Semua persiapan untuk acara pernikahanku dengan Vano sudah dipersiapkan semua. Dalam waktu 2 minggu kedepan kami akan menjadi sepasang suami istri. Aku berharap tidak akan ada halangan untuk niat baik kami tersebut.
"Mila.. Mau ikut mama liat gedung pernikahan kamu nanti gak?" Tawar Mama.
"Mila di rumah saja Ma, Mila merasa agak kurang enak badan. Mila percaya aja sama pilihan kalian." Jawabku.
"Yaudah kamu baik-baik di rumah ya. Kalau ada apa-apa telpon Mama atau Kakakmu ya." Seru Mama.
"Siap boss." Ucapku tersenyum pada Mama.
"Yaudah Mama berangkat dulu sayang ya." Pamit Mama dan mencium pipiku.
"Hati-hati ya Ma." Ucapku.
"Daa sayang."
"Daaa Mama."
Aku pun kembali melanjutkan aktivitasku menonton film kartun, ya meski umurku sudah tua aku adalah penggemar berat film kartun. Tiba-tiba saja dering ponselku berbunyi, aku melihat dari nomor yang tidak dikenal. Aku bertanya-tanya dalam hatiku, siapakah gerangan yang menelponku. Untuk menghapus rasa penasaranku, karena nomor tersebut menelponku tidak hanya satu kali. Aku pun memutuskan untuk menjawab panggilan tersebut.
"Hallo." Ucapku.
"Hallo.. Selamat siang. Bisa bicara dengan Nona Kamila?" Terdengar suara seorang laki-laki diseberang sana.
"Iya saya sendiri. Ini siapa ya?" Tanyaku.
"Oh, maaf Nona jika saya mengganggu waktu anda. Saya Dokter Suroto. Anda masih mengingat saya?" Tanyanya. Aku pun kembali mencoba menemukan nama dan wajahnya dalam ingatanku. Setelah aku berhasil mendapatkannya. Aku pun segera bertanya padanya maksud ia menghubungiku.
"Iya Dokter, ada apa ya?"
"Apa Nona Kamila tahu keberadaan Dave sekarang dimana?" Tanyanya. Lah dia nyari Dave kok malah nanya sama aku. Batinku bingung.
"Enggak Dok. Saya sudah lama tidak mendengar tentangnya. Memangnya kenapa Dok?" Tanyaku penasaran.
"Harusnya dia datang ke rumah sakit untuk kontrol jantungnya satu minggu yang lalu. Tapi sampai detik ini, dia tidak juga kunjung datang." Jelasnya.
"Kontrol jantung? Memangnya Dave sakit apa Dok?" Aku mulai serius mendengarkan pembicaraan Dokter tersebut.
"Begini saja Nona Kamila, jika anda tidak keberatan, bisakah kita bicara di rumah sakit saja? Temui saya di rumah sakit. Saya akan jelaskan pada anda. Saya juga berharap anda dapat membantu saya." Pintanya.
"Baiklah Dok. Saya akan ke rumah sakit sekarang juga." Ucapku lalu mengakhiri panggilannya. Tanpa membuang waktu lagi, aku segera mengambil tasku di kamar lalu pergi menuju ke rumah sakit dengan naik taksi.
Sesampainya di rumah sakit, aku segera menemui dr. Suroto. Entah mengapa aku menjadi lebih penasaran dengan keadaan Dave. Apa yang sebenarnya terjadi padanya. Setelah aku bertemu dengan dr. Suroto, ia menjelaskan padaku tentang keadaan Dave yang sebenarnya. Ia mengidap penyakit gagal jantung bawaan. Selama ini aku tidak pernah tahu akan hal itu. Bahkan jantungku rasanya ikut berhenti berdetak saat aku tahu tentang keadaan Dave. Ia menyembunyikan penyakitnya begitu rapat.
"Gak mungkin Dok. Selama ini dia terlihat baik-baik saja." Bantahku tidak percaya.
"Dia memang tidak ingin ada yang mengetahui penyakitnya. Tapi keluarganya tahu Nona. Saya sudah mencoba menghubungi keluarganya tapi tidak ada jawaban. Saya bingung harus mencarinya kemana. Akhir-akhir ini kesehatannya semakin menurun. Dia harus dirawat, tapi dia selalu menolaknya." Jelas dr. Suroto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintailah Aku...
Romance"Cintaku saja sudah cukup untuk kita berdua." Kata-kata itu yang akhir-akhir ini sering aku dengar. Bahkan keduanya mengatakan hal yang serupa, aku juga tidak mengerti bagaimana mereka memiliki pemikiran yang sama. Aku terjebak dalam permainanku sen...