Jika ada typo maafkanlah😄
Selamat membaca💙
"Menikah!! "-ucap Jimin dan Jina bersamaan
Jin hanya menganga mendengar jawaban mereka berdua.
"Kalian gila?!"-teriak Jin frustasi
"Apa salahnya? Hyung yang memberi pilihan dan itu yang kami pilih"-jelas Jimin
"Ya tuhan kenapa aku kenal kedua orang ini!"-ucap Jin sendu
Jin pun mengusap kepala mereka,
"Jangan melakukan hal yang lebih dari tadi ya adik adikku"-Jin tersenyum lelah menatap Jimin dan Jina
Jimin dan Jina hanya tersenyum aneh menatap Jin.
----
Jina pov
Sebentar lagi Jimin akan segera lulus kuliah. Dia tinggal menunggu waktu wisudanya datang.
Hari ini Jimin ntah kemana. Aku sudah menelponnya beberapa kali tetapi tetap tidak ada jawaban.
Aku pun bergegas pergi ke rumah Jimin menggunakan sepeda sekalian berolahraga apa salahnya.
Didepan rumah Jimin terparkir sebuah mobil asing.
Aku mengetuk pintu rumahnya, dan nihil tidak ada jawaban.
Saat aku meraih gagang pintunya ternyata tidak dikunci, akupun masuk kedalam rumah Jimin.Aku berjalan menuju kamar Jimin, pintu kamar Jimin tidak tertutup sempurna dan aku pun langsung masuk kedalam kamar Jimin
"Jim kau kemana saj...... "-aku menutup mulutku kaget
"Jina? "-Jimin kaget melihatku
"Minggir!"-bentaknya pada wanita di pangkuannya
Aku langsung berlari meninggalkan tempat itu
"JINA!! KIM JINA!!"-panggil Jimin keras sambil menyusulku
Aku berlari keluar rumah Jimin dan segera menaiki sepeda.
"JINA!! TUNGGU!! BERHENTI!! "-teriak Jimin
Aku terus mengayuh sepedaku sambil menangis. Rasanya sakit. Hatiku sangat sakit melihat hal itu. Jimin tidak mungkin seperti itu.
Brugh!
Aku terjatuh dari sepeda karena menyenggol batu.
"Aarghh sakit"-ringisku melihat lututku terluka
"Sakitt hikss sakit sekali!!"-ringisku keras
"Hatiku sakit!! Sungguh!! "-aku menangis sejadi jadinya
"JINA! "-teriak Jimin
Sial! Jimin mengejarku.
Jimin berlari kearahku
"Gwenchana? "-tanya Jimin terlihat khawatir
"Minggir! "-bentakku
"Na-ya kau terluka"-Jimin panik melihat darah dilututku cukup banyak
"Pergi!! "-teriakku
"Jangan begini sekarang. Ayo obati lukamu dulu"-Jimin meraih tanganku
"Lepas! Pergi!!"-teriakku dan mendorong Jimin
Aku berusaha berdiri, dan
Brugh!
Tidak berguna.
"Pergi Jim! Aku membencimu! "-ucap sambil menangis
"Nanti ku jelaskan"-Jimin langsung menggendongku tanpa izin
"Turunkan Jim kumohon! Aku ingin menangis! "
"Tidak. Jika ingin menangis didepanku saja agar aku tau rasa sakit yang kau rasakan saat ini. "-jawab Jimin tanpa menatap kearahku
"Hikss... Kau kejam!! Jahat!!! Hikss.. Tega teganya melakukan hal seperti itu!! Hikss.... Hikss... "-aku menangis sambil memukul Jimin
"Kau sudah bosan denganku?! Hikss... Kejam!! Hikss... Aku benci padamu!! "-tangisku sambil terus memukul Jimin
Jimin hanya diam dan terus berjalan ke arah rumahnya.
Saat tiba mobil itu sudah tidak ada, bahkan pintu rumah Jimin pun terbuka.--
Jimin mendudukanku di kasurnya ,tempat dimana aku melihat hal menyakitkan tadi.
"Diam disini, jangan kemana-mana"-ucap Jimin sedikit serius
Aku hanya diam,
Jimin kembali dengan kotak obat dan segelas air. Dia duduk di pinggir kasur, lalu mulai membersihkan luka dilututku.
"Ahh sakit"-ringisku pelan
Jimin masih fokus dengan luka di lututku. Dia tidak berbicara sedikitpun.
Setelah selesai Jimin memberiku segelas air yang tadi ia bawa.
"Minum ini"-ucapnya sambil menyerahkan gelas itu padaku
Aku pun mengambilnya lalu meminumnya. Dan menyimpannya lagi ke meja pinggir kasur Jimin.
Setelah itu hening... Jimin belum berbicara apapun. Dia terlihat berpikir dan khawatir. Dia gelisah, aku bisa lihat itu.
Aku hanya menunggu kapan Jimin mulai berbicara.
"Maaf"-ucapnya pelan sambil menunduk
"Tadi sungguh aku tidak tau. Aku, aku benar benar tidak tau. Tiba-tiba dia datang lalu duduk dipangkuanku dan men.... "
Mau meraih wajah jimin, menangkupnya agar menatapku.
Jimin menangis, aku menghapus air matanya."Siapa wanita itu? "-tanyaku
"Dia kakak tiriku. Anak istri kedua ayahku. Dia pernah bilang padaku bahwa dia mencintaiku. Aku menolaknya karena aku hanya mencintaimu. Sejak saat itu dia mulai seenaknya. Dan tadi dia melakukan hal yang membuatku semakin membencinya. "-jelas Jimin sambil menahan air matanya
"Tapi percayalah, aku hanya mencintaimu. Setelah aku lulus dan bekerja. Aku janji akan langsung menikahimu. Aku tidak akan meninggalkanmu."-Jimin menggenggam tanganku
Aku tersenyum mendengar itu,
"Kenapa kau tidak ceritakan semua ini dari dulu. Aku sungguh kaget tadi. Hatiku sangat sakit melihat hal tadi."-aku mengusap pipinya
"Aku minta maaf"-Jimin memelukku
Aku membalas pelukannya
'Semoga semua akan baik baik saja'-batinku
Jimin pov
'Dia tidak akan menyerah, aku harus bisa menjaga Jina'-batinku
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Kecanduan [PJM]
FanfictionCanduku hanya kamu Jina-ya. Seluruh tubuhmu canduku. - Park Jimin Aku baru mengerti apa maksud dari kata candumu itu. Sekarang kau juga canduku Jim, seluruh tubuhmu canduku. -Kim Jina