“pengumuman untuk siswa yang akan mengikuti seleksi fls2n bisa mendaftar di ruang TU, kategori yang dilombakan ada menari, menulis puisi, ...”
Deka yang sempat mengantuk seketika bersemangat mendengar pengumuman dari pengeras suara tersebut. Begitupula dengan Hima yang baru saja selesai penilaian harian. Mereka berdua sama-sama bergegas menuju ruang TU. Di koridor mereka bertemu, kemudian tanpa aba-aba keduanya adu cepat sampai ke ruang TU. Deka bersorak girang ketika berhasil sampai lebih dulu, dia meleletkan lidahnya mengejek Hima. Keduanya langsung mengisi formulir yang tersedia di meja, kemudian menceklis kategori lomba menulis puisi.
Deka kemudian bertanya pada pak Yono,
“Kalo udah gimana, Pak?”
“Kamu temui guru pembimbingnya, kalo puisi ya berarti Pak Amar.” Jelas Pak Yono.
“Ayo Him,” Ajak Deka.
“Emang cuma kita yang daftar?” Tanya Hima.
“Gue nggak tau, intinya kita udah daftar. Ayo, kita ke Pak Amar,”
“Eh bentar dulu, nunggu yang lain siapa tau mau ikut,”
“Setdah, ngajak lo ke pak Amar susahnya udah kayak ngajak ke KUA aja. Cepet gih, pak Amar itu orang sibuk,” Ucap Deka sambil menarik Hima.
Mereka berdua akhirnya bertemu pak Amar, dan berbincang-bincang sejenak. Pak Amar kemudian memberi waktu kepada mereka berdua untuk membuat puisi bertema tanah air. Dalam waktu singkat, keduanya langsung mengisi kertas polos menjadi baris puisi yang indah. Sayangnya, hanya satu diantara mereka berdua yang nantinya akan dipilih untuk mewakili lomba. Hasil seleksi akan diumumkan sepulang sekolah nanti.
***
Betapa sialnya kelas Hima, karena harus dapat jadwal olahraga di siang yang terik ini. Penderitaan tak hanya sampai disitu, materi olahraga kali ini adalah lari. Kebetulan kelas Deka sedang jam kosong, sehingga ia memaksa Ratu ikut serta dengannya turun ke lapangan untuk menonton Hima. Tak hanya Ratu, Syanin juga ikut bersama mereka karena gabut di kelas. Sambil berteduh di tempat yang agak sejuk, mereka bertiga memanfaatkan wifi sekolah sembari menonton anak yang sedang olahraga.
"Liatin si Hima deh, cool banget yaa," Ucap Deka.
"Kayaknya lo udah gila deh, Hima itu letoy. Liat tuh, baru berapa menit lari aja udah berhenti," Ucap Ratu sambil menunjuk Hima.
"Iya, kayaknya dia bener bener maho deh," Tambah Syanin.
Mendengar penuturan kedua temannya itu, Deka tidak terima. Ia jadi menyesal meminta pendapat dua orang menjengkelkan ini. Deka bersikeras bahwa Hima itu cowok paling ganteng dan keren yang pernah ada. Padahal realitanya, Hima hanya cowok rata-rata yang terlihat sedikit feminin. Ia tidak terlihat mencolok dikalangan anak-anak lain, meski dari segi tampang Hima umumnya tergolong ganteng parah. Entah bagaimana Deka dapat melihat Hima sebagai sosok yang istimewa.
"Bacot banget sih kalian! Hima itu masih doyan cewek. Makanya dia suka sama gue," Ucap Deka tak tau malu.
"Aduh, De, lo kalo mau dapetin cowok keren juga bisa kenapa selera lo yang feminin gitu sih," Komentar Syanin.
"Hima nggak feminin, dia cuma pura-pura feminin biar cuma gue yang bisa dapetin dia!" Deka tetap bersikeras.
"Dapetin? lo mau nembak dia?" Tanya Ratu.
"Enggak juga, saling suka nggak harus pacaran kan?" Ucap Deka.
"Emang dia juga suka?"
"Ya gue buat suka lah.” Jawab Deka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Insane #Wattys2019
Teen Fiction[tahap revisi] "Pas banget! Gue lagi nyari jodoh, eh malah ketemu, lo." -Deka "Gila lo." -Hima