48. Sebuah Akhir Perjuangan

26 4 1
                                    

"Mungkin tidak semua hal harus kamu tahu, Ada hal yang sebaiknya kamu tidak tahu. Dan itu yang terbaik untukmu"

*****

"Sal, kenapa Alfi belum dateng ya? Emang sebegitu sibuknya dia sama cewe barunya sampe lupa sama lo yang mau pergi" Ucap Ariana dengan nada yang sedikit kesal.

"Lah terserah dia dong. Apa urusannya sama gue? Mau dia dateng mau enggak ngapa gue harus ribet?" Balasan Salma yang emosional.

"Nggak usah munafik, lo daritadi pegang hp dengan erat nunggu chattan dari dia kan? Lo berharap dia dateng kesini kan?" Lagi-lagi yang diucapkan Ariana itu sangat tepat.

Salma pun mati kutu. Dengan alasan apapun, ia tetap akan kalah. Dirinya ingin sekali mengutuk kebodohannya mengharapkan Alfi datang.

Akmal pun menjauh, karena ingin menelpon seseorang. Akmal sangat kesal dengan kebodohan Alfi jika dia tidak datang dan menjelaskan semuanya.

"Zi, lo dimana hah? Mau nyakitin hati adek gue lagi bahkan sebelum lo minta maaf atas kesalahan lo dulu" Tanpa mengucapkan salam atau hallo. Akmal langsung to the point.

Dengan napas yang menggebu-gebu Akmal berbicara dengan kasar kepada seseorang yang ia telpon. Alfi. Dialah orang yang menyebabkan Akmal marah dan kecewa.

"Woi jawab. Lo tuh manusia terbrengsek yang pernah gue kenal Fi. Inget aja, kalo lo nggak dateng, jangan harap gue bakal nerima lo di kehidupan adek gue" Lagi-lagi Akmal mengeluarkan kata-katanya. Namun, diseberang sana Alfi seakan tidak meresponnya.

Akmal pun mendengus kesal.

"Aku lagi dijalan kak" Ucap Alfi dengan pelan. Akmal pun mengerutkan dahinya karena bingung apa yang sudah terjadi pada Alfi. Pasalnya, ia mendengar suara Alfi yang serak dan hampir habis.

Dengan membuang jauh-jauh pikiran negatifnya Akmal pun menyudahi teleponnya.

"Cepetan. Gue tunggu" Kalimat terakhir yang Akmal ucapkan sebelum ia menutup teleponnya.

Akmal pun kembali, menatap sang adik yang sedang gelisah.

"Darimana kak?" Tanya Salma dengan bingung.

"Abis nelepon" Balas Akmal dengan singkat.

"Yah kak Akmal udah punya pacar ya? Abis nelepon pacarnya ya? Hapus sudah dong harapan Melli buat milikin Kak Akmal" Ucap Melli dengan polos.

"Gue abis nelepon Uzi. Dia lagi dijalan" Dengan singkat, padat, dan jelas Akmal memberitahu.

Seperti jailangkung yang datang tanpa diundang, senyuman Salma pun terukir meskipun tipis. Catat, sangat tipis.

"Yaelah, senyum mah senyum aja. Pake malu-malu semut lu" Ucap Devina dengan nada menyindir.

"Tau tuh, malu-malu macan lu" Tambal Yessa.

Salma memutar matanya malas "Apaan sih, siapa juga yang senyum" Balasnya dengan ketus.

Ariana pun menyenggol Salma "Mbaknya bisa santai nggak? Kok ngegas mulu ya? Mentang-mentang mau ketemu mantan" Ucapnya tanpa bismillah.

"Apaan sih, mantan-mantan. Tuh makan mantan lu di bukalapak, itu kan jualan barang bekas" Ucap Salma.

"Tau kerupuk nggak Sal?" Tanya Melli

"Taulah bego" Balas Salma.

"Hehe, kayak ucapan lo ya? Garingg" Alhasil, semuanya pun tertawa.

Gue seneng liat lo bahagia dek.. Batin Akmal.

Magical of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang