"Terkadang hujan bisa membuat tubuh kita berapi-api." Ucapnya yang aku tidak mengerti maksudnya.
Tiba-tiba seseorang mengintip dari balik jendela dan sesaat kemudian ia langsung membukakan pintu rumahnya.
"Ayo masuklah. Kalian bisa basah kuyup jika tetap di luar. Hujannya deras sekali dan anginnya juga kencang. Ayo masuklah." Ajak wanita paruh baya itu. Kami berdua pun mengikuti langkahnya.
"Siapa sayang? Apa kamu menemukan sepasang Rusa malam ini?" Tanya laki-laki paruh baya itu yang aku yakin dia adalah suami ibu itu yang sedang melukis didalam rumahnya.
"Bukan Rusa, tapi sepasang kekasih." Jawab Ibu itu.
"Kami suami istri tuan. Kami dari perkebunan tadi tapi sekarang terjebak hujan." Jelasku.
"Tidak apa. Anggap saja rumah sendiri, daripada diluar kalian bisa kedinginan." Jawab Bapak itu.
"Terima kasih." Ucap Dave.
"Baju kalian basah, ayo ikut denganku, aku punya beberapa baju saat aku muda dulu. Mungkin pas di tubuhmu." Ajak Ibu itu baik hati. Akupun mengikuti langkah kakinya menuju ke kamar. Sebelum itu, ia menghampiri suaminya yang masih asyik dengan lukisannya.
"Hei sayang, apa kamu tidak akan meminjamkan pakaianmu padanya? Lihat kasihan dia kedinginan." Seru Ibu itu.
"Oh astaga. Maafkan aku. Aku terlalu fokus pada lukisanku. Ayo mari ikutlah denganku." Ajaknya pada Dave.
Setelah itu, mereka mengajak kami untuk makan malam bersama mereka. Mereka terlihat baik sekali pada kami, sedangkan diluar sana hujannya masih sangat lebat. Aku mencoba menghubungi Oni untuk memberitahu keberadaan kami, tapi sayangnya sinyalku hilang mungkin karena cuacanya yang sedang buruk.
"Menginap saja disini. Kami akan sangat senang jika kalian mau menginap disini. Kami hanya tinggal berdua sejak kami menikah. Kami tidak memiliki anak." Jelas Ibu Lesi tersenyum, yang baru aku tahu namanya saat aku mengganti pakaianku tadi.
"Dia benar. Hujan diluar juga masih sangat lebat. Besok pagi saat cuacanya sudah membaik, baru pulanglah kerumah kalian." Seru Bapak Joko, suami Ibu Lesi.
"Kami sangat berterima kasih pada kalian karena sudah menerima kami disini. Kami tidak akan melupakan kebaikan kalian. Maafkan kami sudah merepotkan kalian." Ucap Dave.
"Jangan sungkan. Anggap saja rumah sendiri." Ujar Pak Joko.
Kamipun memutuskan untuk bermalam disana. Memaksakan untuk pulang kerumah dengan cuaca seperti itu juga tidak mungkin. Aku terpaksa harus tidur satu ranjang dengan Dave karena disana, kamarnya tidak seluas kamar Dave dan ada sofanya. Sangat tidak mungkin jika aku menyuruh suamiku untuk tidur di lantai dalam keadaan diluar yang masih hujan. Dia bisa mati kedinginan. Gemuruh petir menggelegar diluar sana. Aku merasa sangat ketakutan. Apakah terjadi hujan badai diluar sana pikirku.
"Dave, apa kamu udah tidur?" Tanyaku sambil mengguncangkan bahunya dari belakang karena ia tidur membelakangiku.
"Belum. Kenapa?" Tanyanya singkat.
"Aku takut Dave, bisakah kamu menemaniku?" Tanyaku konyol karena mau ditemani seperti apa lagi, sedangkan Dave saja sudah ada disampingku.
"Bukankah aku sudah menemanimu sekarang?" Dave membalikkan tubuhnya menghadapku dan menatapku bingung.
"Tapi aku masih takut." Ungkapku.
"Apa aku perlu memelukmu agar kamu tidak takut?" Tanyanya ragu.
"Apa itu akan berhasil menghilangkan rasa takutku?" Tanyaku.
Dave menarik panjang napasnya. "Ya aku gak tahu. Kita belum pernah melakukannya sebelumnya." Ucapnya. Dia benar juga. Aku langsung bergerak mendekat padanya, aku membenamkan wajahku didada bidangnya. Sejenak aku melupakan cintaku pada Vano, yang aku pikirkan saat itu bagaimana cara aku menghilangkan rasa takutku. Dengan ragu, Dave membalas pelukanku. Dave mengusap lembut rambutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintailah Aku...
Romance"Cintaku saja sudah cukup untuk kita berdua." Kata-kata itu yang akhir-akhir ini sering aku dengar. Bahkan keduanya mengatakan hal yang serupa, aku juga tidak mengerti bagaimana mereka memiliki pemikiran yang sama. Aku terjebak dalam permainanku sen...