Tiga minggu

313 60 67
                                    

Akhirnya setelah sekian lama, Insane apdet lagi woy 🤧 semoga masih ada yang mau baca😂
Happy reading guys😘
***

Suasana di kelas XII IPS 4 nampak gaduh. Bukannya tobat karena sudah kelas 12, mereka justru semakin menjadi. Si ketua kelas, Dias, justru mempelopori teman-temannya untuk membuat kegaduhan. Gimana kelas nggak rame, kalo mereka aja lempar-lempar botol di atas meja. Tujuannya supaya botol itu berdiri, biar apa coba. Sedangkan cewek-cewek membentuk beberapa kelompok. Ada yang benar-benar mengerjakan tugas yang ditinggalkan guru, ada yang menonton drama korea, ada juga yang sibuk merumpi. Deka masuk ke kelompok merumpi, apalagi yang bisa dia andalkan selain bacotnya.

"Katanya bentar lagi ada acara ulang tahun sekolah." Ucap Tyra.

"Tau darimana lo?" Tanya Kania.

"Dari Elen, dia kan osis. Eh, katanya osis lagi ada masalah lo." Tyra memulai gosip.

"Ada apa emang?" Tanya Deka penasaran.

Tyra melambaikan tangan, mengisyaratkan pada teman-temannya untuk merapat, agar obrolan mereka tidak didengar orang lain.

"Tau Biyan kan? Ketua osis kita, katanya dia kedapatan bawa rokok." Ucap Tyra.

"Wah parah sih, terus gimana tuh?" Tanya Ratu.

"Dia ngajak temen-temennya pula, pokoknya cowok-cowok IPA 5." Ucap Tyra.

Mendengar kelas Hima disebut, telinga Deka langsung sensitif. Tentu saja dia langsung beranggapan Hima ikut dalam daftar cowok-cowok IPA 5 yang bergabung dengan Biyan. Tyra mendelik kaget, kemudian membuang muka sesaat setelah melihat sosok di depannya. Kerumunan cewek rumpi mengikuti ekor mata Tyra. Biyan berdiri tak jauh dari tempat mereka berkumpul, ia tidak sendirian melainkan bersama sekumpulan cowok-cowok IPA 5. Persis seperti perkataan Tyra.

Di belakang Biyan, Deka dapat melihat dengan jelas sosok tampan dengan potongan rambutnya yang baru. Siapa lagi kalau bukan Hima si kembaran Al- ghazali. Baru ditinggal tiga minggu, Hima sudah bertransformasi menjadi cowok keren yang temannya banyak, nggak cuma Raka aja. Senyum polos Hima yang justru terlihat songong, semakin membuat Deka rindu. Siapa yang kuat menahan rindu tiga minggu, untungnya Deka dan Hima akhirnya bertemu.

"Hima!" Seru Deka.

"Kenapa?" Tanya Hima seraya mendekat.

"Karena gue kangen berat sama lo." Jawab Deka.

"Apasih, nggak nyambung." Ucap Hima lalu bergegas pergi.

Teman-teman Hima lantas menggodanya habis-habisan. Ketimbang memasang muka sok cool, Him justru malu-malu monyet seperti cewek habis dibaperin. Melihat itu Deka hanya tertawa. Ia pun bangkit dan menahan Hima. Ini bagian dari modusnya untuk pegang-pegang tangan Hima.

"Buru-buru amat sih." Ucap Deka

"Ya gue mau ke kelas." Ucap Hima

"Nggak deng, Hima mau ke belakang sekolah. Mau nyebat diam-diam, marahin aja, De." Celetuk salah satu teman Hima.

"Anj..." Belum selesai Hima mengumpat, Deka langsung memotong.

"Heh! Bahasanya!" Bentak Deka.

"Mampus dimarahi bini lo." Ucap teman Hima yang lain.

"Diem lo!" Seru Deka pada teman Hima.

Cowok-cowok IPA 5 pun mengikuti Biyan yang entah mau ketemu siapa di dalam kelas Deka. Sedang Hima masih terjebak di depan kelas Deka, karena ia tidak diperbolehkan pergi.

"Ya tangan gue lepasin dulu kali." Ucap Hima.

Deka melirik genggaman tangannya yang masih menyatu dengan tangan Hima. Ia hanya cengengesan sebelum akhirnya melepaskan genggamannya. Deka memperhatikan lengan Hima lagi, ada plester yang menempel disana.

"Tangan lo kenapa?" Tanya Deka agak cemas.

"Bekas suntikan doang, gue kan baru donor darah." Ucap Hima.

"Gayaan lo, lihat coba." Ucap Deka seraya menarik lengan Hima yang baru saja disuntik.

Ratu dan Syanin yang sedari tadi duduk di lantai, akhirnya bangkit dan ikut melihat bekas suntikan di tangan Hima untuk memenuhi rasa penasarannya.

"Sakit nggak?" Tanya Deka.

"Sakitlah ege, lihat ae bekasnya." Jawab Ratu.

"Pegel ya, Him?" Tanya Syanin.

"Lumayan. Eh, mau nggak?" Tanya Hima menawarkan roti dan susu yang ia dapatkan usai donor darah.

Ratu dan Syanin dengan cepat menyambarnya dari tangan Hima. Dasar cewek-cewek beringas, nggak bisa jaim dikit aja di depan cogan. Deka yang kalah cepat hanya bisa melongo.

"Yah... kok gue nggak dapet sih." Protes Deka.

"Makanya gercep." Ucap Syanin.

"Himaaa..." Rengek Deka seperti anak kecil sedang mengadu pada orang tuanya.

"Najis woy, dasar bayi tua." Ledek Hima.

Deka langsung menginjak sepatu Hima sekeras mungkin. Hima mengaduh kesal sambil mengelus sepatunya. Ia balas mencubit pipi Deka. Selagi tangan Hima sedang mencubit pipinya, Deka memencet bekas suntikan di tangan Hima.

"Deka!" Seru Ratu dan Syanin.

"Ngapain sih, Hima yang mulai duluan." Ucap Deka membela diri.

"Bukan itu, baju lo ada bancetnya!" Seru Ratu dan Syanin kemudian cepat-cepat kabur karena paham seperti apa watak Deka.

Hima hanya cengo, tidak tahu kalau kejadian buruk akan segera menimpanya. Deka menjerit heboh, lantas mendekati Hima. Hima mundur selangkah, sedang Deka semakin dekat. Kini Hima paham, kenapa Ratu dan Syanin, terlebih dahulu lari terbirit-birit.

"Eh, kok ditempelin ke gue sih." Protes Hima.

"Ya ambilin dong, cepet!" Seru Deka hampir menangis.

"Iya iya." Hima pelan-pelan mengambil katak kecil yang nangkring di seragam Deka.

"Ginian aja takut, cupu lo." Hima masih mentertawakan tingkah Deka yang konyol.

"Jijik tau, bukan takut." Deka tetap mengelak.

Ratu dan Syanin segera kembali setelah keadaan dirasa aman. Mereka emang temen-temen terlaknat, tetapi Deka lebih laknat lagi, karena kalau mereka nggak kabur pasti mereka yang jadi sasaran peper.

"Deka emang nggak tau diri, udah mencet bekas suntikan, peper, masih minta tolong lagi." Ucap Ratu.

"Deka emang gitu, Him, slepet ae ntar kebiasaan." Tambah Syanin.

"Hima Hima... Gue dibully..." Rengek Deka lagi.

"Sok imut anjir." Ucap Hima seraya bergidik.

"Ck, dasar cowok kaku." Gerutu Deka.

"Lo bilang apa tadi?"

Hima meminta Deka mengulang perkataannya yang kurang jelas.

"Lo ganteng." Jawab Deka asal.

"Ck, dasar bucin." Ucap Hima.

Sesaat kemudian, Biyan keluar dari kelas Deka. Ia pun mengisyaratkan pada Hima untuk beranjak pergi. Hima mengangguk paham, kemudian bergegas bergabung dengan teman-temannya. Sebelum Hima pergi, Deka menahannya. Lagi. Hima menoleh dengan wajah pasrah, untungnya ia masih bisa sabar menghadapi Deka.

"Apa lagi?" Tanya Hima.

"Lo nggak ikut-ikutan nyebat kan?" Tanya Deka.

"Emang nggak boleh?" Hima bertanya dengan polosnya.

"Masih nanya lagi, nggaklah!" Seru Deka.

"Apa kata lo dah." Ucap Hima.

"Maksudnya?"

"Kalo lo bilang enggak, ya udah gue nggak lakuin." Ucap Hima dengan manisnya.
***

Vote dan comment dong buat nambah semangat.😄

Insane #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang