47. Penculikan

62 5 0
                                    

"Semua yang kita rencanakan dengan matang belum pasti terjadi. Namun, apapun yang terjadi nanti, kita harus ingat. Rencana Tuhan selalu yang terbaik."

*****

Terlepas dari ekspetasi. Itulah yang Alfi rasakan sekarang. Sejak sore tadi, Alfi sudah menyiapkan dirinya untuk menceritakan semuanya kepada Salma sebelum ia benar-benar terlambat.

Alfi menuliskan surat yang ia simpan dalam sebuah kotak yang didalamnya ada setangkai bunga mawar merah dan gelang anyaman.

Namun, sampai saat ini ia belum juga menemui Salma. Alasannya adalah sejak tadi Alfi terjebak dalam acara makan malam bersama keluarganya dan Fara.

Berulang kali ia mengecek jam tangannya melihat waktu yang terus saja melaju.

"Jam sembilan" Gumam Alfi.

Fara yang melihat Alfi sedikit gelisah pun menanyakan apa yang terjadi.

"Sayang? Ada apa? Kok daritadi liat jam mulu?" Tanya Fara.

Alfi pun menggeleng pelan. Ia tidak bisa meninggalkan ini. Pasalnya, Dony--Papanya Fara-- meminta Alfi tidak berhubungan lagi dengan mantannya itu. Dony sangat menekan Alfi supaya turut kepadanya atau orang tuanya akan dilaporkan. Lalu bagaimana dengan Salma?.

Sarah -- Mamanya Alfi-- sangat tahu apa yang Alfi rasakan. Kegelisahannya bahkan keinginannya saat ini.

Sarah menepuk bahu Alfi, "Fi, tolong beliin obat batuk di apotek. Uhuk. Uhuk. Yang biasa mama beli. Kamu tau kan? Uhuk.. Uhuk" Ucap Sarah dengan terbatuk-batuk.

Semuanya yang ada disana pun langsung menatap Sarah bingung.

"Baik ma, Om, Pa, Ma, Fara, aku mau ke apotek dulu buat beliin obat mama" Ucap Alfi yang dihadiahi oleh anggukan kepala oleh yang lainnya.

Alfi pun melangkah, namun tiba-tiba saja Yudha datang.

"Nggak usah Fi, biar gue aja yang beli. Kasiankan mereka lo tinggal" Ucap Yudha tiba-tiba.

"Eh Yudha, nggak usah biar Alfi saja yang beli. Kebetulan dia udah biasa beli, jadi suka ada diskonan gitu" Ucap Sarah dengan sedikit ragu.

"Nggak usah Fi, biar Yudha aja. Nggak enak sama Om Dony kalo kamu pergi. Sarah? Mana resep obatnya?" Ucap Hilman sebagai penengah.

"Eh nggak papa. Alfi aja. Udah sana Alfi, cepetan. Uhuk. Uhuk" Ucap Sarah dengan terus terbatuk-batuk.

Semuanya pun terlihat bingung dengan tingkah laku Sarah dan Alfi. Namun tidak berlangsung lama, semuanya kembali biasa saja.

Yudha yang melihat Alfi mulai pergi pun langsung mengabari teman-temannya. Ia tahu bahwa Sarah menyuruh Alfi pergi bukan untuk membeli obat, melainkan untuk bertemu dengan Salma dan menjelaskan semuanya di bandara.

>>>*<<<

Alfi pun langsung melaju dengan mobilnya. Untung saja, kotak itu dia simpan disana, jadi dirinya tidak perlu pulang dulu kerumah.

"Aya, aku mohon tungguin aku. Aku akan menjelaskan semuanya" Ucap Alfi dengan terus melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Melihat lagi jam ditangannya sudah menunjukan 09.20, sekitar 40 menit lagi, Salma akan pergi.

Alfi terus melajukan mobilnya dengan cepat, untung saja keadaan jalan yang tidak macet dan memudahkan dirinya untuk cepat sampai.

Namun, tiba-tiba saja mobilnya terpaksa berhenti karena ada banyak motor yang menghadangnya di depan. Alfi pun mendecak kesal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Magical of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang