Sabtu Merindu

391 72 76
                                        

vote dulu sekarang sebelum kelupaan 😊

***

Siang ini udara begitu panas, Deka sedang santai-santai di rumah karena hari ini libur. Dia sedang enak-enaknya ngadem di depan kipas angin, dengan celana olahraga SMP di atas lutut. Rambutnya yang dikuncir asal-asalan sudah tidak jelas lagi bentukannya.

Kemudian dari luar terdengar seruan seseorang, yaitu tukang es cendol. Begitu kang cendol lewat depan rumahnya, Deka cepat-cepat keluar dan memesan. Lagi buluk-buluknya begitu, Kak Ibra mampir ke rumahnya. Rasanya Deka ingin menyelam ke dalam cendol saja.

"Darel di rumah, De?" Tanya Kak Ibra.

'sebenarnya gue bukan Deka, tapi jelmaan mermet'

Begitu yang ingin Deka katakan, tapi konyol juga kalau kejadian.

"I...iya, Kak." Jawab Deka.

"Gue masuk ya," Ucap Kak Ibra kemudian memasuki rumah Deka.

Deka mengangguk sambil memperhatikan Kak Ibra yang perlahan menjauh. Dia benar-benar ingin menjerit keras-keras dan menyesali nasibnya yang selalu memalukan di depan Kak Ibra. Sudah ketahuan terpeleset di depan Indomaret, sekarang ketemu lagi dengan penampilan buluknya. Udah deh, Deka nyerah berusaha terlihat normal di depan Kak Ibra. Sudah takdirnya rada gesrek, jadi mau diapakan juga Deka akan tetap gesrek.

***

Him💕 : hengot g niy?

DK : ngga bisa

DK : tugas gue banyak

Him💕 : libur libur kok nugas?

DK : tugas perbaikan UAS kemarin

DK : gue remedi banyak bat😭😭

Him💕 : makanya belajar

Him💕 : ngegame terus si

DK : apa salah dan dosa game?

DK : dibilang otak gue dibawah rata-rata, mau belajar juga nggak ada pengaruhnya

Him💕 : kan belum dicoba

Him💕 : belajar sana, apa mau belajar bareng gue?

DK : berat Him berat

DK : tar yang ada gue mempelajari tentang lo, bukannya materi sekolah😌

Him💕 : serah De serah

Him💕 : pokoknya prestasi lo harus naik, kemarin rank berapa?

DK : rank di game?

Him💕 : -_-

DK : canda, rank 7 dari bawah :')

Him💕 : minimal naik 3 tingkatlah

Mudah saja bagi Hima untuk berkata demikian, namun tidak dengan Deka yang merasakan. Hima beruntung karena dikaruniai otak cerdas dan tajam dalam berpikir. Sedangkan Deka, sudah otak pas-pasan malas dipakai berpikir pula. Sudah tumpul, makin tumpul karena jarang diasah.

Tanpa Deka sadari, Bang Darel dan Kak Ibra yang sedang menonton tv di belakangnya ikut menyimak. Iya, mereka diam-diam baca chat Deka dan Hima. Deka menoleh saat merasakan hembusan napas yang terlampau dekat. Seketika ia menjerit keras-keras, sampai ponselnya hampir terpental.

"Wah... pasti cowok yang waktu itu ya?" Tanya Bang Darel.

"Apaan si! sotoy lu ah!" Bantah Deka.

Insane #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang