(29) Benci .2

18.4K 860 148
                                    

Disinilah Abel, dibalkon kamarnya yg selalu setia mendengar keluh kesah Abel ditemani cahaya bintang dan rembulan. Dia bertanya tanya, kenapa hidupnya seperti ini. Apa salahnya sampai ia bisa mendapat fitnah yg membuat dirinya dikucilkan.. Lagi.

Apa dia terlalu jahat, sehingga orang orang disekitarnya membalas semua kejahatannya.

Atau.

Apa dia terlalu baik, sehingga banyak orang yg memanfaatkan untuk menjatuhkan dirinya.

Tolong jawab semua pemikiran yg selalu datang ke kepala Abel. Wanita itu lelah, lelah akan pekerjaannya. Lelah akan fitnah dan prasangka tentang dirinya. Lelah akan takdir hidupnya.

Lelah, sebuah kata yg mendominasi kondisi Abel saat ini. Dia menutup wajahnya yg kini sudah banyak akibat menangis terlalu lama. Ia menenangkan dirinya sejenak.

Setelah ia tenang, ia menghapus air mata yg tersisa. Ia berjalan menuju dapur untuk membawa minum. Setelah selesai ia kembali ke kamar sambil membawa satu gelas air minum. Saat dirinya akan menaiki tangga terdengar bentakan seseorang.

"Abel!!" bentak Bian kepada Abel.

Abel hanya menatap Bian dan yg lain dengan datar. Oh tuhan, apa lagi ini?.

Atha mendorong Abel hingga gelas yg dipegang Abel pecah dan dirinya terjatuh diatas pecahan itu, "Bel lo keterlaluan ya!! Kalo lo benci sama kita harusnya lo nyelakain kita, bukan Diana!! Gue gak habis pikir sama lo!! Gue pikir lo tuh baik!! Tapi kenyataan nya lo jahat!! Dengan teganya lo siksa Diana ditaman sampe babak belur!! Gue bingung, isi otak lo apa sih, sampe segitunya!! Lo nyelakain Diana berniat balas dendam gitu! Balas dendam karena difitnah!" bentak Atha.

"Tha udah Tha, jangan gini kali. Ini rumah orang, siapa tau Abel emang gak salah. Sorry bukannya gue ngebela Abel. Gue gak ngebela Abel sama Diana. Disini gue selalu merhatiin kalian yg nyalahin Abel tanpa bukti" ucap Kenzie menengahi.

Rescha menghampiri Abel, ia menatap Abel dengan lekat.

Tiba tiba.

PLAKK!!

Rescha menampar Abel dengan keras. Ia tak peduli jika Abel adalah wanita. Yg ia pedulikan kini adalah kondisi Diana. Rescha dan yg lain tak tau saja jika mereka sedang dibohongi oleh Diana.

"Gue gak nyangka. Ternyata kelakuan lo kaya gini. Gue pikir, lo itu baik Bel. Seperti nama lo, Angela, selama ini gue selalu nganggap lo malaikat tanpa sayap. Gue selalu berharap, gue selalu disamping malaikat itu. Hingga disaat semua itu datang, gue bahagia Bel. Karena gue, gue udah dapetin malaikat itu. Gue udah dapetin lo. Hari hari gue jalanin sama lo, gue bahagia Bel. Tapi sekarang.. Gue udah tau semua kejahatan lo Bel. Gue bener bener nyesel pacaran sama iblis berwajah malaikat" Rescha menangis, ia benar benar kecewa. Ia tak peduli jika dia dikatakan cengeng. Hatinya benar benar sakit.

Sedangkan Abel, dia terduduk dilantai dengan pecahan itu. Tak peduli dengan darah yg keluar dari tubuhnya, ia menangis. Wanita itu benci mereka. Sangat sangat benci.

Mereka pergi, kecuali Bian yg pergi ke kamarnya. Meninggalkan Abel yg masih saja menangis. Tiba tiba ponselnya berdering menampilkan nama bunda dilayarnya.

"Assalamualaikum, Bel dirumah kamu ada Flo gak?" tanya Bunda diseberang sana.

"Ngga ada Bun, emang Flo gak ada dirumah?"

"Flo gak ada dirumah, kalo gitu bunda matiin terlponnya ya. Moga aja Flo lagi ada di rumah temen yg lain".

"Yaudah, kalo Flo udah dateng kerumah kabarin aku ya bun".

"Iya".

Abel mencari pelayannya dan menyuruh untuk membersihkan pecahan itu. Setelah selesai ia kembali kekamarnya dan terkejut dengan kondisi kamarnya saat ini.

Cristabel (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang