18) Bintang

2.6K 137 7
                                    

Hai omaygat!!!
.
.
.
.
Sori typo✨

Selamat membaca kalyan✨

Jina terus menatap cincin di jari manisnya sambil tersenyum. Padahal ini sudah beberapa hari semenjak lamaran Jimin itu.


Jimin yang sedari tadi disamping Jina merasa gemas. Karena Jina hanya menatap cincin itu. Bahkan ketika Jimin sibuk dengan ponselnya dan bermaim game cukup lama. Jina hanya menatap terus cincin itu. Tanpa melakukan apapun. Ingat.

"Hey" - Jimin mencolek dagu Jina

"Hm?" - akhirnya Jina menoleh pada Jimin

"Wae?" - tanya Jina dengan wajah polosnya.

Jimin sudah tidak tahan karena gemas. Berakhir dengan Jimin menghela nafasnya dan menarik Jina kepelukannya.

"Ahh Jina kenapa kau sangat menggemaskan. Aku tidak tahan." - Jimin mempererat pelukannya.

"Memang kenapa?" - tanya Jina lagi

"Cincin itu. Kau terus memandanginya. Bahkan aku tidak kau marahi saat bermain game cukup lama." - Jimin sedikit cemburu sebenarnya pada barang itu.

Jina hanya terkekeh,

"Ini sangat istimewa Jim. Aku tidak menyangka akan mendapatkan ini darimu. Kau kan pelit. " - Jina melepaskan pelukan Jimin dan menatapnya.

"Aku tidak pelit! Hanya saja aku ingin berhemat. Lagi pula setelah kita menikah, akan aku berikan semua keinginanmu. " - Jelas Jimin sambil membuka matanya lebar.

"Baiklah baiklah calon suami ku." - Jina pun beranjak berdiri.

Jimim mendengar ucapan Jina 'calon suami ku' langsung tertawa geli.

"Tunggu calon istri ku. Mau kemana?" - goda Jimin sambil mengikuti Jina.

"Ke toilet. Mau ikut?" - canda Jina.

"Ayo!" - Jimin dengan cepat menggendong Jina dan membawanya menuju toilet.

"Yak! Park Jimin! Jangan macam-macam!" - Jina memukul dada Jimin.

"Kau yang menawariku Na-ya."

Jimin menurunkan tubuh Jina tepat di depan pintu toilet.

"Ya sudah sana masuk." - Jimin mendorong tubuh Jina pelan untuk memasuki toilet.

Jina menatap Jimin kecewa sambil memajukan bibirnya.

"Aku kira kau benar akan masuk bersamaku ke toilet." - cicit Jina sambil memainkan ujung baju Jimin.

Kali ini Jimin menjerit kecil melihat tingkah aneh Jina seperti ini.

"Astaga Na-ya! Kau sungguh ingin aku ikut bersamamu kedalam toilet?" - Jimin menangkup wajah Jina.

Jina mengangguk pelan.

"Tentu saja."

"Ya sudah ayo kit..."

"Aku mencintaimu! Maaf!"

Cup

Jina berkata dan mengecup bibir Jimin dengan cepat. Lalu segera berlari memasuki toilet dan mengunci pintunya.

"Park Jina! Aku akan menghukum dirimu saat sudah menikah! Sungguh akan aku hukum dirimu dengan rasa yang menagihkan! Kau akan berteriak untuk meminta dihukum lagi! Aku jamin itu! Kau akam terus menggodaku setiap hari hanya untuk mendapat hukuman dariku! Tunggu saja saat kita sudah menikah eoh! Park Jina!" - Jimin berteriak sambil mengetuk pintu toilet.

Kecanduan [PJM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang