35 [Masing-masing]

2.6K 361 47
                                    

Hi? Entah kenapa suka banget update hari Senin. wkwk!

Enjoy guys! Happy reading! 

.

.

.

Ujian tengah semester genap telah didepan mata. Jadwal belajar semakin bertambah, semuanya bersaing ketat demi mendapatkan nilai terbaik.

Dulu, Jihoon tidak terlalu memikirkan nilai-nilainya. Dia cukup puas di peringkat pertengahan, -yang berarti biasa-biasa saja. Tidak berminat bersaing ketat demi mendapatkan peringkat sepuluh besar seperti teman-temannya yang lain. Toh Jihoon memahami kemampuan otaknya yang rata-rata, tidak seperti Guanlin yang memang tipe jenius dari lahir hingga ia menjadi peringkat pertama di setiap ujian.

Tapi semuanya berubah sejak Jihoon memiliki guru les yang tidak membiarkannya berhenti belajar sebelum durasi dua jam habis. Satu jam untuk mempelajari ulang materi, satu jam untuk mengerjakan soal latihan. Dilanjutkan dengan mengoreksi hasil pekerjaannya oleh sang guru les. Tidak hanya itu, Jihoon harus mendapat hukuman jika pekerjaannya ada yang salah.

"Udah ah! Sakit tau!", gerutu Jihoon, menjauhkan kepalanya dari siksaan sentilan jari Guanlin. Dia mengelus keningnya yang menjadi korban, tampak sedikit memerah disana.

Guanlin mengulas senyum, tidak tega melihat kening kesayangannya memerah akibat dirinya. Ia menggantikan tangan Jihoon untuk mengusap bagian yang merah itu. Beberapa lama sampai ia kembali menarik tangannya.

"Kok udah? Masih sakit ini!", protes Jihoon yang rupanya terlena oleh usapan lembut Guanlin.

"Iya abis kamu dapet hukuman lagi."

Aku-kamu. Entah sejak kapan panggilan itu kembali terucap oleh keduanya.

Jihoon melotot. "Masih ada yang salah?!"

Guanlin memasang ekspresi serius di hadapan lembar jawaban Jihoon. "Nomor tujuh belas sama dua puluh  salah. Rumus yang harusnya kamu pake bukan itu."

Bahu Jihoon menurun. Dia perlahan memajukan keningnya kembali dan menyingkirkan poninya, lengkap dengan bibir yang melengkung ke bawah. 

"Cepetan!"

Guanlin menggigit bibir dalamnya, berusaha agar tawa renyahnya tidak terdengar. "Tutup mata kamu! Kali ini lebih keras soalnya."

"Awas kalo aku sampe gegar otak!"

"Nggak papa lah-"

"GUANLIN!"

Cup! Cup!

"Udah tuh, hukuman buat dua soal." Guanlin terkekeh puas setelah memberi dua kecupan di kening Jihoon yang sempat beberapa kali mendapat sentilan. 

Jihoon merona parah, melempar karet penghapusnya untuk menyembunyikan kegugupannya. "Dasar!"

"Nih, nilainya tujuh puluh lima. Salah lima soal. Kamu perlu nambah jam belajar kayaknya."

"Enggaaak! Aku capeeek!", erang Jihoon menolak. Dia bangkit berdiri, menghampiri ranjang Guanlin dan melemparkan tubuhnya disana. Sekarang sudah pukul sembilan malam, pantas saja Jihoon mulai jenuh menghadapi setumpuk buku di atas meja.

Sementara itu Guanlin hanya geleng-geleng kepala. Ia membereskan buku-buku Jihoon yang berserakan dan menyusunnya dalam satu tumpukan. Alat tulis Jihoon juga ia masukkan ke dalam pouch. Lantas menyusul Jihoon dan duduk disamping pacarnya.

"Lin, aku penasaran dari kemarin."

"Soal?"

"Kalo kamu ikut aksel berarti kamu loncat kelas. Nanti aku naik kelas, mungkin kamu udah lulus, kan?"

His Dark Side [PanWink] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang