Selamat membaca💞💞💞
.
.
.
.
.
.
.Jimin pov
Jin hyung sudah pergi pulang setelah eommaku udah sampai di rumah sakit.
"Jimin-na siapa yang melakukan ini padamu hm? Eomma tanya sekali lagi. " - tanya eommaku
"Pencuri Eomma. Tanyakan saja pada Jina." - ucapku kembali meyakinkan eommaku.
"Jujur padaku Jina-ya. Kumohon ini demi Jimin." - eomma menatap Jina berharap.
Aku menggenggam tangan Jina cukup erat. Jina terlihat gelisah dan bingung. Jina menatapku. Berkata seakan hal ini tidak benar. Namun aku kembali mengerahkan genggaman ku.
"Saat aku datang, Jimin sudah dalam keadaan tidak sadarkan diri. Tapi aku yakin itu pencuri." - Jelas Jina pada eommaku
Eomma terlihat menutup matanya dan menghembuskan nafasnya kasar.
"Baiklah aku percaya. Eomma sungguh terkejut saat melihat keadaan rumah. Untung Jina menghubungi." - Eomma mengusap kepalaku.
Aku tersenyum menatap eomma.
"Aku sungguh baik-baik saja. "- ucapku
"Anakku sungguh kuat. Maafkan eomma tidak bisa menjagaku dengan baik." -eomma mulai mengeluarkan air matanya.
"Eomma sudah menjadi ibu terbaik didunia." - ucapku sambil mencium punggung tangan eommaku.
Eomma mengangguk sambil mengusap air matanya yang sudah mengalir.
"Tante lebih baik pulang saja. Biar aku jaga Jimin. Tante istirahat aja." - ucap Jina
"Hm baiklah. Tante nitip Jimin ya."
Sebelum pergi Eomma mengajak Jina mengobrol sebentar diluar ruangan.
"Sudah pulang?" -tanya ku saat melihat Jina masuk kedalam kamar.
"Sudah. Jadi, apa alasanmu Jim?" - tanya Jina padaku sambil duduk di atas ranjang rumah sakit di hadapanku.
"Hanya menjaga kedamaian keluarga. Aku tidak ingin ada masalah dalam keluarga. Apalagi ini hal yang cukup serius."
"Kau masih peduli pada Mina ternyata." - Jina tersenyum padaku.
"Karena dia masih saudaraku. Tapi, kenapa tersenyum seperti itu?" - aku menyipitkan mata karena bingung mengartikan senyuman Jina.
"Tidak, hanya senang."
"Senang? Karena?"
"Setidaknya aku tau calon suamiku orang yang baik hati." - ucap Jina membuatku membulatkan mata.
"Jina kenapa tiba-tiba? Ahk.." - aku mencoba duduk namun lukaku masih terasa sakit.
"Yak! Lukamu masih basah! Hati-hati Jim." - Jina membantuku duduk.
Aku masih menatap wajah Jina. Aku terkejut mendengar kata-kata yang jarang sekali keluar dari mulu manis Jina itu.
"Kenapa hm?" - tanya Jina sambil tersenyum aneh.
"Na-ya,ada apa hm? Senyummu sungguh aneh." - aku memegang pipi kanan Jina.
"Hanya senang, bisa menemani calon suamiku. Aku merasa calon istri yang baik." - Ucap Jina sambil sedikit menahan tawanya.
Aku menautkan alisku, sambil tersenyum menatap perilaku Jina yang tiba-tiba aneh.
"Jim apa dia memukul wajahmu?" - tanya Jina merubah raut mukanya khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kecanduan [PJM]
FanfictionCanduku hanya kamu Jina-ya. Seluruh tubuhmu canduku. - Park Jimin Aku baru mengerti apa maksud dari kata candumu itu. Sekarang kau juga canduku Jim, seluruh tubuhmu canduku. -Kim Jina