30 [Maaf]

2.4K 373 35
                                    

.

.

.

Ditemani guyuran hujan di luar sana, Seongwu membersihkan luka-luka lecet di jemari Guanlin. Tanpa ada yang bersuara, kecuali Guanlin yang sesekali mendesis oleh rasa perih karena alkohol dan Seongwu yang menekan lukanya terlalu bersemangat. Sepertinya Seongwu masih kesal karena sejak di dalam bus sampai detik ini, Guanlin tidak kunjung bercerita soal masalah yang membuatnya terjebak di kantor polisi. Tentang mengapa harus bertengkar, bertengkar dengan siapa, dimana, dan banyak sekali yang Seongwu ingin tau. Tapi Guanlin tetap bungkam. Tidak berniat menceritakan semuanya seperti yang selalu ia lakukan pada Seongwu dulu.

"Kamu bawa kendaraan tadi?", tanya Seongwu, mengingat Guanlin langsung ia jemput di kantor polisi.

"Udah diurus anak buah Papa."

"Emang udah ngasih tau Papa kamu?"

"Nggak," Guanlin memilih kata 'nggak' daripada 'belum'. Karena memang Papa tidak perlu diberitau. "Aku punya temen kantor yang bisa dipercaya."

"Sudah selesai." Seongwu membereskan kotak obatnya bersama beberapa kapas kotor. Lalu kembali ke samping Guanlin yang duduk di sofa lusuhnya. "Aku nggak punya penghangat. Kamu bisa nyalain kompor kalau kedinginan."

Seongwu berucap jenaka, membuat senyum kecil tersungging di bibir Guanlin yang entah mengapa terlihat pucat.

"Aku bisa memeluk hyung."

"Siapa emang yang mau meluk kamu?!", ucap Seongwu -sok- judes. Guanlin semakin melebarkan senyumannya, lantas memposisikan tubuhnya berbaring di atas sofa.

"Iya, iya. Aku tidur sini aja."

"Nggak. Aku yang tidur di sofa. Kamu pake kamar aku."

"Hyung-"

"Kamu lagi sakit, Guanlin."

"Cuma luka lecet doang.", bohong Guanlin. Tentu bukan hanya punggung tangannya yang terluka. Tapi... organ lain dalam dirinya yang terasa perih membayangkan esok yang menjadi hari yang berbeda tanpa Jihoon.

Ah, Jihoon...

Gimana keadaan kamu, Ji?

"Nggak! Pokoknya kamu tidur dalem. Aku mau begadang ngerjain tugas ini." Seongwu menunjuk kertas-kertas yang berserakan dan laptop-nya yang terbuka di atas meja.

"Hyung-"

"Cepet tidur! Besok aku anterin kamu pulang terus sekolah. Nggak ada penolakan!"

Guanlin mengalah. Menghembuskan nafas berat ketika ia teringat sekolahnya. Guanlin bahkan tidak berfikir untuk berangkat sekolah besok. Belum sanggup menerima materi saat pikirannya sedang kalut, hatinya sedang kacau. Belum lagi... jika Guanlin harus bertemu dengan Jihoon, atau Daehwi dan Hyungseob. Guanlin belum siap. Sangat tidak siap.

Tapi di sisi lain, Guanlin tidak bisa sepenuhnya membolos untuk menghindar. Ia memiliki urusan penting di sekolah. Sangat penting. Urusan yang sebenarnya akan ia beritahu pada Jihoon sepulang dari makan malam tadi, namun sekarang terpaksa harus diurungkan dan harus ia simpan sendirian.

"Lin,"

"..."

"GUANLIN!"

Guanlin tersentak oleh teriakan Seongwu di dekat telinganya. Tubuhnya langsung terduduk, menghadap tepat ke arah Seongwu.

"Mikirin apa sih?! Hape kamu bunyi, tuh."

His Dark Side [PanWink] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang