26 [Memori tak Terlupakan]

3K 348 12
                                    

.

.

Warn : no PanWink!

.

.

Seongwu membuka jendela lebar di sisi kamar flat-nya. Hujan baru berhenti beberapa menit yang lalu. Aroma petrichor memasuki indera penciumannya, memberikan efek menenangkan bagi dirinya yang sedang dilanda kekalutan.

Pertemuan perdananya setelah dua tahun dengan Guanlin berakhir tiga jam yang lalu. Setelah deretan nomor telepon yang tersimpan di ponsel masing-masing, Guanlin pamit pulang bersama Jihoon sebelum hujan kembali deras. Seongwu hanya melihat dari kejauhan, ditemani rintik air hujan yang sedikit menbasahi hoodienya. Setelah itu, Seongwu pulang.

Berakhir duduk di depan jendela dengan pikiran menerawang. Jiwanya kembali ke dua tahun lalu, sesaat sebelum bencana melanda dirinya hingga diliputi rasa bersalah hingga detik ini.

Meninggalkan Guanlin, kabur dari orangtuanya -yang kini tinggal di Incheon dan hanya memberi kabar bahwa ia baik-baik saja beberapa kali dalam sebulan-, dan yang paling parah adalah... penyesalan karena ia nyaris membiarkan seseorang telah tega mengotorinya hanya karena sebuah taruhan.

Seongwu memang sangat senang bertemu Guanlin lagi setelah sekian lama. Namun ada rasa lain yang terselip, rasa yang membuatnya lebih memilih tidak bertemu Guanlin saja -dan juga tokoh lain di dua tahun lalu- sampai kapanpun.

Rasa sakit karena memori tak terlupakannya.




[Flashback On]

Musim panas, 2015

"Lin! Jadi bareng aku nggak?"

Kepala Seongwu menyembul dari pintu kamar Guanlin yang ia buka sedikit. Penampilannya sudah rapi memakai seragam SMA-nya.

"Jadi!"

Guanlin menyambar ranselnya, keluar dari kamar sambil memasang dasi. Dia juga tak kalah rapi dengan seragam SMP-nya yang kini celananya tampak lebih pendek, tanda pertumbuhan tinggi Guanlin yang sangat baik. Ia pemain basket inti, ditambah latihan keras sebagai atlit taekwondo dari kecil. Membuat tubuhnya menjadi idaman bagi lelaki seusianya.

"Mama!" Guanlin berjalan cepat ke arah Mama, lantas mencuri satu kecupan di pipi wanita itu.

"Lain kali kalo Linlin kelamaan tinggal aja deh Wu.", sahut Mama pura-pura ketus.

Guanlin hanya cemberut, lantas menikmati sarapan sederhana buatan Mama berupa setangkup roti gandum dan selai kacang serta segelas susu hangat.

Tidak sampai dua puluh menit hingga Guanlin duduk di goncengan motor Seongwu untuk berangkat sekolah. Sebenarnya Guanlin sudah memiliki motor sendiri namun masih tersimpan di garasi. Mama melarangnya membawa motor sendiri karena Guanlin masih siswa SMP. Masih sangat berbahaya. Karena itu Mama mempercayakan Seongwu yang tinggal tepat di sebelah rumah, untuk memberi tebengan pada Guanlin. Beruntung SMA Seongwu dan SMP Guanlin searah. Untuk pulangnya, Guanlin mengandalkan sopir pribadi Papa-nya. Toh hanya mengantar pulang saja.

"Nanti sore ikut aku, yuk!", ajak Seongwu setelah mengangkat kaca helmnya.

"Kemana?"

"Mau ngenalin kamu ke temen sekolahku. Hehe."

"Temen apa pacar Hyung?", goda Guanlin. Seongwu tersipu membuat Guanlin yakin dugaannya tidak salah. Mungkin yang Seongwu maksud memang bukan teman biasa.

"Apasih?! Makanya nanti aku kenalin."

Singkatnya, Seongwu mengajak Guanlin ke sebuah coffee shop. Choco bubble tea tersaji di hadapan Guanlin yang berulang kali menatap pintu cafe dengan penasaran. Tentu saja, ia penasaran siapa yang dimaksud Seongwu dengan teman sementara Guanlin mengenal hampir semua teman dekat Seongwu di sekolah. Terlebih teman yang membuat Seongwu beberapa kali kepergok tersenyum di depan layar ponselnya.

His Dark Side [PanWink] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang