Kurir

260 43 33
                                    


Hima sedang asyik mengerjakan latihan soal try out tahun lalu, sambil ngemil kuaci. Suasana tampak tenang sebelum Zafran akhirnya duduk di sebelahnya dan menyalakan TV. Masalah belajar, Hima tipikal orang yang sangat terganggu kalau ada suara-suara di dekatnya.

"Kecilin, Dek. Ganggu tahu nggak," Ucap Hima.

"Lo belajarnya di kamar aja sana, Mas," Usir Zafran.

"Kok lo ngusir? Kan gue duluan yang disini?" Tanya Hima.

"Ini kan tempat nonton TV, bukan tempat belajar," Balas Zafran.

Hima memilih mengalah dan melanjutkan mengerjakan soal. Selang beberapa menit, lagi-lagi Zafran mengganggunya dengan membunyikan jari. Ia pun menjitak adiknya itu.

"Jangan gituin jari, Zaf!" Tegur Hima.

"Apasih, orang lagi pegel tangannya," Ucap Zafran.

Seketika Hima teringat sifat Deka yang hampir serupa dengan Zafran. Ia lantas menggerutu. "Ck, ngeyel banget ini bocah. Udah kayak Deka aja."

"Hah? Siapa siapa?" Tanya Zafran sengaja menggoda kakaknya.

"Bodo amat!" Hima langsung kabur ke kamarnya, malas menanggapi Zafran.

Zafran pun berteriak. "Umi! Mas Uzan ngomongin cewek mulu!"

Zafran memekik saat kepalanya terkena lemparan botol plastik bekas, yang datang dari kamar Hima. Giliran Zafran mau membalas, Hima langsung menutup kamarnya rapat-rapat. Zafran melirik ke arah ponselnya yang tergeletak di atas meja, seketika terpikir cara untuk membalas Hima. Untung Hima pernah numpang chat Deka di ponselnya. Sampai sekarang nomor Deka masih tersimpan di ponsel Zafran, dan sepertinya Deka juga menyimpan nomor Zafran.

Zafran : Kak Deka kupingnya panas nggak?

DK : hah?
DK : kok tbtb nanya gitu?

Zafran : iya, lagi diomongin nih sama mas Uzan.

DK : pantesan bulu mata gue rontok
DK : taunya ada yang kangen :v

Zafran : gimana nih? Salam balik nggak?

DK : iya salam balik
DK : bilangin 'wa'alaikumsalam calon imam' :v

"Mas! Kata Kak Deka wa'alaikumsalam calon imam!" Seru Zafran.

Hima cepat-cepat keluar dari kamarnya, sambil membawa raket nyamuk. "Lo bilang apa ke Deka, Nyet!"

Zafran berlari menghindari amukan Hima. Ia cepat-cepat masuk ke kamarnya dan mengunci pintu dari dalam. Hima menggedor-gedor pintu kamar Zafran, namun tak kunjung dibukakan. Zafran tertawa sampai puas setelah berhasil mengerjai kakaknya yang galak itu.

"Tanya aja sendiri!" Seru Zafran sambil menahan tawanya.

Him💕 : De
Him💕 : tadi Zafran chat lo nggak?

DK : kenapa gitu?

Him💕 : kalo iya, jangan dipercaya
Him💕 : kalo nggak, alhamdulillah

DK : iya dichat, tapi alhamdulillah
DK : gimana dong :(

Him💕 : dibilang jangan percaya ih
Him💕 : nomornya Zafran diblokir aja, De

DK : nggak mau
DK : Zafran itu kurir gue kalo lo lagi jual mahal

Him💕 : gue nggak dijual -_-

DK : tapi lo berharga :)
***

Ratu menutup buku tebalnya dengan kasar, kemudian membenamkan wajahnya ke bantal. Dilihatnya Deka dan Syanin yang sedang cekikikan seraya menatap ponsel. Ia tidak sanggup lagi belajar, apalagi partner belajarnya sama-sama bobrok.

"Kalau udah gini, gue baru sadar kegoblokan gue ternyata udah nggak bisa ditoleransi lagi." Ucap Ratu.

"Sama woy! Gue juga prihatin sama diri sendiri." Tambah Deka.

Syanin menimpali. "Udahlah, setelah lulus kita jadi youtuber aja. Bikin konten prank jadi gelandangan,"

Ratu dan Deka saling bertatapan, keduanya lantas beralih menatap Syanin dengan iba. Emang sih tampang Syanin udah cocok jadi gelandangan, tapi kan nggak ngajak-ngajak juga kali.

"Suka kasihan sama bapaknya Syanin, udah susah payah nyekolahin anak idiot," Ucap Ratu.

"Mana masih muda lagi, umur emang nggak ada yang tahu," Tambah Deka.

"Bangke lo pada! Lagian, kayak kalian punya cita-cita aja," Balas Syanin.

"Punyalah, Nyet. Gue pengen jadi dokter," Ucap Ratu.

"Lo kan IPS, Tu?" Tanya Deka

"KASIHAN YA EMAKNYA RATU. UDAH REPOT - REPOT NGELAHIRIN ANAK MONYET!" Seru Syanin kesal.

Tiba-tiba saja pintu kamar Deka diketuk dari luar, membuat gadis itu beranjak dari karpet dan bergegas membukakan pintu. Ternyata Bang Darel yang datang, ia menyuruh Deka dan teman-temannya untuk makan siang terlebih dahulu. Mereka langsung memenuhi meja makan, dan melakukan aktivitas makannya dengan khusyuk.

"Kok kalian diem aja sih? Biasanya kan cewek-cewek suka ghibah," Ucap Bang Darel.

"Lo cowok tapi kok bacot sih, Bang?" Tanya Deka.

"Biarin aja. Oh iya, mumpung ada kalian gue mau nanya. Hima itu satu sekolah sama kalian?" Tanya Bang Darel memulai topik ghibah.

"Apaan--" belum sempat Deka melanjutkan kata-kata, Bang Darel sudah terlebih dahulu membekap mulutnya.

"Kok lo tau Hima sih, Bang? Emang lo kenal?" Tanya Syanin heran.

"Belum sih, cuma tahu aja." Jelas Bang Darel kemudian melepaskan tangannya dari mulut Deka.

Deka langsung mencubit lengan Bang Darel sampai membiru. Bang Darel mengaduh kesakitan, sedangkan Deka kembali melanjutkan makannya tanpa memedulikan omelan abangnya.

"Bilangin ke Hima, kalo Deka kasar sama abangnya sendiri," Ucap Bang Darel.

"Jangankan sama lo, Bang. Hima aja kadang diamuk sama dia," Ucap Ratu.

"Oh iya? Berarti Hima gesrek dong, mau-maunya sama cewek kaya Deka," ledek Bang Darel.

"Hima itu waras! Biar gue aja yang gila," Ucap Deka.

"Berarti Hima kurang iman," Ucap Bang Darel.

"Lah?"

"Iya, kalo orang alim kan nggak mungkin kena peletnya dia?" Tanya Bang Darel.

Ratu dan Syanin mengangguk setuju. "Bener juga sih," 

"Iya gue pelet, tapi pake doa disepertiga malam," Ucap Deka.

"Boro-boro salat tahajud, belum salat isya aja kadang udah tidur lo," ledek Bang Darel.

***
Nggak mau banyak omong, cuma mau vote dari kalian aja.

Luvv💕
Inggilbd

Insane #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang