Chapter 12

444 20 8
                                    

Saat aku sudah mengisi penuh baterai ponselku, akupun langsung menghidupkannya. Begitu banyak pesan dari rumah, ada juga dari pamanku. Aku lupa mengabari mereka. Mereka sangat mencemaskanku karena aku tidak kunjung sampai di rumah pamanku. Akupun segera men-dial nomor mama.

"Assalammualaikum. Mila kamu kemana aja? Mama sangat cemas nak." Terdengar suara kecemasan dari seberang sana.

"Waalaikumsalam. Mila baik-baik saja Ma, maaf Ma. Mila ada suatu urusan yang harus Mila selesaikan , makanya Mila belum sampai ke rumah paman Arman. Tapi setelah urusan Mila selesai, Mila akan segera kesana." Jelasku.

"Urusan apa yang sampai membuatmu membatalkan perjalananmu kesana?" Tanya Mama.

"Nanti aja ceritanya Ma. Pokoknya Mila baik-baik aja disini, Mila sekarang di rumah temen Mila Ma."

"Temen yang mana?" Introgasi Mama.

"Ada temen Mila pokoknya. Nanti Mila ceritain. Udah pokoknya Mama tenang aja ya."

"Yaudah, jaga diri kamu baik-baik disana ya nak. Kalo ada apa-apa segera hubungin mama. Terus kalo urusan disana udah selesai cepat pulang ke rumah pamanmu. Atau kembali ke rumah saja." Seru Mama.

"Oke baiklah Mamaku yang cantik. Oh iya Ma, udah dulu ya nanti Mila telepon lagi. Gak enak soalnya sama keluarga temen Mila ma." Ucapku hendak mengakhiri panggilanku.

"Yaudah, baik-baik disana pokoknya ya nak." Ucap Mama sebelum akhirnya memutuskan sambungan teleponnya.

"Permisi Nyonya muda, anda di panggil Nenek di kamarnya." Panggil Oni.

"Oni.. jangan panggil aku nyonya muda. Aku merasa aneh dengan sebutan itu." Pintaku.

"Tidak Nyonya. Memang sudah seharusnya seperti itu disini, nanti aku dimarahin." Jawabnya.

"Oke baiklah Oni. Aku ke kamar Nenek dulu, lanjutkan pekerjaanmu." Akupun langsung pergi ke kamar nenek untuk menemui nenek.

"Nenek memanggilku?" Tanyaku dari balik pintu.

"Iya Mila. Kemarilah." Nenek menyuruhku untuk duduk didekatnya. Nenek memberikanku sebuah gelang tangan.

"Ini untukku Nenek?" Tanyaku bingung.

"Tentu saja. Sekarang kan kamu istrinya Dave, jadi nenek ingin memberikan gelang nenek padamu. Dulu, Kakeknya Dave memberikan gelang ini pada nenek sebagai bukti cintanya. Sekarang, gelang ini nenek wariskan padamu sebagai tanda cinta Dave padamu. Nenek sudah lama menunggu kehadiran cucu menantu Nenek, sekarang akhirnya kita bisa bertemu." Jelas nenek.

"Tapi gelang ini terlalu indah nek. Mila gak pantas nerimanya." Tolakku karena harusnya gelang itu memang harus melingkar ditangan istrinya Dave dan itu bukan aku.

"Tidak Mila. Kamu pantas untuk mengenakannya." Ucap nenek sambil memasangkan gelang tersebut padaku. "Ayo sekarang temani Nenek jalan-jalan keluar. Nenek ingin menghirup udara segar." Pintanya. Akupun menemaninya untuk berkeliling-keliling di sekitaran rumahnya. Ini juga baik untuk kesehatannya. Pikirku. Sepertinya kesehatan nenek semakin membaik. Begitu mujarabkah pertemuannya dengan cucunya sehingga membuatnya lebih cepat membaik. Batinku.

Setelah cukup lama berjalan-jalan bersama Nenek, akupun mengajak Nenek untuk kembali masuk kedalam rumah. Aku menyuruhnya untuk beristirahat. Setelah nenek beristirahat, aku menghampiri Dave yang sedang asyik dengan laptopnya di teras atas.

"Lagi sibuk ya?" Sapa ku.

"Oh gak kok, aku hanya sedang mengirim email dan memantau perkembangan minimarketku yang disana. Ayo duduklah disini." Ujarnya. Akupun duduk dihadapannya.

Cintailah Aku...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang