38 [Permintaan Guanlin]

2.1K 344 25
                                    

Selamat ulangtahun, Baby Ji! Semoga pipimu semakin menggembil lagi ♡♡~~

.

.

.

"Dek, Lin, kalian nggak sarapan -ya ampun!"

Bunda terkesiap tepat setelah ia membuka pintu kamar anaknya. Tidak jauh di hadapannya, Jihoon tengah berada di pelukan Guanlin -lebih tepatnya bersandar di dada Guanlin sementara Guanlin menepuk pelan surainya. Mata indah milik putranya itu tampak terpejam, seakan tidak terganggu oleh suara Bunda yang mengajaknya sarapan.

"Tidur?", tanya Bunda dalam suara berbisik seraya menghampiri mereka. Guanlin melirik Jihoon, lantas mengangguk. Bunda menggeleng pelan. Bisa-bisanya Jihoon ketiduran padahal sepertinya tengah menonton sesuatu di laptop. Apalagi hari masih tergolong pagi untuk terlelap kedua kalinya.

"Kalau bangun, bilang Bunda udah nyiapin sarapan. Kamu juga makan disini aja, Guanlin-ah."

Guanlin mengangguk paham. Namun kemudian Guanlin teringat sesuatu. "Tante,"

"Kenapa?"

"Guanlin mau ngomong sama Tante." Guanlin melirik Jihoon sekali lagi. Beruntung lelaki mungil itu tak bergeming sedikitpun.

"Sekarang?"

"Iya, tan. Abisnya aku pindahin Jihoon ke atas kasur."

"Oh oke. Butuh bantuan? Pendek-pendek gitu adek badannya berisi, loh."

"Nggak usah, Tan. Aku bisa sendiri, kok."

"Yaudah, Tante tunggu bawah, ya?"

Guanlin mengangguk dan membiarkan Bunda keluar dari kamar. Sementara Guanlin berusaha mengangkat Jihoon ke atas ranjang tanpa membangunkannya. Berhasil, meski ekstra hati-hati agar tidak membangunkannya. Jihoon tanpa sadar meringkuk mencari boneka ayam kesayangannya. Guanlin menyelimutinya, lalu mendekatkan wajahnya tepat di depan Jihoon.

"Bodoh. Bisa-bisanya alesan kalau nangis gara-gara film." Guanlin tersenyum kecut, dan mengusap pipi gembil Jihoon yang sedikit basah karena sisa air matanya tadi sebelum kelelahan menangis dan akhirnya tertidur.

"Padahal kamu nangis gara-gara aku."

Mungkin Jihoon lupa, gestur tubuh dan tatapan matanya selalu mengatakan sejujurnya di hadapan Guanlin.

...

"Kamu... mau kuliah di luar negeri?", tanya Bunda sedikit bingung. Meneguk pelan teh hangat dihadapannya. "Bukannya kalian satu kelas ya? Habis ini mau kelas tiga, kan?"

Ah ya, Bunda pasti tidak tahu apa-apa soal kelas akselerasi Guanlin.

"Guanlin loncat kelas, Tan. Ikut aksel. Jadi Guanlin lulus habis liburan ini."

"Oh, pantes. Tante nggak heran sih, soalnya kamu emang pinter banget. Kecuali kalau Jihoon yang aksel baru tante nggak percaya. Haha!"

Bunda tertawa, Guanlin ikut tertawa meski terpaksa. Dia sedang tidak mood melakukan apapun termasuk menyunggingkan senyum atau tawa.

"Maafin Guanlin ya, Tan.", ucap Guanlin seraya menundukkan kepalanya. Jemarinya memainkan mulut cangkir berisi teh hangat yang Bunda buatkan untuknya.

Ada rasa bersalah yang lagi-lagi datang ketika Guanlin mengatakan keputusannya. Entah pada Papa, Jihoon, atau bahkan bunda Jihoon kini.

Padahal, Guanlin selalu mensugesti dirinya bahwa ia tidak sepenuhnya salah. Seperti yang Papa katakan, ia juga berhak memilih dan mendapat kebahagiaannya.

His Dark Side [PanWink] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang