Deka berjalan dengan malas menuju kantin. Ia sedang ngantuk berat, namun sahabatnya, Ratu minta ditemani ke kantin. Awalnya Deka menolak, tapi Ratu menjanjikan akan mentraktir soto. Deka langsung menyanggupi dengan berat hati. Yakali dia mengabaikan soto gratis, kapan lagi Ratu bersedia nraktir. Suasana kantin benar-benar ramai, bangku-bangku mulai dipenuhi siswa-siswi kelaparan. Beberapa hanya duduk memenuhi tempat, padahal tidak beli. Juga sekumpulan cowok yang sedang main bareng.
“Ratu, kita balik aja yuk!” Ajak Deka.
“Udah pesen soto masa balik,” Ucap Ratu.
“Gue ngantuk, mana antri lagi,” Keluh Deka.
“Tadi pas pelajarannya pak Ibnu kan lo udah tidur?”
“Kan nggak jadi, orang udah mau tidur malah disindir,” Ucap Deka.
“Ya udah, ntar kita cabut pas sejarah,”
Ratu memang sahabat paling mengerti Deka, sudah berapa kali saja mereka pergi ke BK bersama. Deka dan Ratu memiliki banyak kesamaan. Mereka sama-sama suka cabut ketika jam pelajaran, bolos sekolah jika malas berangkat, serta suka nangkring di depan lab komputer nyari wifi.
Kesamaan-kesamaan itu yang membuat mereka dekat, bahkan menjadi sahabat. Ratu sudah kenal baik dengan orang tua Deka, begitu pula sebaliknya. Bahkan Ratu cukup dekat dengan bang Arel, sampai Deka cemburu karena abangnya itu suka pilih kasih dengan anak orang.
“Al ghazali... “ Seru Deka sambil menunjuk seseorang.
Dia adalah Al ghazali yang kemarin, benar saja dugaan Deka bahwa ia satu sekolah dengannya. Ratu pun mengikuti ekor mata Deka, seruan Deka itu membuatnya penasaran siapa sih Al ghazali yang Deka maksud. Ratu beralih menatap Deka, entah bagaimana cara otak sahabatnya itu bekerja.
Kalau saja Deka tahu, dia adalah Aksara jauh yang sangat ia benci. Ya, Ratu tahu siapa seseorang di balik akun Aksara jauh, hanya saja Deka tidak pernah menanyakan karena ia tidak peduli. Belum sempat Ratu memberi tahu, Deka sudah ngilang. Entah sejak kapan Deka berpindah, yang jelas kini ia sudah duduk di depan Al ghazali cupunya.
“Hai, lo Al ghazali cupu yang kemarin kan?” Tanya Deka.
Belum sempat Al ghazali cupu menjawab, temannya sudah memotong.
“Lo Deka yang punya akun coretan dekat kan?...” Tanya teman Al ghazali cupu.
“...dia Hima, aksara jauh,” Lanjutnya.
Al ghazali cupu dan Deka saling menatap dengan kaget. Akhirnya mereka bertemu juga, sebentar lagi suasana hangat ini akan berubah panas. Dua orang yang biasa beradu mulut lewat social media, kini akhirnya dipertemukan di kantin soto. Mereka saling menatap sengit, adu mulut pun dimulai. Teman Hima dan Ratu segera turun tangan menghentikan pertikaian ini.
***
Pertikaian Hima dan Deka berhasil dihentikan secara kekeluargaan. Sekarang semua semakin jelas, asal usul nama pena mereka, dan kemiripan isi tulisan. Masing-masing memiliki alasan tersendiri dalam melakukan hal tersebut.
Hari ini juga, rasa penasaran diantara keduanya telah terbayar. Tidak ada lagi saling mencari di social media. Tidak ada lagi spam komentar negatif. Mereka resmi berbaikan hari ini. Hal itu telah mereka umumkan di akun wattpad masing-masing. Namun hal itu tidak menjadikan mereka tidak bersaing, tentu mereka tetap menjadi rival dalam menarik pembaca.
“Nggak boleh komen jelek lagi ya?” Tanya Hima.
Deka mengangguk, ia masih tidak menyangka penulis romantis itu adalah Al ghazali cupu. Hima pun beranjak pergi, kemudian ia balik lagi.
“Oh iya, lo jangan manggil-manggil gue Al ghazali lagi. Nama gue Hima,” Ucap Hima.
“Hima... bagus, gue suka," Ucap Deka.
“Nama gue?” Tanya Hima.
“Yang punya nama.”
Hima mengernyitkan dahi tak paham, ia memilih mengabaikan Deka si cewek gila. Mau akur atau tidak, tetap saja otak Deka sudah gesrek. Deka lega sudah menyatakan perasaannya, meski Hima tak paham, atau sengaja pura-pura tak paham. Setelah Hima pergi, Ratu langsung mencubit sahabatnya itu. Deka menjerit kesakitan, ia balas mencubit Ratu. Apa-apaan Ratu ini, tau-tau main cubit saja.
“Lo itu cewek apaan sih? masa ngomong gitu ke cowok,” Ucap Ratu sang-penjunjung-harga-diri.
“Biarin aja, daripada dia nggak paham perasaan gue kayak kak Ibra. Bukannya lebih baik blak-blakan daripada mendam terus ujung-ujungnya sakit hati?” Tanya Deka.
“Iya, tapi nggak secepat itu. Masa baru ketemu langsung bilang suka. Bisa-bisa dia jadi takut sama lo, dikiranya lo udah nggak waras,” Ucap Ratu.
“Gue emang jadi gila semenjak ketemu dia,” Ucap Deka.
***
Tak terasa bel istirahat telah berdering, Deka dan Ratu masih asyik menyantap soto. Mereka sudah merencanakan akan bolos pelajaran, setelah membayar soto mereka bergegas menuju UKS. Setelah pintu terbuka, betapa kesalnya mereka mendapati UKS sudah dipenuhi kakak-kakak kelas yang baru saja selesai ujian praktik. Karena tidak ada lagi tempat untuk mereka, terpaksa mereka balik ke kelas sambil misuh-misuh.Ternyata guru sejarah mereka, Pak Kawe alias Pak Karwono sudah duduk dengan manis di depan kelas. Tentu Deka dan Ratu sedang terengah-engah, kemudian menyalami Pak Kawe. Mereka meminta maaf terlambat masuk kelas, dengan alasan baru dari kamar mandi.
“Tenang dulu, minum dulu. Saya memaklumi siswa-siswa itu stres pelajaran, makanya suka telat datang ke kelas. Tapi alasannya apa? kelamaan di kantin,” Ucap Pak Kawe terlihat perhatian namun dibumbui sindiran.
Deka dan Ratu hanya tersenyum terpaksa menanggapi sindiran pak Kawe. Perhatian Deka teralih pada setumpuk buku di meja paling depan. Ia pun bertanya pada Ratu, itu tugas apa. Ratu mengeluarkan buku dari dalam tasnya, kemudian menyodorkannya pada Deka.
Astaga! Deka baru ingat bahwa kemarin ada tugas bahasa jawa. Walaupun sekarang tidak ada jadwal mata pelajaran tersebut, tetap saja deadline pengumpulan tugas tersebut adalah hari ini. Kabar baiknya Deka belum mengerjakan sama sekali. Segera ia menyobek tengahan buku, dan menyalin semua pekerjaan Ratu.
Disaat Deka sedang sibuk mengerjakan tugas, tiba-tiba saja Ratu menyenggol tubuhnya hingga tulisannya jadi tercoret.
“Shit! diem apa, jadi nyoret kan!” Seru Deka.
“Diliatin goblok,” Ucap Ratu sambil mendelik.
Deka pun menghadap ke arah papan tulis, ternyata pak Kawe sudah berjalan ke arahnya. Tamat sudah riwayatnya hari ini. Gagal bolos, yang ada malah kena marah pak Kawe. Kertas tugasnya itu langsung dirobek oleh pak Kawe tanpa ampun. Sip, lengkap sudah penderitaannya karena ia bakal kena marah pak Rama juga, pengampu bahasa jawa. Dengan entengnya pak Kawe menghukum Deka untuk mencari beberapa jenis batuan. Mungkin batuan itu akan mudah ditemukan di lapangan upacara, masalahnya siang hari ini benar-benar panas sepanas hati Deka.
Deka mencari-cari batuan sampai ke dekat selokan, saat itu juga ia melihat seekor anak kucing terperangkap di dalam selokan. Sebenarnya dia takut dengan kucing, dan tidak suka juga dengan hewan satu itu. Namun melihat anak kucing yang lumayan imut itu, dia iba juga. Masalahnya dia takut kalau-kalau kucing itu mencakarnya selepas ditolong.
Dengan tekad kuat, Deka berhasil mengusir pikiran-pikiran yang menghambatnya untuk berbuat baik. Segera ia mengambil serokan sampah di depan kelas XII, kemudian mengangkat tubuh anak kucing itu pelan-pelan. Setelah anak kucing selamat, Deka melanjutkan mencari batuan.
Cukup lama ia menghabiskan waktu berjongkok di tengah lapangan seperti orang gila. Akhirnya ia menemukan beberapa jenis batuan. Entah apa namanya, yang jelas dari segi fisik bentuk batuan itu terlihat berbeda.
Dengan wajah super bete, Deka kembali ke kelasnya. Penampilannya sudah lusuh dan bau keringat. Ia melihat sekeliling ruang kelas, namun tidak terlihat batang hidung Pak Kawe disana. Ternyata Pak Kawe ada urusan dan hanya meninggalkan tugas untuk dibahas minggu depan. Saat itu juga Deka langsung berkata kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Insane #Wattys2019
Fiksi Remaja[tahap revisi] "Pas banget! Gue lagi nyari jodoh, eh malah ketemu, lo." -Deka "Gila lo." -Hima