22 [Mine]

3.8K 461 68
                                    

.

.

.

Cklek!

"Lin kamu jadi bolos-"

Ucapan Jihoon terhenti. Kerongkongannya mendadak kering dan tubuhnya yang masih berada di belakang pintu mematung. Dia memang hanya melongokkan kepalanya barusan. Hanya berniat tanya apakah Guanlin jadi membolos sekolah pagi ini untuk pergi ke kantor Papa atau tidak, sehingga Jihoon berangkat sekolah dengan Ayah. Tapi ia justru terjebak oleh pemandangan indah di hari yang cerah.

"Jadi." Guanlin yang semula menghadap cermin besar untuk menyempurnakan penampilannya, kini berbalik menghadap Jihoon. Ia-pun mengernyit melihat Jihoon tidak berniat masuk ke kamarnya. "Kamu ngapain disana? Masuk."

Jihoon memasuki kamar Guanlin dengan ragu.

Bukan apa-apa. Bukan karena ia sungkan masuk ke kamar Guanlin, bahkan Jihoon sudah menganggap kamar Guanlin sebagai kamar keduanya. Nyaris setiap hari ia datang ke kamar itu. 

Tapi karena... sang pemilik kamar yang tampak berbeda dari hari biasanya. Terlihat menyilaukan dan luar biasa tampan. 

Guanlin memakai setelan kemeja putih dan celana kain abu-abu yang tampak begitu pas di tubuh tingginya. Punggungnya tegap, surai kelamnya ditata dengan sedikit sentuhan gel rambut. Guanlin di hari biasa memang berhasil membuat Jihoon berdebar, namun ditambah sisi maskulinnya kali ini, membuat Lai Guanlin jauh lebih mendebarkan dibanding biasanya.

Guanlin tampak lebih dewasa. Bahkan Jihoon tidak ingat jika Guanlin lebih muda dua tahun darinya. Tapi kenapa aura kedewasaan Guanlin tidak main-main?

Jihoon kehilangan kemampuan bicara. Dia hanya memainkan jemarinya sembari duduk di atas ranjang Guanlin. Lantas menggerakkan kakinya gugup. Ia menunduk menutupi pipinya yang memerah. Entah kenapa dia merasa malu.

"Kenapa? Penampilanku aneh, ya?", tanya Guanlin, lantas berjongkok agar bisa memandang pacarnya dari bawah. Dan karenanya, wajah Jihoon semakin memerah sampai ke telinga. Sungguhan! Visual Guanlin berdampak buruk bagi jantungnya.

Guanlin masih belum mengerti dengan tingkah Jihoon. Bodohnya ia berfikir jika Jihoon memiliki masalah lain yang membuatnya terdiam seperti itu.

Dia tidak tahu jika penampilan perdananya sebagai calon pegawai kantor adalah penyebab menguapnya kata-kata Jihoon.

"Enggak kok. Nggak aneh sama sekali. K-kamu cocok pake setelan gitu." Pada akhirnya Jihoon menjawab meski tanpa menatap Guanlin langsung. Memainkan jemarinya lagi sebelum Guanlin menghentikannya dengan menggenggam salah satu tangannya.

"Hey, liat aku.", pinta Guanlin, lantas dituruti oleh Jihoon. Membiarkan dua pasang mata itu saling menatap, hingga salah satunya jengah karena tidak tahan ditatap dengan intens.

"K-kamu ganteng. Aku nggak kuat." Jihoon langsung melengos. Terlalu malu untuk mulutnya yang bicara tanpa disaring.

Guanlin tersenyum tipis. Mengusak rambut pacarnya sampai membuat pemiliknya mengerucutkan bibir atas rambutnya yang berantakan. Mau balas dendam? Tidak bisa, Guanlin sudah rapi sekali.

"Makasih. Kamu juga cantik, kok."

"Hey! Aku nggak cantik!", sela Jihoon tidak terima. Entah karena tidak sadar diri atau dia memang tidak mau dibilang cantik oleh siapapun.

"Iya, kamu lucu."

"Ketawa dong. Ha Ha Ha!"

Guanlin benar-benar tertawa. Sungguh sisi lain Guanlin terlihat jika hanya bersama Jihoon.

His Dark Side [PanWink] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang