01 [Pertemuan]

12.1K 815 25
                                    

Seoul, Mei 2016

Mobil putih berhenti tepat di sebuah kediaman berlantai dua yang berjarak sangat dekat dengan rumah lain di sebelahnya. Tiga orang keluar dari mobil itu, salah satunya adalah remaja berpipi gembil yang genap berusia delapan belas tahun kemarin lusa seraya menggendong ranselnya dan menatap rumah itu dengan begitu takjub.

Rumah minimalis berwarna putih gading dan dihiasi dengan bunga warna warni khas musim semi yang memanjakan mata.

"Kita akan tinggal di rumah ini mulai hari ini, Jihoonie suka?"

Lelaki yang dipanggil Jihoonie mengangguk semangat. "Suka banget, yah!"

Park Heojoon –ayah dari Park Jihoon kemudian mengusak rambut coklat madu milik putranya dengan gemas. Matanya berbinar semakin menambah kadar menggemaskan Park Jihoon yang memang memiliki takdir menggemaskan sejak lahir.

"Yaudah, nanti bantuin ayah sama bunda bersih-bersih dulu. Besok kita baru ngurusin kepindahan sekolahmu."

Mengingat kepindahan sekolahnya, lantas membuat Jihoon kembali merasa sedih. Bagaimanapun dia harus meninggalkan teman-teman sekolahnya di Masan. Dia sudah terbiasa dengan mereka walaupun baru beberapa bulan bersama di tahun pertama SMA saat ini.
Masalahnya Jihoon tidak mungkin tinggal sendirian di Masan, sedangkan ayah dipindahtugaskan ke kantor di Seoul. Walaupun Jihoon sudah kelas 1 SMA, tapi dia belum pernah jauh dari orangtua dalam waktu yang lama. Terus siapa nanti yang akan merawat Jihoon yang terkadang tidak mau makan kalau tidak disuapi bunda.

"Jihoonie? Kok ngelamun? Ayo masuk!", tegur bunda Jihoon sembari menyeret koper biru milik Jihoon. Memang barang-barang yang lain sudah diangkut dua hari yang lalu, jadi yang dibawa saat ini hanyalah pakaian dan beberapa barang penting.

"Iya, bun."

Jihoon menghela nafas. Yeah, memang seharusnya dia tidak memikirkan kesedihannya sekarang. Dia harus melalukan hal lain yang lebih penting, yaitu membersihkan kediaman barunya sebelum di tempati.

Itu akan menyita waktu dan tenaganya, ngomong-ngomong.

Jihoon baru akan melangkah masuk mengikuti orangtuanya sebelum motor berhenti mengambil perhatiannya. Dia menoleh, mendapati seorang remaja yang terlihat seumuran dengannya turun dari motor lalu masuk dengan langkah lebar-lebar ke dalam rumah sambil melepas helm-nya. Terlalu cepat sampai Jihoon tidak melihat jelas wajah lelaki itu, kecuali kulitnya yang putih pucat karena dia hanya menggunakan kaus berlengan pendek.

"Apa cowok itu tetangga baru gue?", gumam Jihoon penasaran. Terlebih rasa penasaran mengapa lelaki itu tidak menyadari keberadaannya yang tidak jauh dari dia memarkirkan motor.

"Jihoonie?"

Ah! Sialan! Jihoon jadi lupa kalau harus segera masuk dan melakukan pekerjaannya.

Kalau tidak, bisa-bisa Jihoon tidak bisa istirahat malam nanti.


...


BRAK!

"Oh, Linlin udah pulang?"

Lai Guanlin mengabaikan ucapan wanita itu, memilih mengedarkan pandangan ke segala arah untuk mencari sosok yang selama ini selalu dihindarinya walaupun berada dalam satu tempat tinggal yang sama.

"Dimana pria tua itu?", tanya Guanlin tanpa repot-repot memandang objek yang ia tanyai.

"Maksudnya ayahmu? Dia akan datang secepatnya. Duduklah dulu dan ngobrol sama tante-"

"Nggak, makasih.", sela Guanlin cepat. 

"Kasih tau gue kalo pria tua itu udah dateng.", tambah Guanlin, tanpa basa basi beranjak pergi menuju kamarnya di lantai dua dan menutup pintu dengan keras, meninggalkan sosok wanita yang kini tersenyum paksa di sofa. 

His Dark Side [PanWink] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang