💪PART 18

317 41 7
                                    

Apakah anak kecil itu.. adik Wonshik?

Tapi bukankah dia bilang dia sebatang kara sejak kecil?

Jaehwan mengernyitkan dahi dengan pikiran-pikiran yang terus berkutat diotaknya. Dia masih ingat dengan baik saat Ravi menceritakan tentang dirinya di Jepang kemarin.

“ Minyeol! Apa kabar? “ tangan keras Ravi mengacak pelan surai hitam anak kecil itu.

“ Aku baik,” ucap anak itu dengan suara khas polosnya. “ Bagaimana denganmu? Aku kila kau tidak akan datang kesini lagi, Lab—“

“ Tentu saja hyung akan datang, kau teman hyung jadi hyung akan selalu menemuimu,” Ravi dengan cepat menyela anak kecil itu sebelum Jaehwan mendengar siapa nama aslinya sebenarnya. Dia tersenyum dan sempat menepuk pelan puncak kepalanya. Pandangan Minyeol kemudian beralih ke Jaehwan.

“ Apa.. dia.. pacalmu? “

“ Apa? “ Ravi menatap Jaehwan sekilas, lalu menatap Minyeol lagi sambil tertawa sumbang. “ Darimana kau tahu soal pacar? “, tanyanya heran mendengar anak sekecil Minyeol yang sudah mengerti kata itu.

“ Aku seling ikut Jimin noona nonton dlama,”

“ Ah ya, dimana Jimin noona? “

“ Di dalam,”

“ Bisa kau panggilkan Jimin noona untuk hyung, Minyeol? “ Tanpa jawaban Minyeol berlari masuk ke dalam gedung dan kemudian wanita yang mempunyai nama itu keluar. Senyumnya mengembang ketika melihat kehadiran Ravi.

Dia adalah pengawas sekolah sekaligus panti asuhan itu yang dipercaya oleh sang pemilik untuk memegang kendali dan mengurus segala sesuatunya baik untuk anak-anak di panti dan segala kebutuhan yang diperlukan.

“ Rav—“

“ Jimin-sshi, senang bertemu denganmu! “ Ravi berjalan ke arah wanita berambut pendek sedikit melewati bahu itu dan memeluknya, alasan yang sama dia menyela dengan saat Minyeol ingin memanggil nama aslinya. “ Panggil aku Wonshik,” desis Ravi masih memeluk Jimin, membuat Jimin kaget dan bertanya-tanya.

“ Apa? Kenap—“

“ Nanti ku jelaskan,” lanjut Ravi lalu melepaskan pelukannya. Jimin tersenyum kaku dengan pikiran yang masih bertanda tanya, tapi melihat isyarat Ravi yang dipancarkan melalui matanya membuat Jimin mau tidak mau mengikuti permintaannya.

“  Aku juga senang bertemu denganmu, Kim R— eum.. maksudku Wonshik,” dia mengatupkan bibirnya lalu memperbaiki kalimatnya setelah mendapat tatapan mata yang sedikit melebar dari Ravi dengan bibir yang tersenyum menyimpan maksud.

“ Aku begitu antusias ketika Minyeol bilang kau datang, bersama pacarmu,” mata Jimin berbinar-binar lalu pandangannya beralih ke Jaehwan sejenak, memberi senyum yang sedikit lebih lebar berharap tebakannya benar. “ Tadinya aku pikir orang gila bahkan tidak mau berkencan denganmu, tapi tebakanku salah,”

“ Aku bukan—“

“ Ya, terima kasih atas pujiannya. Aku tersanjung,” sela Ravi yang entah disengaja atau tidak memotong Jaehwan mau meralat pembicaraan ini.

“ Sudah lama sekali kau tidak datang sejak—“ Ravi melebarkan matanya hingga membuat Jimin menghentikan ingatannya. “ Ah sudahlah. Kau tahu? Minyeol setiap hari menyuruhku menelfonmu dan bertanya kapan R—Wonshik hyung datang, itu sebabnya aku mengajaknya nonton drama untuk mengalihkan kerinduannya padamu,”

Jaehwan menghela nafas berat. Ia merasa seperti patung liberti yang dikelilingi burung bangau, hanya bisa diam menyaksikan kicauan dua ekor burung. Oh lord! Apa tidak ada yang berniat menceritakan padanya tentang Wonshik dan hubungannya dengan mereka semua?!

“ Kebetulan kami lewat jadi aku mampir,” jawab Ravi, bukannya ia tidak tahu Jaehwan sedang bertanya-tanya dalam otaknya sana. Tapi dia memang sengaja ingin membuat namja manis itu mati penasaran dan melihat reaksinya nanti, yang sampai kapan dia bisa menahan diri untuk tidak bertanya dan menuntut penjelasan dari Ravi.

“ Oh ya? Memangnya kalian mau kemana? “

“ Hotel,”

Honeymoon? “, tebak Jimin dengan kedua alis yang naik.

“ Bukan, hanya bertemu dengan rekan bisnis,” Jimin menegakkan wajahnya.

“ Ah.. kalian pasti pebisnis sukses,”

“ Dia yang pebisnis, aku hanya menemaninya,” ujar Ravi dengan tangan yang menunjuk Jaehwan sejenak. “ Nanti aku akan mampir lagi. Sekarang kami permisi dulu,” Ravi beranjak dari duduknya begitupun dengan Jaehwan dan Jimin.

“ Aku akan panggilkan Minyeol, tunggu sebentar,”

“ Tidak usah, sampaikan saja salamku padanya,” Ravi khawatir Minyeol akan keceplosan lagi dan menyebut nama aslinya karena bagaimanapun juga dia masih anak-anak dan belum mengerti.

***

Kedua alis Jaehwan bertautan. Rasa penasaran masih melanda di benaknya tentang Ravi dan siapa anak kecil itu. Tentu saja Ravi yang duduk disampingnya dapat merasakan diri Jaehwan yang terheran-heran karena sejak mereka masuk kembali ke taksi Jaehwan hanya diam dengan tatapan kosong yang fokus pada satu arah.

Hanya tinggal menunggu. Ravi akan sangat takjub kalau namja manis ini tak bertanya padanya, walau Ravi meragukan hal itu akan terjadi. Jaehwan menarik nafasnya.

“ Siapa anak itu? “, tanyanya kemudian. Dahinya masih berkerut membuat Ravi berusaha keras menahan geli meski pipinya sudah sangat tidak tahan untuk tersenyum seperti ada kupu-kupu yang menggelitiknya.

Nada posesif seolah-olah Jaehwan tidak akan terima jika Ravi bilang dia sudah punya isteri dan itu anaknya tidak bisa disembunyikan.

“ Minyeol? Atau.. Jimin? “

“ Semuanya,” Ravi tersenyum tipis.

“ Minyeol hanya anak panti asuhan dan Jimin pengawas disitu. Panti asuhan itu didirikan oleh orang korea, dengan tujuan merawat dan mendidik anak-anak yang ditelantarkan oleh orangtuanya dan memberikan pendidikan yang terbaik,”

“ Aku kira itu sekolah,”

“ Memang, bahkan beberapa orang ada yang menyebutnya yayasan pendidikan anak-anak panti asuhan. Mereka tinggal disitu dan belajar disitu. Tapi tingkat pendidikannya hanya sampai taraf SD, selebihnya anak-anak itu hanya mengharapkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya di  sekolah lain,”

“ Kau tau banyak tentang yayasan itu. Apa kau juga berasal dari sana? “ Ravi tersenyum.

“ Tidak, aku.. hanya suka mengunjungi tempat yang banyak anak-anak kecil, aku menganggap mereka semua seperti saudara,”

Jaehwan menundukkan kepalanya dengan mengulum bibir, ia memahami Ravi mungkin hanya teringat masa kecilnya yang sempat dibesarkan di panti asuhan. Ravi sendiri tak ingin menceritakan lebih jauh tentang hubungannya sebenarnya dengan yayasan panti asuhan tersebut, bahwa ia menyalurkan donasi sebesar dua puluh persen disana. Ia tidak ingin anak-anak itu seperti dirinya di masa kecil, melarikan diri dan akhirnya hidup dijalanan dan tumbuh dengan kekerasan.











NC nya mau sekarang opo wes raya?☻🙄👿 Ojo sui2 coz aku want update palli😗

《END》Fake Bodyguard💪[RaKen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang