku gak ada hubungan sama sekali sama dia, aku sama dia cuma sahabat doang. Tadi aku cuma nenangin dia yg kena begal dijalan.

Walaupun dia mantan aku, dia gak ada niatan buat hancurin hubungan kita, malah dia minta aku biar dia bisa sahabatan sama kita. Kamu juga harus percaya kalo aku gak ada rasa lagi sama dia" Tapi entah kenapa liat dia senyum selalu bikin gue tenang dan nyaman, lanjutnya dalam hati.

"Iya gapapa kok, aku ngerti, lagian kalo bukan kakak yg nolong dan nenangin dia siapa lagi kan. Kalo kakak gak nenangin dia tadi, pasti sekarang dia lagi ketakutan" jawab Abel disusul dengan senyuman.

"Makasih yah sayang, may i?" Abel mengangguk membuat Rescha langsung memeluk dan mencium Abel dengan lembut.

Abel memejamkan matanya, menikmati ciuman yg didaratkan tepat di keningnya. Ia merasakan betapa lembutnya bibir yg sedang menyalurkan kasih sayang Rescha padanya. Ia beruntung bisa merasakan cinta dan kasih sayang dari Rescha walaupun dirinya masih ragu atas perasaan Rescha padanya. Tapi dengan ciuman yg diberikan oleh Rescha sekarang, ia mengerti bahwa lelaki itu sangat mencintainya.

Karena cinta tak harus disampaikan dengan ucapan, setidaknya dengan ciuman ini Abel membuktikan bahwa Rescha benar benar menyayangi dan mencintainya.

Tapi kenapa hatiku mengatakan jika perasaan Rescha hanyalah tipuan?, pikir Abel dalam hati.

Mengingat perlakuannya kepada sang mantan membuat ku semakin yakin jika Rescha hanya membohongiku.

Aku harap, aku bisa mempunyai benteng yg kokoh agar tak runtuh saat tau jika kenyataan bahwa Rescha tak mencintaiku adalah benar

Aku tau betapa sakitnya aku ketika tau jika kenyataan itu benar dan akan terjadi. Karena... Disaat aku benar benar mencintainya untuk pertama kali. Membuatku melayang layang penuh dengan kebahagian dan dengan tiba tiba dijatuhkan dengan hantaman yg sangat besar membuatku harus menerima sakit yg lebih. Dan sebab itu lah aku harus membangun benteng yg kokoh untuk bisa menerima itu semua.

Dan juga.. Sebisa mungkin agar aku bisa melupakanku.

👋👋👋

Thanks to reading this story. And thanks for 50k viewers.

📍Angelazzr18
Perempuan yg lagi nunggu kelulusan.

⭐Vote! Vote!
💬 Coment! Coment!

See you and bye bye

Cristabel (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang