Chapter 22

464 17 1
                                    

Sejak hari itu, Dave selalu datang menemuiku. Bahkan ia datang dengan beragam alasan, aku tahu betul bahwa itu hanya alasannya saja untuk bertemu denganku. Aku tidak tahu, harus bersikap apa padanya. Jika ditanya aku mencintainya atau tidak, maka jawabannya adalah iya, aku masih mencintainya yang aku pikir sudah meninggalkanku juga sama seperti Vano. Tapi jika ditanya apakah aku akan kembali bersamanya, maka jawabannya adalah tidak. Tidak mungkin. Aku akan sangat mengkhianati cinta Vano jika kembali bersamanya, bahkan jantung Vano saat ini ada didalam tubuh Dave. Aku tidak bisa mencintai keduanya, aku sudah pernah melakukan kesalahan sebelumnya dan aku tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama lagi. Hal itu juga akan membuat Indira semakin membenci dan mengutuk hidupku. Aku tidak akan pernah bahagia dengan pilihan itu.

Aku memutuskan untuk kembali pulang ke rumah orang tuaku, aku tidak tahan karena Dave selalu saja berusaha menemuiku. Atas persetujuan keluargaku, aku pun kembali pulang ke rumahku. Sesampainya aku di rumah, semua orang di rumahku menyambutku senang. Aku langsung memeluk Mamaku, aku begitu merindukannya.

"Mama sangat merindukanmu Nak." Ungkap Mama yang memelukku erat.

"Mila juga Ma. Sekarang, Mila akan kembali tinggal bersama kalian. Mila gak mau jauh-jauh dari kalian lagi." Ucapku tersenyum lebar.

"Itu baru namanya anak Papa. Harus bisa melangkah ke depan Nak, lupakan yang telah berlalu." Sahut Papa.

"Gak bawa oleh-oleh nih buat Kakak?" Tanya Kak Mike kemudian.

"Oleh-oleh? Kakak pikir aku habis jalan-jalan apa?" Jawabku mengerucutkan bibirku.

"Hmmm... Kalau Kakak saja yang pergi kemana-mana pasti di minta oleh-oleh. Lah giliran kamu yang pergi, gak bawakan Kakak apa-apa. Jahat kamu Dek." Ledeknya. Aku pun langsung menghampirinya yang duduk di kursi, aku duduk disampingnya dan aku peluk erat lengannya lalu aku kecup pipinya.

"Ini oleh-oleh dariku." Ucapku tersengir, di iringi tawa Mama dan Papa. Kak Mike memukul pelan kepalaku.

"Dasar.. meskipun sudah dewasa, tapi kamu masih seperti Adik kecilku yang dulu. Tidak ada berubahnya." Ungkapnya.

"Sakit tahu.." Ucapku sambil mengusap kepalaku.

"Sukurin." Kak Mike memeletkan lidahnya padaku.

"Tadaaaa... kuenya sudah siap." Tiba-tiba suara yang sangat tidak asing aku dengar memecah gurauan kami. Mataku langsung menoleh ke pemilik suara itu. Aku sangat terkejut saat aku mendapati Dave yang tengah tersenyum lebar dengan membawa kue di tangannya. Tapi ia bukannya datang dari pintu depan, malah keluarnya dari dapur. Aku langsung saja berdiri dan menatapnya heran.

"Kamu??? Kok.. bukannya kamu.." Ucapku kebingungan.

"Iya, dia tiba lebih dulu dari kamu." Jawab Mama.

"Tapi.. Bagaimana dia bisa masuk kemari?" Tanyaku bingung.

"Lewat pintu." Jawab Dave singkat. Papaku terkekeh mendengar jawaban Dave.

"Selama kamu gak di rumah, dia memang sering kemari." Ungkap Papa. Aku semakin membolakan mataku.

"Apa? Bukannya kemarin kamu bilang kalau kamu gak punya keberanian.... Ooo jadi kamu berbohong padaku?" Ucapku mulai kesal padanya.

"Berbohong sedikit gak pa-pa ya. Aku minta maaf." Ucapnya tersengir. "Awalnya mereka tidak ingin memberitahuku keberadaanmu, tapi aku terus berusaha meyakinkan mereka hingga akhirnya aku mengetahui keberadaanmu dimana." Jelas Dave.

"Jadi kejadian yang di mall kemarin..." Kalimatku terputus karena Dave yang langsung memotongnya.

"Ooo tidak.. tidak.. soal kejadian di mall itu benar-benar tidak sengaja, bahkan aku tidak tahu bahwa kamu juga kesana. Aku benar-benar sedang melakukan pekerjaanku saat itu. Mereka hanya memberitahuku daerah yang kamu tempati bukan memberitahu alamat lengkapnya. Tapi sepertinya Tuhan sedang berpihak padaku hingga akhirnya kita dipertemukan di mall itu." Jelasnya kembali.

Cintailah Aku...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang