9. Riyoko Naranda

133K 10.6K 312
                                    

"Eveline, kamu istirahat disini dulu ya? Tunggu sampai luka jahit kamu kering dan sudah bisa dilepas kamu baru boleh pulang, ya?" Ibu tersenyum.

"Berarti aku ga sekolah bu?" Tanyaku terkejut dengan ucapan ibu.

"Mau gimana lagi, kata dokter begitu"

"Tenang aja, nanti aku kasih tau ke guru kalau kamu lagi sakit" Ucap Naran.

"Makasih, sekali lagi" Lirihku pelan.

"Maaf Vally" Batinku.

Naran berdiri dari tempat tidurnya dengan bantuan Vally.

"Aku gapapa, bisa sendiri" Ucap Naran kepada Vally yang tengah memapahnya.

Naran berjalan mendekati tempat tidurku dan berdiri disamping ibu dan ayah.

"Semoga cepat sembuh, Evie" Ucap Naran lalu tersenyum.

"Aku ingin pulang" Ucap Naran.

"Perlu kutemani?" Tawar Vally.

Naran menggeleng sambil menatap Vally.

"Tidak, terima kasih"

"Sial... Kalau Evie yang temani, kamu pasti mau kan?" Batin Vally yang terbaca olehku.

Aku menatap Vally, kenapa dia bicara begitu saat dia tau aku akan tau?

"Aku pulang duluan ya" Pamit Casandra.

Melle, Allen, Nicho, Vally, Abel, dan Casandra pulang menyusul Naran.

"Malam ini, ibu akan temani kamu disini" Ucap ibu lalu membelai rambutku.

"Kalau kamu melihat sesuatu, bersikaplah seperti biasa" Peringatan dari ayah membuatku ingat bahwa aku sedang dirumah sakit.

Rumah sakit tempat hantu hantu menyeramkan berkumpul. Aku menatap sekelilingku, tiada apapun kecuali ayah, ibu, dan para suster yang membersihkan tempat tidur bekas Naran.

"Ayah, boleh aku bertanya sesuatu?"

Ayah dan Ibu langsung mengambil kursi dan duduk disamping kasurku.

"Apa itu, sayang?" Tanya ayah, lembut.

Aku menatap para suster, menunggu mereka keluar dari ruanganku dan setelah mereka pergi aku langsung menatap ayah dan ibu lagi.

"Kenapa aku dilahirkan seperti ini?" Tanyaku.

Ayah terdiam sesaat lalu menatap ibu.

"Sudah takdir Tuhan, tidak ada yang bisa melawan takdir dari Tuhan, sayang"

"Antara sedih dan senang, setidaknya sekarang aku punya teman sesama indigo"

"Siapa?" Tanya Ibu.

"Riyoko Naranda, Naran"

"Laki-laki yang tadi itu? Seorang indigo?"

"Aku memikirkannya, pasti menjadi Naran sangatlah tidak mudah. Phopia dengan darah... tapi begitu ada hantu yang muncul dengan keadaan bersimbah darah, menurut ibu apa yang akan terjadi pada Naran?"

"Ya, ayah tidak pernah memikirkan kesitu" ayah mengangkat kedua bahunya.

"Pasti sulit, entah sudah berapa kali anak itu pingsan karena melihat darah" Ibu tersenyum tipis.

"Naran kuat, menurutku begitu"

"Dia tidak pernah mengeluh dilahirkan seperti ini, menurutnya... aku dan dia itu spesial" Lanjutku lagi.

Terlahir sebagai indigo yang phobia dengan darah itu tidak mudah, Jika aku adalah Naran, mungkin aku sudah bunuh diri. Tapi tidak dengan Naran. Dia tegar dan kuat. Naran adalah panutanku, laki-laki yang kuat, tegar, tampan, dan baik.

[✔] Indigo Girl - SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang