42. Confused

23 5 0
                                    

Setiap orang yang menciptakan Drama. Maka bersiaplah dengan keganasan Karma.

*****

Salma sedang ada ditaman, duduk dengan menggunakan earphone ditelinganya. Sangat santai dan tenang. Itulah yang disukai oleh Salma.

Tak lama, seseorang duduk tepat disamping Salma. Semula Salma acuh tak acuh dengan seseorang disampingnya. Pasalnya Salma tak melihat wajahnya tertutupi jaket hodie.

Namun setelah seseorang itu membuka kupluk yang menghalangi wajahnya. Salma pun sedikit bergeser.

"Kenapa menjauh? Bukankah kamu ingin mengetahui alasanku?" Tanya seseorang itu.

Dialah Alfi.

"Itu dulu, sekarang tidak" Ucap Salma dengan santainya.

"Kenapa?" Tanya Alfi.

"Maaf, saya kurang berminat dengan semua hal yang berhubungan dengan keduanya kali. Terlebih lagi tentang meminta" Ucap Salma sangat lembut namun menyayat.

Skakmat!

Alfi pun meneguk ludahnya "Tolong dengarkan penjelasan saya. Saya tak mau kehilangan anda" Ucap Alfi dengan menggunakan kata-kata yang sangat formal untuk apa? Mengapa? Entahlah suasananya sedang enak untuk menjadikan bahasanya sangat formal.

"Bukankah anda yang telah melepaskan saya?" Ucap Salma sangat ketus.

"Maka dari itu. Dengar dulu penjelasan saya" Ucap Alfi dengan pelan.

"Maaf, saya harus menuruti permintaan Yudha. Dia pacar saya. Dan dia minta kamu jauhin saya atau saya yang harus menghindari kamu" Ucap Salma.

Alfi pun menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Dia hanya pacarmu. Bukan suamimu. Kenapa harus selalu ditaati?" Ucap Alfi dengan emosi yang setingkat lebih tinggi.

"Itu tandanya menghargai" Ucap Salma dengan langsung saja memalingkan wajahnya. Dia pun bergegas untuk pergi dari sana. Kini suasana tenang itu terganti menjadi tegang. Santai itu malah membantai. Yang ada kemarahan, balas dendam dan kebingungan yang selalu melanda hati.

"Aya" Panggil Alfi dengan lirih.

"Berhenti panggil Aya, udah cukup lo gangguin gue. Lo udah tau gue benci sama lo. Jadi lo nggak usah deketin gue lagi. Gue selalu ben.ci sa.ma lo" Ucap Salma dengan menekan kata-kata terakhirnya.

Salma pun pergi langsung dari sana. Tanpa mendengar atau melihat lagi kearah Alfi. Dalam hatinya ia yakini membuat keputusan yang tepat. Menghargai keinginan pasangan.

Sepeninggalan Salma, Alfi masih bergeming.

"Seharusnya aku bahagia tujuanku untuk dibenci Salma berhasil. Tapi kenapa aku malah sengsara gara-gara hal ini" Gumam Alfi.

"Argghhh" Teriak Alfi dengan frustasi. Wajahnya pun menjadi merah. Alfi pun memutuskan untuk pulang dari taman. Ia butuh sandaran.

Setibanya dirumah, Alfi langsung kekamarnya. Apakah dia lebay? Apakah ini karmanya?.

"Uzi? Dari mana aja?" Ucap Sarah, mamanya yang baru saja tiba dirumah setelah dari butik.

"Kenapa? Kok murung?" Tanya Sarah lagi.

"Ma, kenapa Uzi bisa kayak gini? Uzi bingung dengan hati Uzi. Kenapa Uzi malah sedih melihat Aya bersikap cuek sama Uzi. Seharusnya Uzi senengkan kalo Aya membenci Uzi, itukan tujuan Uzi dulu. Tapi kenapa? Sekarang, ketika Aya benar-benar membenci Uzi dan Aya kini menjauhi Uzi karena larangan pacarnya. Uzi malah tak bisa menerimanya. Uzi pengen Aya lagi. Uzi sayang Aya, Ma" Curhat Alfi kepada mamanya. Alfi memang selalu diajarkan untuk menceritakan apapun tentang masalahnya kepada mamanya. Itu adalah suatu keterbukaan yang memudahkan mamanya mengambil posisi dan membenarkan Alfi dari penyimpangan.

Magical of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang