24. Bunga Tidur Atau Penglihatan Masa Depan?

107K 7.8K 437
                                    

Saat matahari sudah mulai terbit, dan suara burung berkicauan, anginpun bertiup kencang melewati jendela yang terbuka, dingin terasa dipipi Naran.

Casandra dan Melle pun tiba dirumah sakit dan langsung bertemu dengan Naran.

"Gimana keadaan Evie?" Tanya Melle.

"Koma, masih belum sadar." Sahut Naran sambil menatap pintu ruang UGD.

"Kenapa bisa sih? Ceritain!" Kesal Casandra.

"Aku dirasukin sama Rachel, Rachel nyoba bunuh aku dengan cara jatuhin badanku kedanau dari atas jembatan, dan dicegah sama Evie, ga sengaja... Evie terdorong dan jatuh. Dia sempat teriak kalau dia ga bisa berenang. Dan aku sempat ragu untuk nyebur, tapi akhirnya aku nyebur buat nolongin dia... Lagi-lagi dia masuk rumah sakit karena aku." Jelas Naran.

"Nar, udah 2x... 2x dia masuk rumah sakit gara gara kamu, ga bosen ya?" Tanya Casandra kesal.

"Mungkin emang jodohnya Evie itu rumah sakit..." Ucap Melle pelan.

Casandra dan Melle duduk disamping Naran, Casandra hampir saja menduduki Rachel dan Rachelpun langsung bergeser. Naran yang melihat itupun langsung tertawa kecil.

"Kenapa? Temanmu lagi sakit kok malah ketawa?" Ketus Casandra.

"Tadi, ditempat yang kamu duduki ini, lagi ada Rachel, dia takut didudukin sama kamu, jadi pas kamu mau duduk dia langsung geser." Cerita Naran sambil menahan tawanya.

Casandra menoleh kesebelahnya.

"Firasat Eveline semalam memang benar, dia punya firasat bahwa Rachel bakal nyoba bunuh kamu" Ucap Melle.

"Firasat, atau penglihatan?" Tanya Naran tidak yakin.

"Penglihatan?" Tanya Casandra balik.

"Penglihatan hal yang belum terjadi, dia indigo, jangan lupa hal itu." Balas Naran.

"Evie bisa lihat hal semacam itu? Dia belum pernah bilang." Ucap Casandra.

"M-mungkin itu benar-benar hanya firasat." Bantah Melle tidak percaya.

"Kamu sudah masuk untuk melihat Eveline?" Tanya Casandra.

"Belum." Balas Naran sambil menatap Casandra.

"Aku mau masuk sebentar." Ucap Casandra lalu berdiri dari tempat duduknya.

Ia menghampiri suster yang berlalu lalang untuk mendapat izin melihatku. Setelah diijinkan ia langsung masuk keruanganku.

Casandra melihat bibirku yang pucat dan terbaring lemah dengan bantuan alat pernapasan, dan infus.

Casandra membelai rambutku dengan lembut sambil tersenyum.

"Cepat sembuh ya, perlihatkan senyumanmu padaku, agar aku tidak bisa melupakanmu, kami menyayangimu, Evie." Ucap Casandra dengan mata berkaca-kaca.

Casandra memegang pipiku dan menyentuhnya dengan lembut. Casandrapun benar benar meneteskan air matanya untukku. Inikah yang dinamakan Sahabat? Yang belum pernah kudapatkan sejak dulu?

Casandra keluar dari ruanganku lalu menghapus air matanya dan kembali ketempat duduknya.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Melle.

"Buruk." Balas Casandra didampingi isak tangisnya.

Saat itu, aku bermimpi sedang berjalan disebuah pinggir danau yang indah. Ada perahu dan bebek yang berenang riang, aku berjalan telanjang kaki, rumput yang kuinjak juga terasa sangat lembur, dengan gaun putih yang kupakai, aku berjalan menelusuri pinggir danau.

Tiba-tiba aku melihat sebuah perahu ditengah danau, ditumpangi oleh Naran dan Vally yang sedang bermesraan diatas perahu itu. Aku terdiam sesaat lalu tersenyum menatap perahu yang mereka tumpangi.

Tiba-tiba, mereka berdua terlihat seperti bertengkar, Vally turun dari perahu dan berenang sampai kepinggir dan pergi berjalan meninggalkan Naran. Aku berlari menyusuli Vally, Vally berjalan tanpa arah sambil terlihat kesal dan setengah menangis, Vally berdiri dipinggir jalan raya menunggu mobil yang lewat baru ia bisa menyebrang. Saat mobil yang terakhir ingin lewat, aku melihat Rachel berdiri dibelakang Vally lalu mendorong Vally kejalan raya hingga tertabrak mobil besar itu. Vally tersambar mobil itu hingga terpental beberapa meter.

Tangannya patah, kepalanya berdarah, dan air mata terakhir yang menetes dari matanya. Ia langsung mati ditempat, warga warga menggotongnya kerumah sakit, aku tetap berdiri dipinggir jalan itu menatap darah Vally yang masih berceceran dijalanan.

Tiba-tiba Naran muncul dari belakangku, ia terlihat sedih lalu bertanya soal Vally, begitu diberi alamat rumah sakitnya oleh salah seorang warga, Naran langsung berlari pergi menuju rumah sakit itu.

Sepertinya, Naran benar-benar mencintai Vally. Cintanya benar benar sangat dalam, aku bisa melihatnya.

Seketika keadaan disekitarku berubah menjadi putih, aku seperti berdiri ditengah-tengah ruangan putih yang terkunci dan aku terkurung didalamnya, tidak bisa keluar. Aku juga bingung dengan keadaan Vally tadi. Itu penglihatan masa depan atau hanya bunga tidurku? Apa ku sangat mengharapkan kematian Vally karena aku menyukai Naran?

Sedangkan Naran masih menungguku sadar didepan UGD bersama dengan Casandra dan Melle. Tiba tiba supir Naran datang mengantar koper berisi uang dan langsung menghampiri Naran.

"Tolong urus administrasi teman saya dengan uang itu, namanya Eveline Adalina." Ucap Naran.

"Baik, tuan." Balas supir itu dan pergi kemeja administrasi.

Naran terdiam sesaat, ragu untuk masuk keruanganku namun ia sangat ingin melihat keadaanku.

[✔] Indigo Girl - SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang