Chapter 27

402 12 4
                                    

Dave's Pov

Diperjalanan pulang dari acara Pak Pratap yang menjadi rekan bisnisku akhir-akhir ini, aku melihat Mila sedang berdiri dipinggir jalan. Mungkin mobilnya sedang mogok pikirku. Aku berusaha sekuat mungkin agar aku tidak melihatnya dan tidak berniat untuk perduli padanya, dan aku berhasil melakukan semua itu tanpa ada hambatan. Saat aku melewati sebuah sekolah, sekumpulan anak-anak mulai menarik perhatianku. Aku menghentikan mobilku disana saat aku melihat beberapa anak sedang membuat satu anak itu menangis. lebih tepatnya seperti sedang kena bully. Aku segera menghampiri mereka.

"Gak punya Papa... Gak punya Papa...Gak punya Papa..." Kalimat itu yang aku dengar dari mereka untuk meledek anak itu.

"Heii... Kalian sedang apa? Kenapa kalian membuatnya menangis?" Tanyaku mendekati mereka.

"Kabur yuk.." Mereka pun pergi dari sana meninggalkan anak itu yang masih menangis.

"Kamu kenapa Nak?" Tanyaku lembut pada anak itu. Dia hanya menatapku, tidak menjawab pertanyaanku sama sekali. Matanya begitu indah, mengingatkanku akan tatapan seseorang yang aku kenal. Dia gadis kecil yang cantik. "Baiklah, sekarang katakan pada Om kenapa kamu belum pulang?" Tanyaku mulai sok akrab padanya. Dia masih sama, diam seribu bahasa tapi syukurlah dia tidak menangis lagi. "Kok kamu diam terus dari tadi? Gak mau bicara sama Om ya?" Dia mulai menggelengkan kepalanya. "Loh kenapa?" Tanyaku kembali.

"Mama bilang, Ale gak boleh bicara sama orang gak dikenal." Kini dia mulai berbicara.

"Kamu jangan takut ya sama Om, Om orang baik kok. Kenalkan, nama Om Dave. Jadi kamu bisa panggil Om dengan sebutan Om Dave." Ucapku sambil mengulurkan tanganku. Dia hanya diam dan terus menatapku. "Apa sekarang kamu mau pulang?" Dia menganggukkan kepalanya. "Lalu?" Tanyaku kemudian.

"Mama belum jemput." Jawabnya.

"Papamu?" Lanjutku.

"Ale gak punya Papa." Jawabnya polos. Entah mengapa mendengar ucapannya, napasku terasa sesak. "Teman-teman Ale sering mengejek Ale karena Ale tidak punya Papa." Lanjutnya. Spontan saja aku memeluk gadis kecil itu, aku seperti merasakan kesedihan yang dirasakannya.

"Kamu mau jagung rebus?" Tawarku padanya, karena memang ada penjual jagung rebus yang masih ada di depan sekolahannya. Dia pun menggelengkan kepalanya.

"Kenapa? Gak suka ya?"

"Mama bilang, Ale gak boleh jajan sembarangan. Nanti Ale sakit." Jawabnya.

Aku tersenyum padanya. "Meskipun Ale gak punya Papa, tapi Ale punya Mama Ale yang sangat menyayangi Ale. Dia bisa merangkap tugasnya sebagai seorang Mama dan juga Papa." Ucapku menenangkannya. "Yaudah, sekolahan sudah sepi sekarang. Kamu pulang sama Om saja ya? Nanti Om antar pulang. Mungkin Mamamu masih banyak pekerjaan sehingga ia tidak sempat menjemputmu." Tawarku kembali. Dia menganggukkan kepalanya, akupun menggandeng tangannya lalu aku ajak ia masuk kedalam mobilku.

Di tengah perjalanan dia hanya diam saja. Sesekali aku menoleh melihatnya, terasa damai sekali melihat wajahnya. Andai aku punya anak, dan andaikan Mila tidak menggugurkan kandungannya dulu, mungkin anakku sudah sebesar dia yang saat ini duduk disampingku.

"Om.." Panggilnya.

"Iya?" Jawabku segera.

"Ale lapar." Ungkapnya. Polos sekali anak ini, dia mengatakan bahwa ia sedang lapar. Bagaimana jika ada orang yang berniat jahat. Pikirku.

"Yaudah, kita mampir makan dulu ya sebelum kita pulang. Ale mau?" Tawarku. Dia menganggukkan kepalanya. Aku pun langsung mencari sebuah restoran untuk kami makan siang.

Sesampainya di restoran, aku langsung menawarkan beberapa menu pada Ale. Iya Ale, hanya nama itu yang aku tahu untuk memanggilnya.

"Ale mau udang?" Tanyaku.

Cintailah Aku...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang