Setelah sekian lama, maafkan baru comeback.
.
.
.
.
Happy reading❤️❤️
.
.
.
.
✨✨✨Jimin pov
2 hari sudah berlalu, Jina masih saja menjauhiku karena kejadian malam itu. Memang salahku, namun hanya itu pilihan yang bisa membuat Jina aman.
Aku sedang menunggu Jina di depan fakultasnya. Jina keluar dari pintu dan melihat ke arahku. Namun dia langsung berjalan menjauhiku.
Aku berlari mengejarnya,
Greb
Aku menahan tangannya,
"Na-ya" - panggilku
"Lepaskan."-ucapnya dengan penekanan tanpa menoleh kepadaku.
"Kumohon Na-ya dengarkan aku dulu." - ucapku
"Lepaskan!" - Jina berteriak dan menarik tangannya kasar
Jina mulai sedikit berlari saat tangannya terlepas dari genggamanku.
Aku berlari mengejarnya dan terpaksa menarik tangannya untuk mengikutiku.
"sakit..."-ucapnya
Aku hanya diam dan terus membawanya ke dalam mobil.
Mobil~
Aku dan Jina hanya berdiam tidak berbicara, aku sungguh bingung bagaimana cara menjelaskan pada Jina.
"Na-ya" - panggilku
Jina hanya diam dan menatap lurus ke arah jendela.
"Aku ingin menjelaskan semuanya, biar kamu ga salah paham."
"Cih, jelasin apanya? Udah ga perlu."- Jina menjawab dengan decihan dibibirnya.
"Jangan kaya gini Na. Kamu belum tau apa yang sebenernya." - aku masih berusaha membuat Jina menatapku.
'Lebih baik jujur daripada menyembunyikan sesuatu.'-batinku
"Sebenernya aku diancam Na, diancam sama Mina."-dengan berani aku mengucapkan hal itu.
Jina langsung berbalik menatapku.
"Diancam?" - Jina menatapku penuh pertanyaan
"Iya, aku mending jujur aja sama kamu biar gaada salah paham. Maafin aku ga ngomong ke kamu tentang ini dari dulu. Tapi Mina udah ngancam aku beberapa kali." - aku menggenggam tangan Jina.
"Dia ngancam apa!" - tanya Jina khawatir
"Intinya kalo aku ngomong yang sebenernya ke Jin hyung, kamu bakal dalam bahaya Na-ya. Dia ngancam aku hal yang paling aku benci."
"Mina bakal bunuh aku?" - Jina berkata dengan pelan.
Genggaman tangan Jina menguat ditanganku.
"Kamu ga papa?" - tanyaku
"Gapapa, makasih udah mau jujur sama aku." - Jina tersenyum lalu mengusap pipiku.
"Aku bakal jaga kamu Na, jangan khawatir. Aku janji." - aku meyakinkan Jina akan aman.
"Hm, aku percaya sama kamu."-Jina perlahan mengajakku berpelukkan.
Pelukannya mengerat,
"Aku yakin Jina ngomong itu cuma buat nakutin kita. Jangan terlalu dipikirin."-Jina mengusap punggungku.
Aku menghembuskan napas, rasanya hatiku sudah tenang. Aku tersenyum.
"Saranghae Jina-ya."
"Nado nado."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kecanduan [PJM]
FanfictionCanduku hanya kamu Jina-ya. Seluruh tubuhmu canduku. - Park Jimin Aku baru mengerti apa maksud dari kata candumu itu. Sekarang kau juga canduku Jim, seluruh tubuhmu canduku. -Kim Jina