Chapter 30

414 15 7
                                    

Sudah 9 hari berlalu sejak hari dimana aku pergi dari rumah Dave. selama itu pula aku tidak pernah membiarkan Dave untuk menemui Alesha. Berulang kali ia mencoba untuk menemuinya tapi aku selalu menggagalkan usahanya. Aku tahu aku egois, tapi aku tidak ingin munafik bahwa aku merasa sakit hati padanya karena mengkhianati cintaku padanya.

Aku pergi ke taman bermain bersama Alesha, aku mengajaknya kesana untuk menghibur dirinya agar ia bisa melupakan papanya. Tapi aku sama sekali belum bisa melupakan papanya. Aku duduk termenung di kursi taman tersebut sambil menunggui Alesha bermain disana.

"Mama Ale mau es krim itu. Ale beli ya." Ucap Alesha padaku lalu berlari menuju penjual es krim tersebut. Aku hanya melihatnya dan memperhatikannya.

"Mila..." Sapa seseorang dari belakangku. Saat aku menoleh melihatnya, aku menemukan sosok Deni disana.

"Deni.." Ucapku. Aku langsung meraih tasku dan hendak pergi darisana tapi ia berhasil menahanku.

"Jangan pergi Mila, aku mohon. Aku ingin bicara denganmu sebentar saja." Pintanya.

"Apa lagi yang ingin kamu bicarakan denganku? Aku tidak ingin berurusan lagi denganmu." Ucapku ketus.

"Aku tahu itu. Aku hanya ingin meminta maaf padamu, aku sudah menghancurkan kebahagiaanmu. Seharusnya aku tahu bahwa kebahagiaanmu hanya terletak pada diri Dave. Aku ingin meminta maaf untuk semua kesalahanku itu." Ucapnya.

"Aku sudah memaafkanmu." Jawabku singkat.

"Aku lega mendengarnya. Saat kamu melarikan diri dihari penerbangan kita ke Malaysia waktu itu, aku mulai menyadari bahwa sekuat apapun aku berusaha. Aku tidak akan pernah bisa mendapatkan hatimu." Lanjutnya.

"He em.." Sahutku singkat.

"Oh iya, aku kemari bersama istri dan anakku. Mereka ada disana." Ungkapnya sambil menunjuk ke arah seorang wanita yang sedang mengajak anak laki-lakinya bermain.

"Itu anakmu?" Tanyaku penasaran. Deni pun menganggukkan kepalanya.

"Bulan depan umurnya genap tiga tahun. Mereka adalah satu-satunya harapanku untuk hidup dan ingin hidup lebih baik lagi. Aku ingin anakku dengan bangganya mengatakan bahwa aku ini adalah Ayahnya yang paling hebat." Ujar Deni dengan senyum bahagianya. Aku tersenyum melihatnya.

"Aku senang melihat hidupmu sudah jauh lebih baik sekarang." Ucapku padanya.

"Oh iya kamu kemari bersama siapa?" Tanya Deni kembali.

"Aku kemari bersama putriku. Itu dia sedang beli...." Ucapku sambil menunjuk ke arah tempat dimana tadi Alesha berdiri untuk membeli es krim. Tapi aku tidak menemukannya disana lagi. Aku memutar pandanganku ke semua arah disana. Tapi aku tetap tidak menemukannya. Hatiku mulai merasa khawatir dimana anakku berada.

"Kamu kenapa Mila?" Tanya Deni bingung.

"Maaf Den, aku harus mencari anakku. Aku tidak melihatnya dimana-mana." Ucapku panik. Aku pun langsung berlari sambil berteriak memanggil nama Alesha disana, tapi aku tidak juga kunjung menemukannya.

"Gimana Mil, ketemu?" Tanya Deni kembali menghampiriku. Aku menggelengkan kepalaku sambil menggigit jariku. Aku bingung harus mencari anakku dimana lagi. Aku langsung merogoh ponsel dari dalam tasku. Aku menghubungi Dave. Saat ia sudah mengangkat telepon dariku, tanpa basa basi lagi aku langsung memintanya untuk mengembalikan Alesha padaku.

"Kembalikan Ale padaku Dave." Ucapku ketus padanya.

"Maksud kamu apa Mila? Bukannya Ale sama kamu?" Ia malah memutar kalimatku.

"Dave, aku sedang tidak ingin bercanda. Kembalikan Ale padaku!" Bentakku.

"Aku berkata serius Mila. Ale tidak bersamaku. Apa yang terjadi?" Tanyanya mulai terdengar cemas. Saat aku menyadari bahwa Dave tidak sedang berbohong, kekhawatiranku semakin menjadi-jadi. Dimana anakku saat ini.

Cintailah Aku...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang