Mila's Pov
Waktunya pulang ke rumah setelah berkutat di sekolah, hari yang menyenangkan. Aku berjalan menuju gerbang sekolah untuk mencari taksi, langkahku terhenti karena dihalangi oleh tubuh seorang laki-laki yang tidak ku kenal. Tidak, maksudku tidak ku kenal dengan baik. Aku hanya tahu bahwa laki-laki ini adalah laki-laki yang menjadi salah satu sponsor kami di acara amal satu bulan yang lalu. Aku menggeser langkahku ke kanan, dia mengikuti gerakanku. Aku beralih ke sebelah kiri diapun masih menghalangi langkahku, aku menatapnya tajam penuh dengan tanya. Apa sebenarnya yang laki-laki ini inginkan sehingga dia menghalangi jalanku. Tanpa mengatakan apapun dia langsung menarik tanganku hendak membawaku ke mobilnya yang sedang terparkir ditepi jalan depan gerbang sekolah.
"Hei..apa yang kau lakukan? Lepaskan tanganku!" Teriakku sambil terus berusaha melepaskan tanganku dari genggamannya. Dia menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke arahku. Tatapannya kini berubah menjadi tatapan bingung.
"Kamu bisa bicara?" Satu orang lagi yang bertanya konyol padaku.
"Kamu pikir aku ini bisu? Sekarang lepaskan tanganku atau aku akan meneriakimu penculik." Ancamku karena aku merasa sangat tidak aman karena Satpam yang berjaga sedang tidak ada entah kemana. Dengan sekali tarikan akhirnya aku berhasil melepaskan genggaman tangannya, dia masih menatapku heran. "Aku tidak punya waktu untuk bergurau dengan orang sepertimu." Gerutuku lalu melangkah menjauhinya.
"Kamu tidak boleh pergi, kamu harus ikut bersamaku." Serunya kemudian sambil meraih kembali tanganku hingga aku tertarik kembali ke arahnya.
"Kamu ini orang gila ya? Atas dasar apa aku harus ikut bersamamu? lagian kita tidak saling mengenal." Jelasku.
"Justru karena itu maka kau harus mengenal aku hingga tidak pernah kau lupakan seumur hidupmu." Entahlah aku tidak mengerti apa yang sedang di ocehkan oleh laki-laki ini.
"Lepaskan aku, aku mau pulang."
"Aku tidak akan pernah melepaskanmu, kau sendiri yang telah memilih jalan ini. Jadi terimalah akibat dari jalan yang kau pilih itu." Jelasnya, aku semakin tidak mengerti apa yang laki-laki ini coba katakan padaku.
Aku menatapnya dengan tajam "Aku tidak suka ada orang yang menghalangi jalanku. Jadi menyingkirlah."
Dia membawa tanganku kebelakangku, menarik tubuhku lebih dekat padanya. Dia mendekatkan wajahnya pada wajahku, tatapannya menjadi begitu sangat tajam. "Aku juga tidak menyukai ada orang yang menghalangi jalanku. Termasuk itu kau."
Aku mengernyitkan dahiku, dan semakin memberontak mencoba melepaskan diriku darinya. Dengan susah payah akhirnya aku berhasil dan berlari menjauhinya, dan kebetulan sekali ada taksi yang lewat. Aku menghentikan taksi tersebut dan segera memasukinya lalu meminta pengemudinya untuk segera pergi.
"Aaahhh... akhirnya aku bisa lolos dari orang gila itu." Ucapku lega.
"Kemana mbak?" Tanya supir taksi itu.
"Bougenville Pak." Jawabku singkat.
Ketenanganku tidak berlangsung lama, karena beberapa saat kemudian taksi yang ku naiki tiba-tiba berhenti.
"Ada apa Pak?" Tanyaku.
"Ada mobil yang menghalangi kita mbak." Jawab supir taksi itu. Dan benar saja, laki-laki gila yang ku temui di gerbang sekolah mengejarku hingga kemari. Diapun mengetuk kaca mobil.
"Permisi pak, bisakah anda menurunkan istri saya itu. Dia harus segera pulang bersama saya." Ohohohoho... ISTRI?? Kebohongan macam apa yang ia katakan.
"Bukan Pak. Saya bukan istrinya. Ayo Pak jalan aja jangan hiraukan dia." Pintaku.
"Kami sedang bertengkar. Dalam rumah tangga hal ini biasa terjadi bukan? Bapak juga pasti pernah mengalaminya bukan?" Ucapnya lagi semakin membuatku jengkel. Supir taksi itupun menganggukkan kepalanya seakan membenarkan ucapan laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintailah Aku...
Romance"Cintaku saja sudah cukup untuk kita berdua." Kata-kata itu yang akhir-akhir ini sering aku dengar. Bahkan keduanya mengatakan hal yang serupa, aku juga tidak mengerti bagaimana mereka memiliki pemikiran yang sama. Aku terjebak dalam permainanku sen...