33 [Teman?]

2.5K 375 43
                                    

.

.

.

Jihoon bimbang. Detik pertama dia akan berdiri, detik berikutnya duduk lagi. Detik kemudian menyemangati diri, lalu keberaniannya kembali ciut. Ia bergerak gusar, sesekali mengacak rambutnya yang kini semakin panjang. Melirik jarum jam di pergelangan tangannya.

Gerakan gusarnya menjadi pusat perhatian Daehwi yang merasa ada sesuatu yang disembunyikan Jihoon. Teman sebangku Jihoon itu berkali-kali melirik Jihoon ketika jam pelajaran berlangsung hingga bel istirahat berbunyi beberapa detik lalu. 

"Lo kenapa sih? Kebelet?" Daehwi tidak mampu menahan diri untuk tidak bertanya. Dia sangat heran sampai mengalihkan konsentrasi dari buku materi yang sebentar lagi diujikan. Mungkin jika Hyungseob tau, dia akan sama herannya dengan Daehwi. Sayangnya Hyungseob lebih dulu diseret Woojin ke kantin tepat setelah bel istirahat berbunyi.

"Nggak. Lagi nervous mau ulangan." Tidak ingin menimbulkan keheranan Daehwi lagi, Jihoon mencoba untuk duduk anteng di kursinya. Tapi hanya beberapa saat sampai Jihoon kembali gusar dan akhirnya dia mencolek bahu Daehwi.

"Hwi,"

"Hm?"

"Anterin gue..."

"Kemana? Ke toilet? Ayo dah-" Daehwi bersiap menutup bukunya.

"S-sebenernya bukan ke toilet." Jihoon membawa buku dan alat tulisnya. 

"Terus? Loh kok bawa buku?"

"Ke kelas aksel. Anterin, please!"

Pada akhirnya Jihoon memutuskan untuk mengambil tawaran Guanlin. Demi teman belajar-nya itu.

Dan mungkin Tuhan tengah memberi kesempatan Jihoon untuk bicara dengan Guanlin. Tentang kesalahpahaman yang belum tuntas beberapa minggu lalu.

...

"Tunggu disini,"

Jihoon menurut sambil meletakkan buku yang sedari tadi dipeluknya di atas meja. Selagi menunggu Guanlin pergi sebentar, Jihoon mengamati kelas khusus siswa akselerasi yang sedikit berbeda dengan kelasnya.

Kelas itu lebih besar, luas, dan berfasilitas lengkap. Karena siswanya hanya sedikit, ruangan itu jauh lebih privat, tidak terganggu oleh siswa-siswa yang berisik. Ruangannya benar-benar khusus, cukup membuat Jihoon takjub karena dia belum pernah memasuki kelas khusus seperti ini. Sedangkan Guanlin sudah beberapa kali menjadi penghuni ruangan khusus akselerasi.

"Nih!"

Jihoon lantas duduk tegak. Fokusnya teralih pada buku tulis yang baru saja Guanlin letakkan di hadapannya.

"Itu catetan buat lo pelajarin. Gue udah bikin segampang mungkin buat dipahami. Kalo masih bingung, tanya gue. Tapi jangan lama-lama karena waktu elo juga terbatas.", jelas Guanlin panjang lebar namun pura-pura tidak terlalu perduli. Matanya tidak menatap langsung mata Jihoon. Melihat kemanapun selama tidak menatap mata Jihoon yang masih sembab sisa menangis di punggungnya tadi pagi. Hanya saja Guanlin tidak tahan, dia memandang Jihoon ketika si gembil itu tidak melihatnya.

"M-makasih..."

Jihoon berucap lirih, sedikit bergetar. Tangannya meraih buku itu dengan ragu, lantas membuka dan membacanya tanpa suara.

Kecanggungan itu masih terasa kental. Sejak Jihoon dengan ragu mengetuk pintu kelasnya ditemani Daehwi, lalu memasuki kelas Guanlin sementara Daehwi kembali ke kelas, dan kini duduk di salah satu kursi dengan Guanlin yang menarik kursi lain untuk duduk di depannya, bersebrangan dengan meja.

His Dark Side [PanWink] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang