R

3.7K 490 193
                                        

Rasa yang sempat singgah itu, ternyata sulit untuk dihilangkan..

❌ ❌ ❌

Di balkon tempat penginapan, Daehwi memetik gitar putih milik Jaehwan melantunkan melodi-melodi lembut namun siapapun yang mendengarnya pasti akan merasakan bahwa si pembuat melodi tengah meluapkan rasa sakitnya.

Daehwi tak setegar saat mengucapkan kata-kata sok kuat pada Jinyoung tadi. Buktinya, setelah Jinyoung tak ada dihadapannya Daehwi merasakan sesak yang teramat sangat. Lebih menyesakkan lagi karena air matanya seolah tak ingin keluar untuk melegakan dadanya.

"It's hurt.." Daehwi bergumam memegang dadanya dengan gitar dalam pangkuannya.

Sekarang Daehwi tau, kata-kata yang ia lontarkan pada Jinyoung dengan penuh percaya diri itu kini malah membuat hatinya tercabik-cabik.

Mulut, hati dan otaknya benar-benar tak sejalan. Dan Daehwi sangat membenci perasaan dilema seperti ini.

Ia kembali merangkai melodi menggunakan gitar meski sebenarnya Daehwi tak terlalu pandai memainkannya. Dengan pikiran yang berkecamuk, nada yang entah seperti apa, Daehwi hanya ingin menghilangkan rasa sesaknya.

"Banyak oksigen disini tapi kenapa aku tidak bisa bernafas ?" Gumamnya, memukul-mukul dadanya pelan. Berharap dengan seperti itu sesaknya akan berkurang.

"Jinyoungie hyung, maaf aku berbohong. Sampai kapanpun aku tak bisa menghapus perasaan ini." Lirih Daehwi pada angin yang menerpa wajahnya lembut.

❌ ❌ ❌

Jihoon meremat kedua tangannya sembari mengekor dibelakang Woojin yang entah akan membawanya kemana. Sebenarnya Jihoon amat sangat ingin menghindar dulu dari Woojin saat ini, namun melihat tatapan sendu dari manik mata Woojin membuatnya mau tak mau mengikuti pria itu.

Kakinya melangkah menaikki satu persatu anak tangga yang terbuat dari kayu jati. Bersama dengan keheningan yang melingkupi mereka karena di tempat itu hanya ada Jihoon dan Woojin saja.

"Woaahh.." Jihoon menatap takjub tatkala ia mengangkat wajahnya.

Mata cantiknya disuguhi pemandangan indah ribuan kelopak bunga sakura yang berguguran seperti hujan.

Saking takjubnya, ia sampai tak menyadari bahwa sedari tadi Woojin menatapnya.

"Aku menyukai tempat ini." Woojin membuka suara.

Jihoon menoleh, menurunkan tangannya yang terulur untuk menangkap kelopak sakura.

Mendadak ia bingung harus bersikap bagaimana pada Woojin sekarang. Padahal biasanya mereka selalu tampak santai berbicara berdua.

"Kau pernah kesini sebelumnya ?" Jihoon memutuskan untuk berbasa-basi.

Woojin mengangguk, membalik tubuhnya dan menyandarkan punggungnya di pagar pembatas. Ia juga memejamkan matanya seolah menikmati udara segar ditempat itu.

"Bersama Daehwi ?" Cicit Jihoon.

Sontak membuat Woojin membuka matanya lalu menatap Jihoon yang menunduk sembari memainkan jemari gemuknya.

Rumit | Maknae Line [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang