Karina langsung masuk keruanganku begitu melihat kepergian Naran.
"Pacarmu?" Tanya Karina.
"Bukan, hanya sebatas teman sesama indigo." Sahutku singkat.
"Dia indigo?"
"Ya, sama sepertiku."
"Dia tampak kesal, kalau aku boleh tau, ada apa?"
"Andrea, hantu yang tadi merasukimu itu. Dia menyukai pria itu, Riyoko Naranda."
"Riyoko?"
"Panggil dia Naran"
"Maksudmu Andrea menyukai Naran?"
"Sangat menyukai."
"Itukah alasannya dia membawa kita ketempat itu dan merasukiku?"
"Ya, dia bilang padaku." aku menatap Andrea dengan wajah datar, "Dia akan membunuhku kalau aku dekat-dekat dengan Naran, Tadi Naran menembakku, aku menolaknya." Lanjutku.
"Kamu menolaknya? Demi hantu? Kamu takut dengan ancamannya? Dia dan kamu beda alam, yang mati tidak bisa melukai yang hidup, itu yang dikatakan ibuku dulu."
Aku hanya terdiam, mencerna semua kejadian yang terjadi begitu cepat.
*Beberapa hari kemudian*
Hari pahit yang kujalani dirumah sakit. Sejak aku menolak Naran, Naran sudah tak pernah menjengukku dirumah sakit lagi. Dia berubah 180 derajat. Hari ini, dokter akan melepas jahitan luka dikepalaku, begitu selesai dilepaskan, aku bersama ayah dan ibu akan pulang kerumahku.
Karina, dia pulang kerumahnya 2 hari yang lalu. Aku tidak bisa bertemu dengannya lagi, aku tidak tau dimana rumah Karina.
"Jadi ibu, ini bukan jalan kerumah, kan?" Tanyaku begitu melihat ayah menyetir mobil kearah berlawanan dari rumah.
"Kita akan jalan-jalan sebelum pulang, menikmati hari ini bersamamu." Sahut ayah sambil menyetir.
"Mau eskrim?" Tawar ibu.
"Tentu" Sahutku sembari tersenyum senang.
Ayah menyetir dijalanan yang asing bagiku, begitu sampai dipersimpangan, aku melihat sebuah truk besar yang mengebut kencang kearah kami, tiba-tiba truk itu menghantam mobil kami hingga kaca mobil kami hancur, salah satunya menggores pipiku.
Mobil kami terseret hingga hancur ditepi jalanan yang sepi. Supir truk itu juga sepertinya pingsan. Aku melihat ayah dan ibu dengan lebam didahi mereka, wajah mereka berdarah-darah tergores pecahan kaca mobil, pingsan karena terbentur bagian dalam mobil saat tabrakan terjadi.
Aku menyentuh pipiku yang tergores, darah yang lumayan banyak sedang mengalir keluar dari luka dipipiku. Tiba-tiba aku melihat seseorang didepan mobil kami yang sudah hancur, dan... itu Andrea.
"Aku menolongmu, aku berbicara denganmu dan aku memberitahumu namaku, bukan berarti aku berteman denganmu!! KAMU MEREBUT NARAN DARIKU, GADIS BAJING*N!! KENAPA KAMU TIDAK MATI?! KENAPA?!" Teriakan Andrea yang terdengar menggema ditelingaku.
Aku menatap ibu dan ayah yang sudah tak bernapas.
"Ayah, ibu?" Panggilku pelan sembari menggoyang-goyangkan tubuh mereka.
"Ibu!! Ayah!!" Kini aku menangis histeris sambil berteriak.
"Kamu tidak berhasil membunuhku, tapi kamu telah menghancurkan hidupku dengan cara menjauhkanku dari orang tuaku. Aku akan balas dendam, aku akan mendekati Naran hingga membuat kamu kesal, aku tidak takut padamu, hantu tidak tau diri!!" Tanpa kusadari, aku berteriak marah.
"Aku pasti akan berhasil membunuhmu suatu saat nanti, tunggu saja Eveline!" Suara Andrea terdengar lagi namun kali ini terdengar seperti berbisik.
Tiba-tiba, aku merasakan sakit yang hebat dikepalaku, akupun terjatuh pingsan. Saat aku terbangun, aku sudah di rumah sakit, tepatnya ruang ICU.
Beberapa suster menyuntikan obat ketubuhku lalu dokter memeriksa keadaanku.
"Luka diwajahnya sudah diobati?" Tanya dokter.
"Sudah diplester" Sahut salah seorang suster yang berdiri disampingku.
Aku memegangi kepalaku yang terasa sangat pusing. Aku rasa seperti baru saja terlahir. Kehilangan sebagian ingatanku, aku tidak ingat apa yang membuatku masuk kerumah sakit. Yang kuingat, Andrea dan aku bertengkar lalu ada jasad ayah dan ibu didepanku.
"Apa yang terjadi?" Tanyaku dengan suara sedikit serak.
"Kamu tidak apa-apa?" Tanya dokter.
"Tidak.."
"Siapa namamu?"
"Eveline Adalina, Evie"
"Evie, kamu baru saja mengalami kecelakaan mobil beberapa jam yang lalu, ingat?"
"Sepertinya, tapi tidak sepenuhnya." Sahutku lalu tersenyum tipis dan meringis menahan sakit
"Yang bersamamu saat itu, orang tuamu?"
"Ya, ada apa dengan mereka?".
"Mereka meninggal, hanya kamu yang selamat. Maaf ya, pihak rumah sakit sudah melakukan yang terbaik."
Aku terkejut, bagai disambar petir disiang bolong. Mataku terbelalak, aku menatap dokter dihadapanku dengan tatapan tak percaya, "Apa? C-coba ulangi sekali lagi?"
"Maaf, mereka meninggal ditempat. Hanya kamu yang tersisa." Dokter itu tersenyum ramah.
"Lalu, yang menabrak?"
"Masih dalam keadaan koma"
"Jangan banyak bicara dulu, lukamu belum pulih." Lanjut dokter itu.
"Anda bilang, ayah dan ibuku, meninggal?"
Dokter hanya menggangguk lalu terdiam.
Aku merasakan air mata yang membasahi pipiku.
Baru saja aku keluar dari rumah sakit, tapi sekarang aku kembali lagi kerumah sakit yang berbeda.
"Punya nomor telepon orang dekat yang bisa dihubungi?" Tanya suster.
"Paman dan Bibi." Sahutku dengan nada lemah.
Aku memberikan ponselku yang layarnya sudah sedikit retak itu pada suster, suster mencatat nomor paman dan bibiku lalu keluar untuk mengabari kabar buruk hari ini.
"Ada bagian yang sakit selain kepala?" Tanya dokter.
"Hati." Sahutku singkat.
Dokter menatapku lalu tersenyum.
"Maaf." Ucapnya lalu keluar dari ruanganku.
Kini, aku sendirian. Aku menatap sekeliling ruanganku. Tidak ada penunggunya, bagus untukku.
"Aku yakin, ini hanya mimpi. Aku harap aku cepat terbangun." Batinku.
Aku merasakan sakit kepala lagi, aku menyadari ini semua bukan mimpi, aku mulai menangis tanpa suara, membayangkan hari terakhir yang kulalui bersama ayah dan ibu dengan cara seburuk ini. Dan ini semua, karena Andrea si hantu sial*n itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Indigo Girl - SUDAH TERBIT
Horror(COMPLETED DAN AKAN SEGERA TERBIT) #1 in Horor (20.05.20) #1 in Remaja (24.03.21) Kisah gadis indigo yang dipertemukan dengan seorang laki-laki indigo My first story 😭 Dilarang plagiat kecuali orang ga punya otak:P By : @chizzyous