05 [Melangkah lebih dekat]

3.8K 518 3
                                    

VOTE AND COMMENT JUSEYO~

.
.
.

"Hoon, nggak mau makan siang?"

"Duluan aja deh, Hwi, Seob. Gue mau ke toilet dulu bentar."

Daehwi dan Hyungseob hanya mengangguk. Sudah dua minggu sejak Jihoon menjadi siswa baru di kelas mereka, dan sejak itu pula Jihoon selalu ditemani oleh Daehwi dan Hyungseob. Bukan berarti Jihoon tidak kenal dengan selain dua manusia itu, hanya saja Jihoon lebih akrab dengan Daehwi sebagai teman sebangkunya. Dan otomatis dekat dengan Hyungseob pula. Oh ya, ngomong-ngomong, kenapa Daewhi dan Hyungseob tidak sebangku meski mereka adalah teman dekat, itu karena sang ketua kelas yang meminta agar lebih berbaur dengan teman-teman lain ketika jam pelajaran.

Lagipula Jihoon sudah menghampiri temannya satu persatu untuk ia ajak berkenalan dan berinteraksi. Yeah, kecuali si manusia kutub yang selalu menelungkupkan kepalanya di atas meja setelah jam pelajaran usai. Jihoon kan tidak mau mengganggunya. Bisa-bisa Jihoon mendapat panggilan lain selain kata brengsek.

Jadi intinya, Jihoon belum berhasil mengajak Guanlin berteman padahal sudah setengah bulan lamanya.

"Nggak mau kita temenin? Sekalian ke kantin deh."

"Nggak usah, Seob. Kasian tuh Daehwi daritadi ngeluh laper mulu.", tolak Jihoon lagi. Dia jujur soal Daehwi yang memang berbisik pas masih pelajaran tadi, katanya dia lapar karena tidak sempat sarapan.

"Dasar karung beras! Untung aja makanan lo gak gampang jadi daging- ouch! Sakit bego!"

"Yaudah, gue sama Hyungseob ke kantin dulu ya! Lo tau toiletnya dimana kan?", ujar Daehwi, sama sekali tidak merasa bersalah karena baru saja memukul belakang kepala Hyungseob. Salah sendiri mengejek orang yang lagi kelaparan.

"Ah elah, Jihoon udah bukan anak kemaren lagi, tau! Lagian kan kita udah ngasih tau Jihoon dimana toilet dari lantai satu sampe lantai tiga! Temen gue bego amat deh kalo lagi lap- ouch! Daehwii!"

Jihoon hanya tertawa melihat tingkah Hyungseob dan Daehwi. Mereka berdua memang sangat suka berdebat dan bertengkar. Entah sudah berapa kali Jihoon menjadi saksi 'kedekatan' dari sepasang sahabat itu. Dari saling mengejek, menyindir, hingga memukul. Tapi dibalik itu semua mereka saling menyayangi dan perduli, tentu saja.

"Udah ah, kita duluan ya Hoon. Cepetan ke toiletnya, entar jam istirahatnya keburu abis. Dah~"

Tidak perlu waktu lama, Daehwi dan Hyungseob pergi seraya berangkulan seperti biasa. Kini hanya tinggal Jihoon yang masih duduk di kursinya, tidak berniat pergi ke toilet seperti yang ia katakan tadi. Oh ternyata ada satu orang lagi yang bergerak di kursi belakang, membuat Jihoon menoleh.

"G-guanlin?", panggil Jihoon sedikit ragu. Tapi dia segera menepis keraguannya saat itu juga.

"Guanlin-ssi,"

"Lai Guanl-"

Brak!

"Berisik."

Jihoon hanya bisa mengerjap saat Guanlin tiba-tiba memundurkan kursinya dengan keras dan berdiri. Lelaki tinggi itu memperbaiki letak hoodie supreme hitamnya sembari menatap Jihoon yang membeku sekilas, lalu pergi tanpa sepatah kata apapun.

"G-guanlin-ssi, tunggu!"

Jihoon berhasil meraih lengan kurus Guanlin yang dibalut hoodie, sebelum si pemilik mengibaskan tangannya agar Jihoon melepaskan sentuhannya. Dia lalu kembali berjalan tanpa menghiraukan si lelaki pendek yang masuh berusaha mengejar seraya memanggil namanya.

Tidak tahu jika Park Jihoon tidak memiliki kata menyerah di hidupnya.

"Guanlin-ssi! Stop!!"

Jihoon merentangkan tangannya, persis seperti yang ia lakukan tempo hari di depan motor Guanlin. Bedanya, kini di tangan kanannya menggenggam sebuah box makanan berukuran sedang bergambar awan. Si kotak bekal hasil paksaan bunda tadi pagi.

His Dark Side [PanWink] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang