Aku kembali menghampiri Dave. "Dave, ku mohon jangan percaya pada mereka. Aku tidak berbohong Dave.. Aku.." Aku terus menangis padanya. Dave memutus kalimatku dengan ia mengangkat tangannya menyuruhku untuk berhenti bicara. Dave kembali menatapku tajam.
"Selama ini aku diam dengan semua yang terjadi, aku selalu berusaha untuk menahan amarahku. Tapi kali ini sudah benar-benar keterlaluan. Dia tidak berbohong, aku percaya pada istriku." Dave mengalihkan pandangannya pada mereka. "Kalian membenciku aku menerimanya, kalian tidak pernah menganggapku keluarga aku juga menerimanya. Semua yang kalian lakukan padaku aku menerimanya, aku tetap menyayangi kalian sebagai keluargaku meski kalian tak pernah mengganggapku. Tapi kali ini, aku tidak akan diam saja." Dave memukul wajah Ryan dengan penuh emosi, aku pun takut melihatnya.
"Kak Ryan.." Jerit Sela.
"Ini untuk istriku yang sudah kau lecehkan." Dave memukulnya kembali. "Ini untuk istriku yang sudah kau buat menangis." Dave hendak memukulnya untuk yang ketiga kalinya. Tapi aku berusaha menahannya.
"Dave..." Teriakku. Aku menggenggam tangannya sambil menangis. "Hanya dengan kamu percaya padaku, itu sudah lebih dari cukup. Kamu tidak perlu mengotori tanganmu untuk memukulnya." Aku mencoba menenangkannya.
"Aku tidak menyangka kamu bisa memukul adikmu Dave." Ucap Mama Dave kecewa. "Jika kamu lebih memilih istrimu baiklah kami akan pergi dari rumah ini." Ancamnya.
"Mama selalu saja mengancam dengan ancaman tersebut, bahkan Mama sendiri tidak berani untuk melakukannya." Ujar Dave kesal.
"Aku tidak main-main Dave. Kami benar-benar akan pergi dari sini." Ucap Mama Dave percaya diri.
"Tidak perlu Mama. Jika Mama pergi dari sini usaha Mama untuk mendapatkan semua harta Papa akan sia-sia. Jadi tetaplah disini, aku sama sekali tidak tertarik dengan harta warisan itu. Aku yang akan pergi dari rumah ini." Ujar Dave lalu berlalu meninggalkan mereka. Melihat Dave yang sangat terpukul karena tingkah keluarganya, aku pun mengejarnya ke kamarnya. Aku melihat ia benar-benar mengemasi semua barang-barangnya.
"Apa kamu yakin akan pergi Dave?" Tanyaku. Dave menyeka air matanya. Dave juga sosok yang lemah jika menyangkut keluarga.
"Kemasilah barang-barangmu juga. Aku tidak akan membiarkanmu tinggal bersama orang-orang seperti mereka." Seru Dave, akupun menuruti perintahnya. Segera ku kemasi semua barangku, dan kami pun pergi meniggalkan rumah Dave malam itu juga.
Ditengah perjalanan aku bertanya pada Dave kemanakah kami akan pergi. Mendengar pertanyaanku, Dave menghentikan mobilnya. Dia memandangku lekat, sejenak kemudian baru menjawab pertanyaanku.
"Aku akan mengantarmu pulang ke rumah orang tuamu, aku tidak ingin melibatkanmu terlalu jauh dengan masalahku. Berikan saja alamatnya padaku, aku akan mengantarmu kesana." Jawab Dave.
"Lalu kamu ingin pergi kemana setelah itu?" Tanyaku penasaran.
"Aku akan kembali ke rumahku. Rumah yang aku dapatkan dari hasil jerih payahku sendiri, aku akan hidup sama seperti sebelumnya meneruskan bisnis minimarketku yang sudah aku bangun dibeberapa tempat." Jelasnya.
"Bolehkah aku ikut denganmu?" Tanyaku membuatnya terkejut. Dia tidak menjawab pertanyaanku, dia hanya memandangku. Aku mengamati matanya mulai berkaca. "Aku berjanji tidak akan menyusahkanmu, aku tahu saat ini aku tidak mencintaimu tapi biarkan aku menjadi istrimu. Aku akan melakukan semua tugasku sebagai istrimu, menyiapkan semua keperluanmu. Soal hatiku, aku harap kamu mau mengerti untuk hal itu. Aku tidak ingin pulang ke rumah. Rasanya tidak adil jika aku meninggalkanmu hidup sendiri, kamu seperti ini juga karena aku." Ujarku.
"Apakah kamu yakin Mila ingin tetap menjadi istriku?" Tanyanya meyakinkan.
"Dave, apa aku sekarang terlihat sedang berbohong?" Aku balik bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintailah Aku...
Romansa"Cintaku saja sudah cukup untuk kita berdua." Kata-kata itu yang akhir-akhir ini sering aku dengar. Bahkan keduanya mengatakan hal yang serupa, aku juga tidak mengerti bagaimana mereka memiliki pemikiran yang sama. Aku terjebak dalam permainanku sen...