Vy kembali...
Sorry typonya✨
.
.
.
Selamat membaca guys
.
.
.
.
.
.
Jina povJimin masih tertidur pulas. Aku hanya mengusap pipi Jimin sesekali mengecup pipinya. Namun Jimin tidak terganggu sedikit pun. Bahkan Jimin sekarang hanya mengganti posisinya menjadi terlentang di atas kasur.
Baju Jimin sedikit terangkat, memperlihatkan luka jahitan yang sudah mengering. Tanganku terulur untuk mengusap luka itu. Tapi aku urungkan. Aku menurunkan baju Jimin kembali dan memakaikan selimut pada tubuh Jimin.
✨✨✨
Tanganku masih sibuk mencuci piring bekas makan malam kemarin. Tapi pikiranku melayang mengingat percakapan tadi malam. Jin oppa bilang Mina akan pulang hari ini setelah beberapa hari dirawat. Namun perasaanku masih belum bagus tentang Mina. Entah mengapa.
Memang Jin oppa mengatakan akan merubah Mina. Tapi hatiku masih belum tenang mengingat perilaku Mina yang dulu.
"Semoga saja dia bisa benar-benar berubah." - gumam ku sambil membereskan cucian piring.
"Siapa?"
Sepasang tangan melingkar di pinggangku. Memelukku dari belakang.
"Ah kau sudah bangun Jim?"
"Hm, sudah."
Aku mengusap tangan Jimin. Jimin menaruh dagunya di bahuku. Sesekali juga Jimin mengecup leherku.
"Ada pikiran yang mengganggumu?"
"Hanya tentang tadi malam."
Jimin membalikkan tubuhku agar menghapap padanya. Jimin mengusap pipiku lalu menarikku ke pelukannya.
"Jangan dipikirkan. Biarkan saja semua berlalu. Semoga saja Mina benar-benar berubah."
"Semoga." - balasku.
Aku pun berjalan menuju sofa ruang TV, dan Jimin masih memelukku.
"Jim kau berat." - ucapku selagi berusaha berjalan.
Jimin hanya diam tidak peduli dan malah mempererat pelukannya.
"Aku mau duduk."
"Duduk saja Na-ya."
Aku menggerutu kesal. Bagaimana aku bisa duduk jika Jimin masih memelukku seperti ini.
"Ish! Bagaimana aku mau duduk Jim. Kau menghalangiku." - aku berusaha melepas pelukan Jimin.
"Duduk seperti ini saja." - Jimin terduduk dengan aku dipangkuannya.
Aku menghela nafas berat, ini tidak nyaman.
"Tidak nyaman Jim." - aku merengek mencoba melepaskan tangan Jimin di perutku.
Akhirnya Jimin mengalah. Aku berpindah duduk disamping Jimin. Dan mengambil remote TV dan menghidupkannya.
"Sayang." - Ucap Jimin tiba-tiba membuatku merinding. Aneh sekali mendengarnya.
"Na-ya."
Aku pun berbalik ke arah Jimin. Jimin menatapku. Aku hanya mengangkat satu alisku.
"Apa Jim?" - tanyaku
"Kita minggu depan wisuda."
"Hm. Lalu?"
"Kita akan cepat menikah." - Jimin berucap sambil tersenyum malu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kecanduan [PJM]
FanfictionCanduku hanya kamu Jina-ya. Seluruh tubuhmu canduku. - Park Jimin Aku baru mengerti apa maksud dari kata candumu itu. Sekarang kau juga canduku Jim, seluruh tubuhmu canduku. -Kim Jina