8. Rumah Sakit

139K 10.7K 1K
                                    

Nicho pun pergi ke perpustakaan untuk mengganti novel yang rusak sedangkan aku membuang sobekan Novel yang bahkan belum selesai kubaca. Perasaan dendam tiba-tiba muncul dalam diriku. Bagaimana mungkin bisa aku dendam pada seseorang hanya karna gadis itu merobek novel yang sedang kubaca? Entah aku dirasuki apa, tapi aku benar-benar merasa ingin menghampiri dan menampar gadis itu. Tangan kananku sangat gatal.

"Siapa sih dia? Kenapa tiba tiba dia menggangguku saat aku saja tidak mengenalnya?" Batinku.

Naran tiba tiba menyadarkanku dari lamunan yang menenggelamkanku dalam kekesalan.

"Gadis itu kamu tau dia?" Tanyaku pada Naran.

"Itu Sandra, kakak kelas kita. Dan 2 perempuan itu lagi, dia itu kayak anak buahnya Sandra. Nama mereka Caca, dan satunya lagi Milka"

Tiba tiba pandanganku tertuju kebelakang Naran, lebih tepatnya pojok ruangan didekat tempat sampah itu yang gelap gulita tanpa lampu. Aku melihat seorang arwah lelaki yang sangat tampan namun ia menunduk.

Naran ikut menoleh kearah yang kutatap.

"Aku lagi bicara, kamu malah liatin dia? Gantengan aku juga"

Ia benar-benar sangat tampan, dengan kulit yang mulus dan putih. Memakai pakaian serba putih dan melayang layang.

Hantu itu melayang pelan mendekatiku lalu berbisik didekat telingaku.

"Hati-hati siang ini" Bisik hantu itu.

Setelah berbisik seperti itu, hantu tampan itu langsung melayang pergi.

"Dia bilang apa?" Tanya Naran penasaran.

"Bukan apa-apa"

Sepulang sekolah, Naran menemaniku pulang jalan kaki ditrotoar. Saatnya kami menyebrang, tiba-tiba sebuah mobil bak mengebut dengan cepat kearahku dan Naran. Aku langsung mendorong Naran kedepan berharap ia tidak tertabrak. Dan akhirnya...

BRAKKK!!!

Aku yang tertabrak. Badanku yang melemas langsung terkapar bersimbah darah dan terjatuh. Mobil pelaku yang menabrakku langsung segera mengebut kembali karena mulai banyak orang yang menghampiriku dan meneriakinya.

Mata Naran terbelalak terkejut, lalu ia menghampiriku dan berjongkok didekat tubuhku yang bersimbah darah.

"Eveline! Pak, tolong, ini teman saya! Tolong telepon ambulance!" Panik Naran kepada orang sekitar yang mengerumuniku.

Saat itu aku sudah tak sadarkan diri. Naran menepuk pipiku berkali kali dengan lembut sambil memanggil namaku dan menyuruhku untuk baik-baik saja.

Tangan Naran terkena darah diwajahku. Naran tiba-tiba muntah dan jatuh pingsan tepat disampingku.

"Loh, kok tiba tiba pingsan?!" Kaget salah seorang yang mengerumuni kami.

"Woi!! Korbannya tambah 1!" Teriak seseorang lagi.

Saat tersadar, aku terbangun dirumah sakit dengan Naran yang terbaring dikasur sebelahku. Sudah banyak yang mengelilingiku dan Naran, mulai dari Vally, Melle, Allen, Nicho, Abel, Casandra, ayah dan ibuku juga.

"Eveline?! Eveline sayang, kamu sudah sadar? Kamu gapapa sayang?!" Kaget Ibu yang melihatku membuka mataku.

Dahiku diperban karena luka besar yang timbul karena tabrakan tadi. Rasanya sakit sekali, sedikit pusing. Aku melihat Naran yang masih terbaring sambil berbincang sedikit dengan Vally.

Naran menoleh kearahku saat menyadari diriku sudah tersadar.

"Evie, yang tadi... Makasih ya" Ucap Naran lalu tersenyum manis sambil menatapku.

Ternyata luka dikepalaku baru saja selesai dijahit karena sobek.

"Naran kenapa?" Bisikku pada mama.

"Cowok ganteng yang itu? Dia ternyata phobia sama darah, dia ga bisa ngelihat darah dan ga bisa nyentuh darah. Kalau udah begitu dia bakalan pingsan, makanya tadi dia pingsan" Jelas mama dengan berbisik.

"Jadi sekarang impas ya, Maaf ya udah bikin kamu masuk rumah sakit" Batin.

"Evie, udah gapapa kan?" Tanya Abel.

Aku menggangguk pelan.

"Aku tidak apa-apa" Jawabku pelan.

"Siapa yang menabrakmu? Kamu ingat platnya atau ciri-ciri mobilnya?" Tanya Nicho.

"Tidak, itu terjadi begitu cepat"

"Tadi seharusnya aku yang tertabrak, tapi Eveline menyelamatkan aku. Makasih sekali lagi" Ucap Naran lagi lalu tersenyum.

Aku tau sekarang Vally sedang kesal melihat Naran tersenyum padaku. Aku membaca pikirannya yang sedang kesal dan mengataiku.

Aku pura-pura tidak mendengar kata hatinya dan tetap tenang.

[✔] Indigo Girl - SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang