Bonus Chapter #1 (Valentine's Day 🍫)

243 20 5
                                    

"Permasalahan dalam sebuah hubungan pasti ada. Entah besar atau kecil. Entah salah atau benar. Namun yang terpenting adalah komunikasi menjadi cara menyelesaikannya."

Setidaknya kalimat itu yang selalu menjadi pegangan untuk Guanlin dan Jihoon demi kelangsungan hidup mereka berdua. Setidaknya dengan kalimat itu, baik Guanlin dan Jihoon mampu bertahan di hubungan mereka hingga menyentuh tahun pertama pernikahan mereka.

Namun, ada kalanya komunikasi tidak cukup, terlebih ketika salah satu dari keduanya memilih untuk diam tanpa suara.

"Jihoon..."

Tubuh Jihoon bergidik ngeri. Kapan terakhir kali ia mendengar Guanlin memanggilnya demikian? Tangannya yang tengah sibuk mencuci peralatan sarapan sedikit gemetar. Jihoon hanya berharap, ia tidak memecahkan salah satu piringnya. 

Hela napas terdengar karena Jihoon masih betah terdiam. 

"Aku lagi nggak ngomong sama tembok, kan?"

Jihoon menyelesaikan aktivitas cuci piringnya dengan ringkas, sebelum membalikkan tubuhnya dan berhadapan dengan tubuh jangkung sang pasangan.

"Kenapa masih di sini? Kamu bisa telat, loh."

"Aku nggak akan berangkat sebelum kamu jelasin kenapa kamu diemin aku sejak semalem."

"Perasaan kamu aja, tuh."

Jihoon mengelak, memilih untuk meninggalkan counter dapur dan kembali ke kamarnya.

Namun, sebelum Jihoon sempat pergi, lengan kanannya dicekal kuat oleh Guanlin. Dengan terpaksa, Jihoon memandang pria itu penuh tanda tanya.

"Aku serius, Jihoon," Bahkan tanpa mengatakannya, sorot tajam Guanlin menunjukkan keseriusan. "Aku nggak suka kamu diem kayak gini. Kalau aku punya salah, tolong kasih tau aku. Gimana aku bisa instrospeksi kalau aku saja nggak tau di mana letak kesalahanku?"

Jihoon mengempaskan tangan Guanlin kasar hingga cekalannya terlepas. "Nggak ada. Kamu nggak salah apa-apa. Udah lah, aku mau siap-siap ke kampus sebelum dosenku pergi lagi." 

"Ji-"

Terlambat. Jihoon sudah beranjak pergi dari hadapannya. Menyisakan Guanlin dengan hela napas panjangnya.

*****

Jihoon tidak bohong. Jihoon tidak bermaksud menghindar dari Guanlin. Dia memang sibuk mengejar sang dosen pembimbing yang tiba-tiba datang dan pergi ke kampus sesuka hati beliau. Guanlin juga tidak memiliki kesalahan apapun yang membuat Jihoon mendiaminya. Satu-satunya alasan mengapa Jihoon terlihat sedikit berbeda adalah karena dirinya gugup setengah mati sebelum bertemu sang dosen pembimbing yang sering mengomelinya.

Keberuntungan tampaknya sedang berada dalam genggaman Jihoon hari ini. Baru pukul sebelas siang, ia berhasil menyelesaikan beberapa berkas sekaligus. Termasuk bertemu sang dosen pembimbing tanpa mendapatkan omelan.

Kini Jihoon sedikit lebih santai. Dengan susu pisang di tangannya, Jihoon menduduki kursi panjang yang merupakan salah satu fasilitas kampus. Embusan angin di bulan Februari membuat Jihoon harus mengeratkan pelukan pada tubuhnya sendiri.

"Dingin banget... Jangan bilang abis ini hujan. Ah, males banget pulang ujan-ujanan."

Jihoon sibuk bermonolog sembari mengusap lengannya yang dilapisi sweater. Sweater tebal yang tetap saja kurang efektif untuk menghalau dingin. Iya, Jihoon lupa memakai coat karena terburu-buru, dan Guanlin tidak ada untuk mengingatkannya seperti biasa.

Drrt... drrt...

Ponsel Jihoon yang masih dalam mode vibrate bergetar beberapa kali. Nama 'Seongwu Hyung' tertera di layar ponselnya.

His Dark Side [PanWink] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang