31 [Terlambat]

2.5K 377 45
                                    

Fast update, guys! Buat nemenin malam kalian -dan author- yang penuh tissue berserakan karena 'last concert' :')

Maaf kalau alurnya lambat banget, demi kebutuhan cerita nih. Biar cepet 'tuntas' juga. :')

.

.

.

"Hyung,"

"Hm?" Seongwu yang tengah bersandar malas di kepala sofa setelah acara curhat tadi, hanya membalas panggilan serak Guanlin dengan gumaman.

"Mau anterin aku ke Rumah Sakit?"

Seongwu seketika menegakkan tubuhnya, menatap mata sembab Guanlin lalu beralih pada jam dinding. Pukul sebelas malam. "Udah malem, Guanlin. Kamu juga masih kacau gini. Lihat, mata kamu sembab banget! Besok aja."

Guanlin menggeleng berulang kali. Dia tidak perduli dengan suasana hatinya yang kacau atau matanya yang sembab seperti yang Seongwu katakan. Setidaknya dengan melihat kondisi Jihoon dengan matanya sendiri, suasana hatinya bisa lebih baik. "Aku nggak bisa diem disini, hyung. Aku bener-bener khawatir sama Jihoon."

"Tapi kamu mau diusir satpam ngunjungin pasien malem-malem? Lagian udah nggak ada bis jam segini."

"Pesen taksi. Ayo, hyung! Aku yang bakal bujuk satpamnya nanti.", ucap Guanlin, benar-benar tidak bisa dibantah. Bahkan ia sudah bangkit dari acara tiduran di paha Seongwu dan menyambar jaketnya.

"Tapi, Lin-"

"Yaudah kalo hyung nggak mau, aku bisa pergi sendiri!"

Kalau sudah begini, Seongwu tidak bisa menolak. Dengan cepat ia menyambar dompet dan ponselnya, lalu menyusul Guanlin yang lebih dulu keluar. Beruntung hujan sudah reda satu jam lalu.


...


Entah mengapa pagi terasa lama untuk datang. Ruang rawat Jihoon-pun masih gelap. Dengan mengandalkan bantuan sinar lampu dari luar, Jihoon mengamati sekitarnya yang sunyi. Hanya suara dengkuran halus terdengar, dan Jihoon menemukan Bunda tertidur meringkuk di atas sofa. Jihoon merasa sangat bersalah, karena Bunda baru saja sembuh dari demam dan harus rela menemaninya di Rumah Sakit. Atensi Jihoon beralih pada jam tangannya yang harus ia lepas tadi, dan kini tergeletak di atas meja kecil samping ranjangnya. Jihoon mengambilnya demi melihat jam berapa sekarang.

"Masih jam empat?", ucap Jihoon dalam hati, takut membangunkan Bunda.

Jihoon menghela nafas. Perasaan dia sudah menghabiskan banyak waktu untuk tidur -karena pengaruh obat- dan berharap pagi akan segera datang agar Jihoon mampu melupakan kejadian beberapa jam lalu dengan mudah. Nyatanya tidak segampang itu. Semakin Jihoon menunggu datangnya pagi, maka jarum jam juga semakin melambat.

Jihoon refleks memejamkan matanya saat mendengar pintu kamar rawatnya terbuka. Terlampau pelan hingga mungkin hanya Jihoon -yang kebetulan sudah terjaga- yang mampu mendengar. Langkah kaki terdengar samar mendekatinya, namun Jihoon terlalu takut untuk membuka mata. Sementara otaknya sibuk berfikir tentang siapa yang masuk kamarnya malam-malam. Tidak mungkin ada pencuri, kan?

"Ji..."

Deg! Jihoon mengenal suara itu. Suara yang teramat pelan dan meski sedikit serak namun bisa Jihoon kenali sepersekian detik setelahnya.

Guanlin...

Diam-diam jemari Jihoon dalam selimut saling meremat, tanda ia sedang gugup bukan main. Namun setelah itu Jihoon kembali terdiam, takut jika Guanlin memergoki dirinya yang tidak sedang tertidur. Tidak bisa dipungkiri jika Jihoon kebingungan mengapa Guanlin sudah berada di Rumah Sakit bahkan ketika matahari belum terbit.

His Dark Side [PanWink] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang