34 [Thankyou]

2.5K 352 64
                                    

I'm back!! Sorry lama, lagi dilema antara PanWink tetep karam atau dilayarin lagi. Hehe 😘😘
.

.

.

Guanlin tersenyum. Puas. Lalu mengecup ujung bibir Jihoon yang membengkak karena ulahnya.

"...-temen hidup gue selamanya?"






Tanpa diduga, Jihoon justru mendorong bahu Guanlin agar menjauh. Lalu merubah posisinya menjadi duduk di pinggir ranjang.

"Kalau gitu nggak jadi mau.", cicit Jihoon tanpa menatap Guanlin. Beberapa saat kemudian, Jihoon mendengar helaan nafas panjang dan sebuah lengan yang melingkar di pinggangnya. Jihoon sempat terkejut sebelum kembali merilekskan tubuhnya.

"Iya, nggak papa. Mungkin lo belum bisa lupain kesalahan gue waktu itu. Lo masih mau temenan sama gue aja, gue udah sangat bersyukur."

Jihoon tertegun. Ingatan tentang Daniel dan Guanlin yang bertengkar waktu itu kembali menyeruak dalam otaknya. Dan entah kenapa, Jihoon juga teringat dengan keputusan Guanlin yang mengikuti kelas aksel untuk ketiga kalinya. "Lin..."

"Hm?"

"Apa yang nggak gue tau tentang lo? Ah, lebih tepatnya, apa yang lo sembunyiin dari gue?"

Jeda sebentar sebelum Guanlin menjawab, "Banyak. Apa yang pengen lo tau?"

"Semuanya."

Guanlin tersenyum masam. Menggeser tubuhnya mendekati Jihoon sampai nafasnya mampu menggelitik tengkuk Jihoon.

"Kenapa lo ingin tau?"

"Karena... gue nggak mau lo sembunyiin apapun dari gue. Gue pengen tau semua tentang lo. Gue... pengen jadi orang pertama buat bagi cerita lo."

Padahal lo yang lebih banyak nyimpen rahasia dari gue, Ji.

"Lo bener-bener pengen tau semuanya?"

Guanlin melihat Jihoon mengangguk mantap tanpa keraguan.

"Walaupun... salah satunya tentang kakak kandung lo?"

Jihoon seketika menoleh. Membalikkan tubuhnya hingga berhadapan dengan Guanlin dalam jarak dekat. Ah, ya, dulu Jihoon memang sempat menjawab pertanyaan Guanlin tentang siapa Kang Daniel itu. Menjawabnya dengan 'dulu dia memang kakakku, tapi sekarang tidak.', meski sekarang perlahan Jihoon menerima Daniel sebagai kakaknya lagi.

"Y-ya." Guanlin melihat jelas Jihoon tengah menyimpan kebingungan. Lelaki mungil itu pasti sedang menanggung rasa penasaran sangat besar dan tentunya tidak sabar untuk mengetahuinya.

Mungkin Guanlin memang harus mengatakan semuanya. Sejujur-jujurnya. Tidak lagi menutupi masa lalunya dengan Daniel yang mungkin bisa menimbulkan masalah lain antara ia dan Jihoon nantinya.

"Okay.", ucap Guanlin akhirnya. Ia lalu duduk di bawah seraya bersandar pada ranjang, diikuti Jihoon yang melakukan hal yang sama. Jihoon mengambil bantal dan memeluknya, siap mendengarkan apapun yang Guanlin katakan padanya. Entah itu menyenangkan atau menyakitkan bagi dirinya sendiri. "Lo boleh tanya satu persatu."

Jihoon menelan ludah kasar. Sebenarnya ia ragu, takut akan membuat Guanlin tidak nyaman jika ia terus mendesak karena rasa penasarannya. Namun tatapan lembut Guanlin seolah melunturkan keraguan itu. Seolah memberinya ucapan 'nggak papa, tanya aja.' dari tatapan matanya.

"K-kenapa... lo ikut kelas aksel?"

"Gue ikut kelas aksel?" Jihoon mengangguk. "Seperti biasa, permintaan papa. Gue harus segera lulus dan lanjutin kuliah. Waktu gue nggak banyak sebelum harus mimpin perusahaan beberapa tahun kemudian. Bukannya karena papa udah nggak bisa mimpin perusahaan, tapi ternyata papa punya kantor cabang baru di luar kota, salah satu alasan kenapa papa nggak pernah ada di rumah adalah ngurus kantor cabang itu. Dan nantinya gue yang bakal mimpin kantor cabang sebelum nantinya bener-bener gantiin papa."

His Dark Side [PanWink] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang