04 [Motif]

3.8K 551 10
                                    

(Wanna) VOTE AND COMMENT(?)

.

.

.

"Gue mau ikut."

"Apa?"

"Nyari mama lo."

Hening beberapa detik. Tatapan tajam Guanlin langsung menghujam mata indah di depannya yang tidak ragu sedikitpun. Walaupun Jihoon sedikit takut dengan tatapan itu, tapi dia tidak mau menyerah.

"Lo denger?"

Suara berat Guanlin memecah keheningan. Kekesalan tampak jelas di raut wajahnya. Kenapa dari sekian banyak orang, harus teman sekolahnya yang tahu? Sepertinya usaha agar masalah keluarganya tidak ada yang tahu termasuk teman sekolahnya, akan sia-sia.

"Iya, gue denger di balik pintu." Jihoon dengan cepat mengangkat dua jarinya membentuk tanda V. "Tapi sumpah, gue gak sengaja. Gue mau nganter kuenya bunda dan kebetulan liat lo masuk rumah. Gue mau langsung masuk tapi gue urung karena denger Om Lai ngajak lo ngobrol di dalem."

Guanlin mendengus dan kembali menyalakan mesin motornya. Waktunya akan terbuang sia-sia jika harus meladeni lelaki yang belum dikenalnya secara langsung itu. Guanlin hanya tau namanya, itupun karena Jihoon memperkenalkan dirinya sendiri seminggu yang lalu.

"Guanlin-ssi! Gue mau ikut!"

"Gak usah campurin urusan gue, brengsek!"

Guanlin kepalang kesal hingga tak sengaja memberikan panggilan itu untuk Jihoon. Wajar jika Jihoon kini membulatkan mata terkejut. Seumur-umur, ini baru pertama kalinya Jihoon dipanggil dengan kata kasar seperti itu.

"Minggir."

Jihoon yang terkejut, perlahan menggeser kakinya agar Guanlin bisa lewat. Guanlin kembali menutup helmnya dan mengemudikan motornya tanpa bicara apapun lagi.

Jihoon hanya bisa menatap punggung Guanlin yang menjauh dengan cepat. Pikirannya mulai bekerja, mencoba mencari tau motif apa yang membuat Guanlin bisa sekasar dan sedingin itu pada orang lain, bahkan orang yang baru dikenalnya. Dia mencoba menghubungkan tingkah laku Guanlin dan apa yang ia dengar samar-samar dari balik pintu tadi.

Pasti ada hubungannya.

Sebenarnya Jihoon tidak ingin ikut campur, dia hanya cukup penasaran dengan kehidupan Lai Guanlin hingga berakhir menjadi manusia kutub yang tak tersentuh, bahkan dia tidak memiliki teman sebangku.

"Hey."

Jihoon tersentak dan refleks berbalik saat tepukan kecil mengenai pundaknya. Dia sedikit terkejut melihat keberadaan Tuan Lai di belakangnya entah sejak kapan.

"P-permisi, Om. Saya Jihoon, penghuni baru rumah sebelah. Saya ingin -ah sebentar Om!" Jihoon teringat dengan keberadaan kue-kuenya di meja teras, ia lalu mengambil kotak itu dan mengulurkannya pada Tuan Lai.

"Bunda minta saya untuk memberikan kue ini sebagai tanda pengenalan. Semoga Om suka."

Tuan Lai menerimanya dengan senyuman tipis. "Makasih ya. Maaf Om belum tau kalau kamu putra tuan Park. Maklum, Om jarang di rumah. Jadi hanya tau ayah dan ibumu."

"Tidak apa-apa Om."

"Ngomong-ngomong, kamu sudah kenal Guanlin ya? Om melihatmu ngobrol sama dia barusan.", tanya Tuan Lai membuat Jihoon seketika teringat apa yang didengarnya tadi.

"Hanya teman sekelas, Om. Saya juga belum memperkenalkan diri pada Guanlin secara langsung."

"Dia sangat dingin, bukan?"

His Dark Side [PanWink] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang