💪PART 2

448 65 30
                                    

" Appa bilang.. ada bisnis yang ingin anda bicarakan," Jaehwan mencoba menahan diri, mengembalikan topik pembicaraan pada maksud pertemuan mereka yang sebenarnya, mungkin saja Somin lupa. Tapi wanita itu tersenyum lembut, tak mengindahkan Jaehwan.

" oh, iya, tentu saja. Tanpa melakukan pertemuanpun aku sudah memutuskan untuk menjalin kerjasama pada kalian, kalian perusahaan yang cukup besar, tidak perlu diragukan lagi. Dan sebenarnya aku sudah mengirimkan topik pembahasan bisnis ini lewat e-mail Taekwoon, dan kalaupun.. Taekwoon yang datang aku juga tetap akan membicarakan ini," Jaehwan menelan ludahnya. Sama saja ternyata, pikirnya. Semua orang yang melihatnya bukan untuk membicarakan bisnis.

***


Ckrek!

Seorang pria yang sedang membeli sesuatu di vendor machine mengalihkan perhatiannya ketika ada flashlight bersinar di wajahnya. Ia menoleh dan mengernyitkan dahinya. " Hey, kau-"

" Tenang kawan, aku hanya ingin menawari pekerjaan," Ravi berjalan santai menghampiri pria yang dipotretnya menggunakan ponselnya itu. Ravi merangkul bahunya. Pria itu mengernyitkan dahinya heran.

" Apa maksudmu menawari pekerjaan?! " tanyanya ketus. Tapi Ravi menanggapi dengan tenang, lalu bicara dengan suara pelan, sehingga hanya mereka berdua yang dengar.

" Kau mau pekerjaan? Upahnya tiga puluh ribu won. Pekerjaannya sangat mudah," pria itu tampak mulai tertarik, Ravi pun melanjutkan. Dia menunjukkan sebuah foto diponselnya, foto Jaehwan yang sempat ia tangkap sebelum dia masuk ke hotel, bersama pengawal-pengawalnya. " Nanti akan ada pria yang keluar dari sana, kau lihat baik-baik wajahnya dan ingat bajunya. Dia diikuti dengan delapan bodyguard, aku akan beri kode kalau dia sudah keluar nanti,"

" Lalu apa pekerjaanku? " tanya pria itu penasaran, tergiur dengan nominal yang dijanjikan Ravi sebagai upahnya.

" Curi dompetnya," jawab Ravi. Pria itu mengerutkan kening, berpikir keras karena pekerjaannya cukup beresiko. Dia membelalakkan matanya dan membuka mulutnya, lalu menoleh pada Ravi.

" Kau gila? Kau menjebloskanku ke penjara ya? Lalu apa tadi kau bilang? Dia punya delapan bodyguard? ", pria itu menghela nafasnya singkat dan memalingkan wajah," Yang benar saja! Kalau aku memang ingin bunuh diri bukan begitu caranya," gumamnya.

" Hey, bung. Kau tidak sendirian. Aku juga tidak sebodoh itu mencelakakan orang lain. Nanti ketika dia keluar dan kau melihat segerombolan anak-anak menghampirinya, disaat itu kau harus bersiap-siap. Ambil dompetnya, mengerti? " jelas Ravi kemudian. Pemuda itu tampak berpikir lagi, pria yang diikuti bodyguard ini pasti orang kaya akan lebih baik jika dia membawa lari dompetnya sungguhan daripada mengharapkan upah tiga ratus ribu yang dijanjikan Ravi. Dia bisa mendapatkan lebih. Tapi seakan bisa membaca pikiran pemuda disampingnya melalui mimik wajahnya Ravi berkata.

" Tapi jangan coba-coba membawa lari dompetnya, jika tidak aku akan melaporkanmu pada polisi, aku sudah memfoto wajahmu dan setiap gerak-gerikmu nanti akan direkam seseorang," pria itu melunturkan senyum samarnya mendengar ancaman peringatan Ravi.

***


" Nona, maaf. Namaku Kim Jongin, apa kau mau pekerjaan? " Ravi menghampiri seorang wanita yang sedang telfonan dalam mobilnya. Wanita itu mengalihkan perhatiannya pada Ravi, kemudian berbicara pada lawan bicaranya ditelfon. Dia sengaja tidak menyebutkan nama aslinya, karena itu bisa membuatnya dicari-cari polisi jika ada yang melaporkannya.

" Sayang nanti aku telfon lagi," wanita itu menyudahi telfonnya, ia mendongak pada Ravi yang berdiri disamping pintu mobilnya. " Iya, ada yang bisa ku bantu? "

《END》Fake Bodyguard💪[RaKen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang